Cak Imin soal Pencopotan Kiai Marzuqi Mustamar: Yang Rugi PBNU

29 Desember 2023 7:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
Cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, memberikan sambutan pada acara Deklarasi Dukungan Keluarga Besar HMI kepada Anies- Cak Imin, di Lippo Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (27/12/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, memberikan sambutan pada acara Deklarasi Dukungan Keluarga Besar HMI kepada Anies- Cak Imin, di Lippo Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (27/12/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cawapres 01 Muhaimin Iskandar (Cak Imin) ikut mengomentari pencopotan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Kiai Marzuqi Mustamar. Ia menilai pencopotan itu merugikan PBNU.
ADVERTISEMENT
“Kalau kemudian KH Marzuqi (dipecat) yang rugi buka Kiai Marzuqi, yang rugi PBNU sendiri. Orang sehebat Kiai Marzuqi bisa dihentikan,” kata Cak Imin usai menghadiri Haul ke-12 KH Ahmad Sufyan Miftahul Arifin, di Ponpes Mamba’ul Hikam, Situbondo, Kamis (28/12) malam.
Cak Imin pun mengaku heran dengan pencopotan Marzuki. Sebab menurutnya dalam struktural NU tidak ada yang namanya pencopotan dari jabatan.
“Tidak ada di NU kultur pemberhentian, jadi yang rugi justru PBNU menurut saya,” tutur cucu salah satu pendiri NU, alm KH Bisri Syansuri ini.
Pencopotan Marzuki dari jabatannya sebagai Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur tertuang dalam Surat Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama nomor 274/PB.01/A.II.01.44/99/12/2023 tentang pemberhentian.
Belum ada konfirmasi dari Kiai Marzuqi soal pencopotannya, namun Cak Imin menduga pencopotan ini ada kaitannya dengan sikap politik.
ADVERTISEMENT
"Iya tentu saja ada (kaitannya), tapi masyarakat Nahdliyin akan menilai siapa yang emas, siapa yang loyang karena ada itu ya kita tenang aja sekali lagi, KH Marzuqi enggak rugi kok, wong berjuang di NU enggak ada bayarannya, masa kemudian ada pemberhentian, itu bukan tradisi NU, ini mencoreng tradisi NU dan tentu ini mengkhawatirkan masa depan, kalau gitu caranya nanti pengurus NU jadi PNS ajalah," kritiknya.