Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Cahaya Berekor di Langit Yogya: Jangan Kaitkan dengan Banaspati, apalagi Pilpres
15 September 2023 15:28 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Masyarakat dihebohkan dengan fenomena benda bercahaya berekor di langit Yogya karta pada Kamis (14/9) malam. Peneliti BRIN maupun Stasiun Meteorologi Yogyakarta menjelaskan kemungkinan besar benda tersebut adalah meteor.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Jogja Astro Club (JAC) cenderung menyebutnya sebagai jatuhan atau reentry sampah antariksa (space debris) dan kecil kemungkinan benda itu adalah meteor.
Namun, kata JAC, yang pasti fenomena semalam tidak ada kaitannya dengan mistis seperti banaspati maupun Pilpres 2024.
"Jadi banaspati itu, kan, fenomena yang tidak masuk dalam kategori sains, ya. Karena masyarakat nggak bisa menjawab (menjelaskan fenomena yang terjadi) dia akhirnya hanya berkesimpulan pada hal-hal yang mereka ketahui saja, tetapi secara sains ini bisa dijelaskan dan masyarakat perlu diberikan edukasi," kata pendiri JAC, Mutoha Arkanuddin, melalui sambungan telepon, Jumat (15/9)
Kemudian ada pula yang mengaitkan fenomena semalam dengan hajatan Pilpres 2024.
"Ada banyak yang berpendapat berhubungan mau ada pilpres dan sebagainya, itu juga kadang dikaitan-kaitkan. Tapi ini murni sains menurut saya bahwa itu adalah fenomena sains yang mana ada dua kemungkinan, memang itu bisa meteor dan itu juga bisa reentry sampah luar angkasa," ujar Mutoha.
ADVERTISEMENT
Artinya, masyarakat tak perlu mengaitkan fenomena semalam dengan hal mistis.
"Justru itulah kita tidak usah memberikan informasi yang menyesatkan. Bahwa itu semata-mata peristiwa ilmiah yang bisa dijelaskan dan tidak terkait hal yang sifatnya nanti bencana nanti apa, itu nggak ada kaitannya dengan apa pun," ungkap Mutoha.
Masyarakat juga harus tahu sumber-sumber yang kompeten untuk menjelaskan peristiwa seperti itu.
Belum Tentu Meteor
Mutoha Arkanuddin berpendapat, fenomena yang terekam kamera masyarakat semalam itu belum tentu meteor.
"Dugaan saya seperti kebiasaan kita mengamati meteor, itu kalau meteor seharusnya lebih cepat dari yang terlihat itu. Semalam kan gerakannya di video itu cukup lambat karena untuk meteor paling tidak kecepatannya 5 sampai 10 kali kecepatan gerak yang semalam itu. Kemungkinan besar menurut saya adalah semacam reentry sisa-sisa sampah luar angkasa," kata Mutoha.
ADVERTISEMENT
Kemungkinan itu adalah sampah-sampah luar angkasa yang tidak terjadwal. Bisa dari peluncuran roket sehingga ketika jatuh tidak ada pengumuman dahulu.
Mutoha menjelaskan, biasanya ketika ada peluncuran roket mesti ada barang yang dibuang. Menurut standar mereka harus punya jadwal kontrol mau jatuh kapan.
"Ini kayaknya yang masuk kategori reentry yang tidak terkontrol. Jadi menurut saya kecil kemungkinan kalau itu meteor, tapi masih perlu dikaji lagi. Kita juga masih mencari bukti-bukti di mana benda itu jatuh. Karena tidak hanya di Yogya saja itu kelihatan. Ada di luar Yogya, di Solo, daerah lain juga terlihat," katanya.
Selain kecepatan yang lambat, ciri-ciri lain kemungkinan cahaya semalam bukan meteor adalah cahaya tidak terlalu terang dan tidak disertai ledakan.
ADVERTISEMENT
Kemudian juga terjadi fragentasi atau pecahan yang merata yang merupakan ciri reentry sampah luar angkasa.
"Namun sejauh ini belum ada pihak yang bertanggung jawab atau memberikan informasi sampah dari mana sehingga biasanya masuk kategori unconfirmed reentry. Sementara untuk jatuhan meteor yang dikategorikan sebagai bolide atau fireball akan memiliki lesatan yang lebih cepat dengan cahaya yang sangat terang dan biasanya disertai ledakan yang tidak ditunjukkan oleh rekaman para saksi mata," beber Mutoha.
Pendapat BMKG
Diberitakan sebelumnya, Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta Warjono menjelaskan cahaya yang terlihat di langit Yogya semalam kemungkinan besar adalah meteor.
"Kalau pengamatan langsung dari BMKG kita belum ada. Tapi dari media sosial yang kami lihat itu adalah benda langit yang jatuh atau sebuah meteor atau istilahnya bintang jatuh," kata Warjono dihubungi kumparan, Jumat (15/9).
ADVERTISEMENT
Warjono mengatakan tidak diketahui meteor itu jatuh di mana. Namun, biasanya meteor sudah habis sebelum jatuh ke bumi.
"Kalau itu meteor biasanya habis tidak sampai di bumi," katanya.
Lanjutnya, meteor ini adalah fenomena yang wajar. Hanya saja memang tak semua orang mendapat kesempatan melihatnya secara langsung.
"Wajar saja sih kalau bintang jatuh. Memang biasa kelihatan besar," katanya.