Cara BRIN Perbanyak Tumbuhan yang Terancam Punah

19 Agustus 2024 16:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti BRIN eksperimen tumbuhan agar tidak cepat punah. Foto: BRIN
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti BRIN eksperimen tumbuhan agar tidak cepat punah. Foto: BRIN
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pusat Riset (PR) Botani Terapan Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya untuk memperbanyak tumbuhan langka. Sebanyak 35 ilmuwan diikutsertakan dalam Bimtek internal BRIN untuk memperbanyak tumbuhan yang terancam punah.
ADVERTISEMENT
“Kegiatan ini sudah menjadi bagian dari rangkaian aktivitas yang ada di PR Botani Terapan, yaitu riset teknologi propagasi, mulai dari perbanyak tanaman secara in vitro kultur jaringan maupun perbanyakan secara ex vitro. Alhamdulillah telah banyak teknologi perbanyakan spesies yang sudah kita kuasai,” kata Muhammad Imam Surya, Kepala PR Botani Terapan ORHL BRIN dalam keterangannya yang dikutip, Senin (19/8) dalam rilisnya.
Imam berharap, peserta bisa mengimplementasikan semua yang sudah diajarkan, berupa teknologi perbanyakan yang mudah untuk digunakan atau diimplementasikan oleh masyarakat, sehingga hasilnya dapat mendukung upaya konservasi jauh lebih optimal.
“Kelompok riset di PR Botani Terapan sudah cukup banyak sekali melakukan teknologi-teknologi perbanyakan baik in vitro maupun ex vitro. Teknologi-teknologi tersebut kami rasa telah dikuasai, sehingga bisa langsung dimanfaatkan dan dioptimalkan” tutur Imam.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan yang sama, Irni Furnawanthi Hindaningrum, Periset PR Botani Terapan BRIN sekaligus sebagai Ketua Kelompok Riset Teknologi Mikropropagasi PR Botani Terapan mengungkapkan bahwa PR Botani Terapan BRIN yang dulunya konservasi tumbuhan, melakukan kegiatan perbanyakan tumbuhan terancam punah dari hasil eksplorasi sebelumnya yang ada di Kebun Raya BRIN, seperti yang ada di Cibodas, Bogor, Cibinong dan kebun raya-kebun raya lainnya.
“Tumbuhan tersebut tidak hanya ditanam tapi diperbanyak dan setelah berhasil diperbanyak selanjutnya bisa dilakukan reintroduksi dengan mitra-mitra BRIN dan kemudian dikembalikan juga ke kebun raya dari hasil perbanyakan tersebut,” ungkapnya.
Ilustrasi bunga anggrek di rumah. Foto: Ihor Korsunskyi/Shutterstock
Menurutnya, saat ini di laboratorium bioteknologi PR Botani Terapan lebih luas cakupannya tidak hanya konservasi tumbuhan dan perbanyakan tetapi juga mencari kemanfaatan tumbuhan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Seperti saat ini, kami sedang melakukan pekerjaan untuk tiga komoditas masing-masing Mangifera casturi Kosterm, Etlingera balikpapandensis A.D.Poulsen dan ceolegine/ anggrek, nah Mangifera casturi ini kalau di daftar redlist IUCN statusnya extinct in the wild (EW), atau Punah di Alam Liar. Oleh karena itu kegiatan perbanyakan tanaman ini sangat penting untuk mencegah kepunahan melalui pembuatan populasi baru atau pengayaan populasi untuk meningkatkan keberadaan di habitat alaminya,” katanya.
“Jadi kami mencoba melakukan perbanyakan tanaman yang ada di kebun raya sebagai tanaman induknya dan kami domestikasi dulu di Serpong kemudian dari hasil itu dilakukan perbanyakannya. Ada dua teknologi perbanyakan yang kami usung yaitu in vitro dan ex vitro, keduanya kultur jaringan. In vitro dilakukan dilaboratorium BRIN sedangkan ex vitro hanya dilakukan di greenhouse,” sambung Irni.
ADVERTISEMENT
Kegiatan propagasi secara in vitro dan ex vitro merupakan salah satu solusi untuk melakukan perbanyakan tanaman. Cara itu tidak dibutuhkan eksplan dalam jumlah besar, sehingga tidak merusak tanaman induknya.
Ragam bunga menghias Orchid House Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Dia juga menjelaskan dua teknologi in vitro dan ex vitro selalu menjadi satu kesatuan. “In vitro kita bisa melakukan kriopreservasi plasma nutfah. Kalau ex vitro kita bisa lakukan untuk tujuan perbanyakan/ propagasi,” ujar dia.
“Kenapa ex vitro kami lakukan propagasi, karena biayanya menjadi murah dibandingkan yang in vitro dan juga adopsi untuk petani sekala UMKM sangat memungkinkan,” tambah dia.
Selain itu in vitro kajiannya lebih ke riset dan kajiannya seperti perbanyakan konservasi plasma nutfah secara ex situ. Kemudian juga melakukan peningkatan kandungan bahan aktif didalam tanaman tersebut dan melakukan analisa biologi struktur, misalnya mencari bagaian mana saja dari tanaman memproduksi metabolisme.
ADVERTISEMENT
Salah satu tanaman yang menjadi bahan perbanyakan dalam pelatihan itu adalah anggrek. Jenis anggrek sangat beragam, terdapat 800 genus, 25.000 spesies, dan 5000 spesies ada di Indonesia.
Bentuk dan warna bunganya unik, menarik dan indah. Anggrek bisa tahan lama dan tidak mudah layu, perawatannya pun mudah.
Saat ini, minat pencinta anggrek meningkat. Kebutuhan untuk pasar regional, nasional dan internasional pun ikut meningkat.
Sentra anggrek berada di Bogor, Tangerang Selatan, Bandung, Malang, bahkan sudah berkembang sentra-sentra pasar anggrek di daerah seperti Pontianak, Kalimantan Barat dan Palopo, Sulawesi Selatan. Anggek dapat diproduksi dan dipasarkan dalam bentuk botol, compot, seedling tunggal, anggrek remaja, anggrek dewasa, dan anggrek dewasa yang sudah berbunga.

