Cerita Ayah di Jakarta Utara Bongkar Makam Bayinya, Curiga Tertukar di RS

11 Desember 2024 21:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kuku Bayi Panjang. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kuku Bayi Panjang. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kelahiran anak adalah hal yang paling dinantikan pasangan suami-istri. Perasaan itulah yang dirasakan pasangan M. Rauf dan Feni Selvianti. Bayi mereka yang lahir pada 16 September 2024 di RS Islam Cempaka Putih disambut dengan penuh suka cita.
ADVERTISEMENT
Momen bahagia itu ternyata hanya berlangsung singkat, Rauf mengatakan, pada 17 September saat sedang mengurus akta lahir anaknya, ia mendapat kabar dari pihak RS bayinya dalam kondisi kritis.
"Saya paginya sedang pergi mengurus administrasi dan mau berangkat ke kelurahan untuk pengurusan akta kelahiran. Saya dihubungi oleh perawat Neonatal Intensive Care Unit (NICU) untuk datang ke RS kembali dan tidak memberi tahu kondisi anak saya, dan saya sudah menghubungi istri dan mertua saya untuk mewakili saya ke ruang NICU untuk melihat kondisi bayi saya, tapi perawat marah dan tidak mengizinkan istri dan mertua melihat bayi saya di ruang NICU, malah diadang," kata Rauf lewat keterangannya, Rabu (11/12).
“Setelah saya sampai ke RS dan saya datang ke ruang NICU, saya menunggu lama di ruang tunggu NICU dan awalnya saya tidak di bolehkan masuk ke ruang NICU. Padahal kondisi bayi saya sedang kritis," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Setelah berdebat dengan pihak RS, Rauf bersama istrinya akhirnya diperbolehkan masuk melihat kondisi anak mereka yang dipasangi alat medis.
Beberapa saat kemudian, salah satu petugas medis menyatakan anaknya sudah meninggal.
“Setelah bayi melek ada perawat datang dan mengambil bayi untuk ditaruh di tempat inkubator, katanya bayi biar hangat. Dan ada lagi cewek datang dan melihat kondisi bayi dan menyatakan sudah meninggal dan tidak memberi tahu meninggal jam berapa. Dan saya dan istri melihat ke arah alat jantung masih berfungsi dengan baik," bebernya.
Rauf Bongkar Makam Bayinya
Rauf menyebut, saat itu ia sempat meminta pihaknya yang mengurus bayinya. Namun, tiba-tiba petugas RS memandikan bayinya saat ia sedang mempersiapkan mobil untuk membawa bayinya tersebut.
ADVERTISEMENT
"Saya dan abang saya disuruh ambil kendaraan dan dibawa ke tempat mandiin jenazah. Anak saya sudah selesai dimandikan dan terbungkus kain kafan. Dan dimakamkan Selasa, 17 september 2024 (sore hari)," jelasnya.
Kematian anaknya yang terasa begitu cepat membuat Rauf bertanya-tanya.
Ia kemudian kembali ke TPU Semper untuk mengecek ulang kondisi bayinya. Sebab, ia belum melihat langsung kondisi jenazah anaknya yang terbungkus kain kafan sebelum dimakamkan.
“Pada hari Rabu, 18 September 2024 ditemani keluarga, saya meminta izin membongkar makam bayi karena istri saya menangis terus. Saya takut istri saya depresi," imbuhnya.
"Pihak makam membuat surat pernyataan dan mengizinkan saya membongkarnya," lanjutnya.
Rauf Sebut Ada Perbedaan Bayinya
ADVERTISEMENT
Rauf kemudian membandingkan bayinya yang dimakamkan dengan foto yang sempat diambilnya saat pertama kali mengadzankan bayinya tersebut.
Rauf bahkan membawa alat ukur dari rumahnya untuk memastikan apakah itu bayinya atau tidak.
"Bayi tersebut badannya besar dari. Ukuran panjangnya tidak sesuai dengan surat keterangan lahir dari RS IJCP. Tercantum panjangnya 47 cm, sedangkan yang dikubur lebih dari 47 cm," rincinya.
"Saya melihat sendiri wajah anak saya menangis kencang pas saat adzanin dan tidak ada tahi lalat di pelipis alis kiri sedangkan yang meninggal ada tanda tahi lalat di pelipis kiri. Kami sangat yakin dengan insting kami," lanjutnya.
Rauf Minta Ada Test DNA
Setelah menemukan perbedaan pada jenazah bayi yang dimakamkan, Rauf kemudian mendatangi RS. Sempat ada 3 kali ada upaya mediasi dengan pihak RS yakni 21 September, 24 September dan 11 Oktober 2024.
ADVERTISEMENT
Ia juga meminta rekam medis hingga rekaman CCTV, namun pihak RS tak mengizinkan.
"Saya meminta hasil rekam medis dan mau melihat CCTV tapi juga tak diperlihatkan," kata dia.
Pihak RS Akhirnya Bersedia Melakukan Test DNA
Dihubungi terpisah, perwakilan keluarga Rauf, Angel, menyebut setelah dilakukan upaya mediasi akhir pihak RS bersedia melakukan test DNA.
"Tadi pagi saya tanya ke ayah ini, saya tanya kapan tes DNA katanya tanggal 13 atau enggak tanggal 14 (Desember)," ungkapnya.
Angel menilai dalam mediasi itu juga ada permintaan dari pihak RS. Mereka ingin apa pun hasil test DNA, Rauf diminta tak menempuh jalur hukum.
"Apa pun hasil tes DNA itu entah itu positif atau negatif, si ayah korban tidak boleh melakukan tindakan hukum. Itu salah satu poinnya. Itu perjanjian itu menurut aku cacat hukum karena gak ada pengacara si ayah," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Respons Pihak RS Islam Cempaka Putih
Terpisah, Dirut RS Islam Cempaka Putih, Jack Pradono Handojo, mengatakan pihaknya bakal memfasilitasi tes DNA.
"Intinya kami dari Rumah Sakit Islam Cempaka Putih akan memfasilitasi proses pemeriksaan DNA untuk menguak kebenaran," ungkapnya.