Caleg PKS di Cilegon Putus Saluran Air Bersih untuk Warga

12 Maret 2024 21:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
75
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Kampung Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak terpaksa harus mengambil air bersih sejauh 2 kilometer usai saluran air yang biasa digunakan diputus oleh pemilik pompa air. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Warga Kampung Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak terpaksa harus mengambil air bersih sejauh 2 kilometer usai saluran air yang biasa digunakan diputus oleh pemilik pompa air. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Warga Kampung Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Cilegon, Banten, harus mengambil air bersih sejauh 2 kilometer usai saluran air yang biasa digunakan diputus oleh pemilik pompa air.
ADVERTISEMENT
Pemilik pompa air itu adalah caleg DPRD Kota Cilegon dari PKS bernama Sumedi Madasik. Sumedi sudah membantu warga mendapatkan air bersih selama 4 tahun belakang ini.
Salah seorang warga, Misnawati (35), mengatakan pemutusan aliran air bersih oleh Madasik itu terjadi setelah 4 hari penghitungan suara atau pada tanggal 18 Februari 2024 lalu.
Alhasil, warga harus pergi ke sumber mata air yang berada sejauh 2 kilometer dari pemukiman menggunakan galon dan kompan untuk kemudian dikumpulkan di dalam sebuah drum yang ada di rumah masing-masing warga.
"Air ini diputus tanggal 18 Februari 2024, 4 hari setelah penghitungan suara. Semenjak itu kami dan keluarga lain ya harus mengambil air di sumber mata air, itu sejauh 2 kilometer," ucap Misnawati, Selasa (12/3).
Misnawati (35), salah satu warga Kampung Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak yang terpaksa harus mengambil air bersih sejauh 2 kilometer usai saluran air yang biasa digunakan diputus oleh pemilik pompa air. Foto: Dok. Istimewa
Kata Misnawati, warga sempat meminta kepada Sumedi untuk kembali mengalirkan air ke rumah-rumah warga. Namun Sumedi tak menyanggupi karena tak ada biaya lagi.
ADVERTISEMENT
"Sudah musyawarah namun buntu, tidak ada solusi, Pak Sumedi tetap keukeuh (memutus aliran air)," ujarnya.
Misnawati menerangkan, kondisi kampungnya yang berada di dataran tinggi memang menyulitkan warga untuk bisa mendapatkan air bersih, sehingga tak jarang harus turun ke sumber mata air untuk mengambil secara langsung.
Misnawati bercerita, pada tahun 2019 warga juga sempat meminta bantuan ke Sumedi Madasik yang saat itu belum menjadi caleg untuk mau mengaliri air ke pemukiman warga di Kampung Cisuru dengan kesepakatan setiap rumah membayar Rp 5.000 per kubikasi.
Warga Kampung Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak terpaksa harus mengambil air bersih sejauh 2 kilometer usai saluran air yang biasa digunakan diputus oleh pemilik pompa air. Foto: Dok. Istimewa
"Kondisi kampung kami di dataran tinggi, jadi kami agak kesulitan (mendapat air bersih. Terlebih kalau musim kemarau, kami harus mencari air ke landoh (bawah), itu hampir 4 sampai 5 kilometer jauhnya untuk mendapat air bersih, tak jarang itu pun sering rebutan," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Tahun 2019 kami minta bantuan ke Pak Sumedi agar sumur pompanya dialiri ke kampung kami. Dan Pak Sumedi setuju dengan kesepakatan warga membayar Rp 5.000 per kubikasi, dan warga pun setuju. Namun tahun ini Pak Sumedi nyaleg dari PKS, dan di TPS kami itu suaranya tidak sesuai harapannya, makanya aliran air dari pompa miliknya diputus," lanjut Misnawati.
Untuk itu, ia pun berharap pemerintah dan pihak industri mau turun tangan membantu warga Kampung Cisuru sehingga persoalan air bersih bisa segera teratasi.
"Saya berharap ke pemerintah, ke industri khususnya PT Indonesia Power untuk memperhatikan kami, membantu kami dengan membuatkan sumur pompa air bersih di kampung kami," tandasnya.
Diketahui berdasarkan D hasil penghitungan suara di Kecamatan Pulomerak, caleg DPRD Kota Cilegon dari PKS Sumedi Madasik gagal lolos ke parlemen lantaran hanya mampu meraih 635 suara.
ADVERTISEMENT

Penjelasan Sumedi

Sumedi angkat bicara terkait keluhan warga Cisuru atas diputusnya aliran air bersih dari sumur bor miliknya.
Meski membenarkan dirinya memutus aliran air bersih warga, namun Sumedi membantah hal itu dikarenakan kegagalannya lolos ke parlemen Kota Cilegon.
Ia berdalih, pemutusan aliran air bersih dilakukan atas kesepakatan bersama untuk mencari solusi agar bisa menutup beban biaya yang selama ini sudah ditanggungnya.
"Iya memang saya caleg, memang iya saya gagal, mungkin Allah belum merestui dan meridhoi saya untuk mewakili yang seutuhnya," kata Sumedi, Rabu (13/3).
"Itu sudah berjalan 4 tahun lebih yang selisihnya antara Rp 2 sampai Rp 2,5 juta setiap bulannya, dan saya harus mensubsidi pembayaran listrik untuk pengaliran air bersih ke masyarakat," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Dikatakan Sumedi, sebelum pemutusan aliran air bersih ke warga, dirinya sempat mengundang para tokoh masyarakat setempat untuk meminta agar biaya listrik dan perawatan mesin diserahkan sepenuhnya ke warga
Bahkan, lanjutnya, dirinya pun sempat menawarkan agar biaya pengambilan air bersih dari sumur bor miliknya dinaikkan untuk menutupi biaya yang ditanggungnya lantaran sudah tak punya biaya usai dirinya nyaleg.
"Saya berharap naik, supaya bisa menutupi biaya listriknya, ternyata sampai detik ini belum ada solusi. Saat itu saya bilang air sementara saya tutup, bukan saya putus, hanya sementara, karena tujuannya supaya ada yang terbaik buat saya pribadi, dan ada solusi yang terbaik buat masyarakat," jelasnya.