Cara Perbanyak Tanaman Anggrek

Salah seorang anggota kelompok riset PR Botani Terapan BRIN Roni Kartiman, menjelaskan beberapa jenis anggrek yang biasa banyak dibudidayakan oleh kalangan pencinta anggek, di antaranya anggrek Dendrobium.
ADVERTISEMENT
Anggrek ini merupakan anggrek yang bersifat epifit di hutan-hutan tropis, batangnya simpodial memiliki batang semu (pseudobulb) berbentuk gelembung berdaging dan memiliki nodus (buku-buku) tempat bunga dan daun menempel, memiliki akar berbentuk silindris, lunak dan mudah patah, memiliki akar lekat dan akar udara. buah berbentuk bulat dan matang sekitar 3-3,5 bulan.
Selain Dendrobium, dijelaskan pula mengenai anggrek phalaenopsis atau lebih dikenal dengan anggrek bulan. Anggrek ini merupakan anggrek monopodial, dan menyukai sedikit matahari.
Sebagai upaya pemuliaan tanaman anggrek, Roni juga menginformasikan mengenai penyerbukan dan persilangan tanaman anggrek. Pada tanaman anggrek penyerbukan biasa dengan bantuan serangga.
“Bunga anggrek bersifat hermaprodit (berkelamin dua), yaitu polen (serbuk sari) dan stigma (putik) terdapat dalam satu bunga. Sifat kelamin bunga anggrek adalah monoandrae yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat dalam satu bunga, sehingga anggrek merupakan tanaman yang mudah untuk mengalami penyerbukan,” terang Roni.
ADVERTISEMENT
“Anggrek ini merupakan tanaman menyerbuk silang. Penyerbukan dapat terjadi secara tidak sengaja oleh alam, misalnya dengan bantuan serangga. Jatuhnya polen ke kepala putik menyebabkan terjadinya penyerbukan, proses ini lebih mudah terjadi pada tipe bunga anggrek yang memiliki zat perekat pada putiknya (discus viscidis). Polen anggrek yang tidak memiliki zat perekat disebut polinia, sedangkan yang memiliki zat perekat disebut polinaria,” tambah Roni.
Dia juga menjelaskan bahwa persilangan buatan pada anggrek bisa dilakukan dengan bantuan manusia, yaitu dengan meletakkan serbuk sari (polen) pada kepala putik (stigma).
Crossing tanaman anggrek akan menghasilkan keturunan tanaman anggrek yang bersifat heterozigot, yaitu gabungan sifat dari kedua indukannya atau campuran sifat genetis dari kedua induknya.