Cegah Antrean Vaksinasi Meningitis, RI-Saudi Jajaki Pertukaran Sertifikat Vaksin

24 Februari 2025 11:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kemenkes Indonesia menandatangi MoU (kerja sama) dengan Kemenkes Arab Saudi, di Kantor Kemenkes, Jakarta Selatan, Senin (24/2/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kemenkes Indonesia menandatangi MoU (kerja sama) dengan Kemenkes Arab Saudi, di Kantor Kemenkes, Jakarta Selatan, Senin (24/2/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan (Menkes) Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan salah satu isi dari MoU (kerja sama) Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengenai vaksinasi meningitis untuk jemaah umrah dan haji.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, kedua negara telah sepakat untuk mengadakan pertukaran sertifikat secara digital.
“Kami juga berharap adanya pertukaran sertifikat vaksin digital. Karena kita tahu, jemaah umrah dan haji kita sangat banyak ya. Dan itu kan ada mesti periksa vaksin meningitis. Karena ada wabah polio,” kata Budi usai menandatangani MoU bersama Kemenkes Arab Saudi, di Kantor Kemenkes, Jakarta Selatan, Senin (24/2).
Lebih jauh, Budi menyebutkan, pertukaran sertifikat vaksinasi bertujuan untuk mengurangi antrean yang menumpuk di bandara Jeddah, King Abdul Aziz, dan bandara Madinah Mohammad bin Abdul Aziz.
“Itu antrean di bandara sana dan imigrasi sana sangat panjang. Jadi, jika proses ini bisa di digitalisasi, akan jauh lebih mudah,” tutur Budi.
Budi melanjutkan, Menkes Arab Saudi Arab Saudi Fahd bin Abdul Rahman Al-Jalajel juga berencana untuk mengunjungi Biofarma Indonesia. Guna mengetahui kapasitas produksi vaksin di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kedua negara juga bersepakat untuk mengirim vaksin ke negara-negara Selatan, seperti Afrika, Asia Selatan, dan Amerika Serikat. Sehingga jika pandemi kembali terjadi, vaksin telah siap disebarluaskan.
“Ketiga, beliau [Menkes Fahd] akan mengunjungi Biofarma terkait kemampuan produksi vaksin. Kita memiliki keyakinan yang sama bahwa kemampuan produksi vaksin harus lebih tersebar di negara-negara selatan,” jelasnya.
“Yaitu di Afrika, di Asia Timur, di Timur Tengah, Indonesia, Asia Selatan, termasuk di Amerika Selatan. Jadi, tidak hanya terkonsentrasi di negara-negara utara. Supaya jika terjadi pandemi lagi, kita akan memiliki cukup banyak tempat untuk memproduksi vaksin bagi 8 miliar orang,” tambah dia.