Cak Imin Minta Kepala BPIP Dicopot: Banyak Penolakan di Kanan Kiri

18 April 2022 19:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Foto: Dok. PKB
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Foto: Dok. PKB
ADVERTISEMENT
Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengkritisi kinerja Kepala BPIP Yudian Wahyudi. Menurut dia, Yudian belum maksimal melaksanakan tugasnya dalam menjadikan BPIP sebagai wadah pemersatu dan dalam menyelesaikan konflik bangsa.
ADVERTISEMENT
Cak Imin menilai, Yudian perlu dicopot sebagai Kepala BPIP dan diganti dengan sosok yang lebih mumpuni seperti kader PMII. Wakil Ketua DPR ini bahkan menilai Yudian sudah kurang bijak sejak dilantik.
Sebab, pada 2020, pernyataan Yudian soal "agama menjadi musuh terbesar Pancasila" sempat viral di media sosial.
"Terus terang Ketua BPIP sekarang, sahabat saya, Pak Yudian, sudah salah. Begitu dilantik sudah salah omong. Sehingga banyak penolakan di kanan kiri. Karena itu kalau tidak efektif ya diganti saja. Menurut saya itu biasa saja [penggantian]," kata Cak Imin dalam acara Puncak Peringatan Harlah PMII ke-62 di Youtube PMII, Senin (18/4).
"Siapa lebih efektif? Abdullah [Ketua Umum PMII] juga siaplah jadi Ketua BPIP. Kalau enggak, saya juga siap. Kan Pembina Bu Mega. Kalau Bu Mega ditambah generasi muda kayak PMII ini Insyaallah dialog terbuka antar bangsa akan terjadi, tidak terus api dalam sekam," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Cak Imin, kegagalan Yudian memanfaatkan BPIP salah satunya ditunjukkan dari insiden pengeroyokan dosen Universitas Indonesia Ade Armando saat demo 11 April lalu. Ia memandang seharusnya, BPIP bisa menjembatani pihak-pihak yang berkonflik dengan Ade Armando sehingga pengeroyokan tersebut tak terjadi.
"Mohon maaf jujur saya ingin sampaikan BPIP sebagai kekuatan yang memiliki tanggung jawab untuk menyatukan bangsa dalam dialog jujur, terbuka, belum berjalan maksimal. Ini terbukti api dalam sekam masih terjadi," ujar Cak Imin.
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi di Kepatihan Pemda DIY, Senin (25/10). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
"Yang paling merasa Islam tapi sebenarnya bodoh tentang Islam, paling merasa nasionalis tapi menyatakannya dengan cara menyakiti saudaranya. Ini terjadi dan BPIP harusnya jadi jembatan dialog. Kalau tidak, saya yakin PMII bisa jadi jembatan dialog kuat di antara bangsa," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Cak Imin menegaskan wadah bagi dialog masyarakat sangat penting, khususnya yang mengawal persatuan bangsa. Adanya wadah yang tepat akan menentukan apakah Indonesia akan terpecah belah atau tidak dalam 15 tahun ke depan.
"Hari ini, besok, 5-10 tahun aman. 15 tahun lagi belum tentu aman. Ketika itu Anda semua jadi pemimpin yang nangkap residu sejak 10 tahun lalu. Ini proses pendewasaan yang memang harus dilakukan, dialog nasional untuk menguji negara Pancasila yang benar-benar jaya, terhayati," paparnya
"Terwujud dalam kehidupan bangsa karena pada dasarnya hanya soal kesalahpahaman, kekurangpahaman, kebodohan, dan ketidakmengertian tentang doktrin berbangsa dan bernegara. PMII harus jadi garda terdepan dalam wujudkan Pancasila dalam sebagai candra kemajuan di masa akan datang," tandasnya.
ADVERTISEMENT