Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cegah WNI Jadi Korban Penembakan di AS, Jaringan Diaspora Dapat Dioptimalkan
11 Oktober 2022 16:42 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Imbauan dirilis usai seorang WNI asal Semarang, Novita Kurnia Putri (25) tewas ditembak di rumahnya. Wanita yang kerap disapa Vita Brazil itu adalah korban penembakan acak salah sasaran.
Menurut Pengamat Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, Pemerintah RI melalui Kemlu harus pula menggunakan cara lain, demi mencegah peristiwa tewasnya WNI di AS akibat penembakan terulang di masa depan.
Salah satu cara memaksimalkan jaringan diaspora Indonesia di Negeri Paman Sam, serta meningkatkan komunikasi antara pemerintah dan pemangku kepentingan dan otoritas di AS.
“Mengoptimalkan jaringan komunikasi sosial budaya dan keagamaan dengan seluruh jaringan diaspora Indonesia di AS, agar mereka senantiasa taat hukum dan menempatkan diri dengan baik dalam masyarakat AS,” ujar Rezasyah, saat dihubungi kumparan.
ADVERTISEMENT
“Namun mengingat kasus ini sangat spesifik, maka RI agar senantiasa terbuka membagikan pengalaman terbaiknya dibidang kepolisian, dengan diwadahi oleh perjanjian Strategic Partnership yang mengikat kedua negara,” imbuhnya.
Ia menambahkan, pemerintah RI harus pula mempercayakan kemampuan aparat AS melindungi WNI dari ancaman penembakan yang kian marak.
“Perihal kejadian di AS saat ini, imbauan memang perlu dilakukan, karena tugas negara adalah melindungi warga negaranya. Namun dengan pesan-pesan tersebut hendaknya mudah dimengerti oleh masyarakat Indonesia di AS, tanpa perlu mempertanyakan kredibilitas pemerintah AS dalam mengurus keamanan dalam negerinya,” terang Rezasyah.
“Random shooting adalah masalah umum yang berlaku di Amerika Serikat. Untuk itu, RI hendaknya memercayai tanggung jawab dan kredibilitas pemerintah AS dalam menangani masalah ini,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Respons Kemlu RI
Terkait kematian Vita Brazil, juru bicara Kemlu, Teuku Faizasyah, mengatakan pihaknya selalu mengimbau WNI di AS untuk waspada.
“Pemerintah pusat dan juga melalui perwakilan RI di AS senantiasa mengingatkan masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kehati-hatian sehubungan dengan maraknya ‘random shooting’ di AS,” tutur Faizasyah, dalam kesempatan terpisah.
Faizasyah kemudian menginformasikan salah satu upaya untuk memberikan peringatan itu adalah, melalui aplikasi Safe Travel yang dibuat dan dikembangkan oleh Kemlu bagi WNI pelaku perjalanan ke luar negeri.
“Aplikasi Safe Travel juga terus dimutakhirkan untuk memberi peringatan kewaspadaan sehubungan dengan berbagai peristiwa penembakan secara random di AS,” imbuhnya.
Safe Travel menghimpun informasi yang komprehensif seputar kehidupan di berbagai negara dunia, termasuk AS.
ADVERTISEMENT
Mulai dari nomor telepon perwakilan RI di berbagai negara bagian, persyaratan masuk dan keluar negara, panduan keselamatan dan keamanan, hingga tempat ibadah dan fasilitas kesehatan beserta alamatnya.
Vita Brazil Bukan WNI Pertama yang Tewas Ditembak di AS
Vita ditemukan tewas di kediamannya di San Antonio, Texas, usai dua remaja bersenjata di bawah umur melepaskan sedikitnya 100 tembakan ke arah jendela kamar Vita dari jalan.
Kedua remaja itu berusia 14 dan 15 tahun, mereka kini telah diamankan oleh aparat kepolisian.Kepolisian menduga target pelaku adalah rumah tetangga Vita. Sebab usai pelaku melepaskan tembakan, ada tiga remaja dari rumah tersebut yang membalas tembakan tersebut. Ketiga remaja berusia belasan tahun itu kini juga ditangkap polisi.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Vita Brazil bukan WNI pertama yang tewas akibatnya maraknya kasus penembakan di AS. Total sejak 2007 lalu, termasuk Vita, sudah ada 3 WNI tewas karena penembakan dan tiga lainnya luka di AS.
WNI korban penembakan pertama ialah seorang pria asal Kota Medan, Partahi Mamora Halomoan Lumbatoruan. Ia menjadi korban penembakan liar di Institut Politeknik dan Universitas Negeri Virginia (Virginia Tech) di Kota Blacksburg, Negara Bagian Virginia, AS.
Peristiwa itu terjadi pada 16 April 2007, di mana Partahi menjadi mahasiswa program S3 jurusan Teknik Sipil. Dari 32 orang korban jiwa, salah satunya adalah WNI.
Kasus penembakan kedua menewaskan seorang pria WNI pemilik restoran Sunny Side of the Street di Texas, Adrianus Michael Kusuma. Dia ditembak mati oleh dua perampok di rumahnya pada 18 September 2016.
ADVERTISEMENT
Otoritas menjelaskan, pelaku mungkin menargetkan korban karena berharap dapat mencuri uang tunai hasil penjualan di restorannya. Para perampok kemudian melarikan diri dengan mengantongi sejumlah uang kecil menggunakan mobil putih.