Cahaya yang Melintas di Puncak Gunung Merapi Satelit Amerika, Apa Fungsinya?

26 Januari 2023 16:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Luncuran awan panas dari puncak Gunung Merapi terlihat dari Balerante, Klaten, Jawa Tengah, Senin (18/2). Foto: ANTARA FOTO/Agus Sarnyata
zoom-in-whitePerbesar
Luncuran awan panas dari puncak Gunung Merapi terlihat dari Balerante, Klaten, Jawa Tengah, Senin (18/2). Foto: ANTARA FOTO/Agus Sarnyata
ADVERTISEMENT
BRIN menyebut cahaya yang terekam melintasi puncak Gunung Merapi pada 24 Januari pukul 01.24 WIB adalah satelit Falconsat-3 dengan nomor katalog NORAD 30776U milik Akademi Angkatan Udara Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Lalu berapa kecepatan satelit yang diluncurkan pada 9 Maret 2007 itu?
"Data yang diperoleh sudah tersimpan 2 hari yang lalu jadi kami belum bisa melacak berapa laju saat satelit ini mulai memasuki atmosfer bumi," kata peneliti Pusat Antariksa BRIN Andi Pangerang Hasanuddin melalui sambungan telepon, Kamis (26/1).
Namun, umumnya dengan ketinggian 136 kilometer dari permukaan bumi, satelit maupun benda antariksa lain akan ke bumi dengan kecepatan 40 kilometer sampai 50 kilometer per detik. Setara dengan 140 ribu hingga 180 ribu kilometer per jam.
"Jadi memang gerakannya cukup cepat. Seperti terlihat di video 1 detik sudah menyapu wilayah sekitar setengah derajat busur bumi setara dengan 50 kilometer, jadinya untuk perkiraan kelajuan di antara rentan tadi 40 hingga 50 kilometer per detik setara 140 sampai 180 ribu kilometer per jam," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Melintas di Mana Saja?
Andi mengatakan Falconsat-3 ini masuk atmosfer bumi pada 23 Januari 2023 pukul 18.23 UT atau kalau di Indonesia pada 24 Januari 2023 pukul 01.23 WIB. Satelit itu jatuh di perairan Samudera Hindia dekat Madagaskar.
"Lingkup lintasannya sendiri memang sempat melewati daratan Papua kemudian bergerak ke arah barat daya menuju ke selatan mulai dari perairan Maluku kemudian melewati Timor Leste dan di bagian wilayah utara Australia," ujarnya.
"Dan memang dari Jawa itu memang masih bisa terlihat dengan ketinggian yang cukup rendah sekitar 30 atau 40 derajat dari atas bukit," katanya.
Seharusnya, menurut Andi semua radar atau pemantauan gunung berapi di Pulau Jawa bisa mengabadikan fenomena ini baik itu di Merapi, Semeru, maupun gunung berapi lainnya.
ADVERTISEMENT
"Cuma memang yang baru terkonfirmasi baru di Merapi. Dengan tanggal yang berdekatan 24 Januari 2023. Pukul 01.24 WIB dini hari. Itu memang sekitar satu menit setelah satelit ini dinyatakan reentry atau jatuh (masuk atmosfer bumi)," katanya.
"Jadi memang bergeraknya cukup cepat dan arahnya sendiri memang bergerak menuju Samudera Hindia dan titik jatuhnya memang diperkirakan di sebelah timur Afrika, di sebelah timur Madagaskar," tuturnya.
Falconsat-3 merupakan salah satu satelit ukuran sedang yang diluncurkan oleh FalconSAT, program pengembangan satelit yang dilakukan USAFA, Akademi Angkatan Udara Amerika Serikat.
Falconsat-3 diluncurkan menggunakan roket Atlas V, yang semula dioperasikan oleh Lockheed Martin Corp. (LMC), dan saat ini dioperasikan oleh United Launch Alliance (ULAK, perusahaan patungan antara LMC dengan Boeing).
ADVERTISEMENT
"Jadi memang secara umum misi falcon saat ini lebih ke misi untuk riset keantariksaan khususnya terkait dengan gravitasi maupun komunikasi radio," kata Andi.