Canda Alex Marwata: Kalau Mau Intervensi Kasus di KPK, Suap Lima Pimpinan

30 Oktober 2023 15:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata menyampaikan keterangan kepada wartawan terkait kasus dugaan korupsi suap pengadaan barang dan jasa di lingkungan Basarnas tahun 2021 s/d 2023 di Gedung Serbaguna KPK, Jakarta, Senin (31/7/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata menyampaikan keterangan kepada wartawan terkait kasus dugaan korupsi suap pengadaan barang dan jasa di lingkungan Basarnas tahun 2021 s/d 2023 di Gedung Serbaguna KPK, Jakarta, Senin (31/7/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata mengaku tidak terganggu dengan penggeledahan yang dilakukan penyidik Polda Metro Jaya di rumah Firli Bahuri. Dia menyinggung soal prinsip kinerja kolektif kolegial pimpinan: satu tak ada, masih tersedia lainnya.
ADVERTISEMENT
Bagi dia, satu pimpinan tidak akan mempengaruhi sebuah penangan kasus dan kinerja pimpinan. "Saya pribadi enggak terganggu [penggeledahan rumah Firli]," kata Alex kepada wartawan di Gedung Dewas, Senin (30/10).
"Jadi gini ya, pimpinan itu kan lima, kolektif kolegial. Kalau misalnya ada satu pimpinan yang 'walelot' yakinlah itu tidak akan menghentikan proses," tegasnya.
Dia bahkan mengatakan, dua pimpinan yang terlibat sesuatu saja tak akan mempengaruhi kinerja KPK. Masih ada tiga, kata dia. "Kalau voting masih menang. Kan gitu," jelas Alex.
Sejumlah personel Kepolisian berjaga di gerbang masuk perumahan Vila Galaxy, salah satu kediaman rumah Ketua KPK Firli Bahuri di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (26/10/20223). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
"Jadi kalau ingin mempengaruhi perkara di KPK, suap yang lima pejabat. Atau paling enggak tiga lah, menang kan?" kata dia sambil tertawa.
Kolektif kolegial sengaja dibuat di KPK untuk menghindari adanya intervensi. Dan untuk meminimalisasi adanya kuasa pada satu orang.
ADVERTISEMENT
"Kalau toh, ada intervensi, itu harus banyak pimpinan yang intervensi. Jauh lebih mudah kalau intervensinya ke penindakan, langsung," jelas dia.
Alex sendiri mengaku tidak mengetahui soal pertemuan dan foto Firli Bahuri dengan Syahrul Yasin Limpo (SYL). Rekannya tersebut juga tak pernah bercerita.
Pertemuan Firli Bahuri dan Syahrul Yasin Limpo diduga di sebuah GOR badminton. Foto: Dok. Istimewa
"Ya, saya kalau ketemu siapa-siapa kan enggak harus sampaikan, Pimpinan ketika pertemuan itu tidak membicarakan perkara. Kalau sekadar ngopi, ngobrol ngalur-ngidul, ngapain juga kami laporkan. Dan pimpinan kan juga enggak sempat juga ngecek, misalnya saya janjian dengan teman, orang ini dilaporkan ke masyarakat," kata dia.
Alex mengungkapkan, bahwa ribuan laporan masyarakat diterima KPK setiap tahun. Dan pimpinan tidak selalu mengetahui apakah orang yang mereka temui adalah pihak yang dilaporkan ke KPK.
ADVERTISEMENT
"Jangan-jangan seluruh kepala daerah sudah dilaporkan, kan. Tapi kan enggak pernah dilakukan penyelidikan, kan gitu. Saya ketemu dengan kepala daerah di berbagai kesempatan," imbuhnya.
"Sekali lagi enggak mungkin, kan, setiap kali saya ketemu pimpinan harus buka-buka, bisa 'orang ini dilaporkan enggak sih?' Kalau seperti itu, kan, jadi paranoid sendiri saya kan. Kalau begitu, ya, sudah dari kantor pulang ke rumah tidur… tidur aja, enggak usah ketemu siapa-siapa," kata Alex menganalogikan.