Cerita Ayah Dokter Restu, Korban Penyerangan KKB di Kiwirok: Pesan Tak Terkirim

17 September 2021 20:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi TNI buru KKB Papua. Foto: Pupspen
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi TNI buru KKB Papua. Foto: Pupspen
ADVERTISEMENT
Suwardi tidak pernah menyangka malam itu, Senin (13/9), ia akan melihat tayangan berita terkait putranya, dokter Restu Pamanggih. Restu yang bertugas di Papua menjadi salah satu korban serangan KKB pimpinan Lamek Taplo.
ADVERTISEMENT
Kejadian penyerangan oleh KKB kepada tenaga kesehatan (nakes) itu terjadi di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang. Informasi soal penyerangan itu diketahui Suwardi dari chanel YouTube yang biasa ditontonnya.
"Saya tahunya justru dari YouTube, kejadiannya (penyerangan) kan Senin siang, saya nonton itu Senin malam bakda isya. Karena anak saya tugas di sana, jadi saya ngikutin channel berita Papua," tuturnya kepada kumparan lewat sambungan telepon, Jumat (17/9).
Melihat kabar itu, ia langsung menghubungi putranya, namun pesannya tidak terkirim.
IDI Papua bersama dengan 250 tenaga kesehatan menggelar aksi long march minta perlindungan terhadap nakes. Foto: Dok. IDI Papua
Suwardi yang tinggal di Klaten, Jawa Tengah, hanya bisa mengirimkan doa yang terbaik untuk putranya. Ia bahkan terjaga hingga dini hari sekitar pukul 01.00 WIB dan masih belum mendapat balasan dari sang anak.
ADVERTISEMENT
Usai subuh, ia pun menghubungi salah satu rekan Restu, yaitu dokter Fuad Iqbal yang sama-sama bertugas di Papua, tetapi beda daerah. Saat dihubungi Suwardi, Fuad belum mengetahui adanya penyerangan KKB kepada nakes di Puskesmas Kiwirok. Ia pun mencoba menghimpun informasi dari rekan nakes.
"Kebetulan malam setelah maghrib sudah ada berita bahwa bisa menghubungi dokter lain yang ada di Distrik Oksibil dan kenal dengan anak saya. Kemudian diberi tahu Restu sudah selamat dan sudah di Pos TNI," tuturnya.
Mendengar kabar itu, Suwardi tak bisa langsung lega. Sebab, hingga kini ia masih belum bisa berbicara dengan anaknya.
Restu juga masih dalam penanganan medis sebab tulang tangan kanannya patah saat terjun ke jurang untuk melarikan diri dari serangan KKB.
ADVERTISEMENT
Suwardi diberi tahu bahwa proses evakuasi Restu dari jurang juga membutuhkan waktu yang tak sebentar. Ia harus bertahan di Pos TNI yang hanya ada bantuan darurat untuk menangani luka-luka dan tulang tangannya yang patah.
"Sekarang malah saya belum komunikasi sama anak saya, pernah sekali dari pihak TNI di pos itu ada salah satu anggota yang menghubungi saya video call, memberi info anak saya dalam keadaan baik. Itu sekali aja," kata Suwardi.
IDI Papua bersama dengan 250 tenaga kesehatan menggelar aksi long march minta perlindungan terhadap nakes. Foto: Dok. IDI Papua
Terbaru, Suwardi mendapat kabar putranya telah dievakuasi dari Pos TNI di sekitar lokasi kejadian ke Kota Jayapura dan dirawat di salah satu rumah sakit di sana.
"Sebelumnya enggak pernah ada kejadian penyerangan kaya gini. Saya berharap ada perkembangan baik dan jika saya harus ke sana, saya akan ke sana," tuturnya.
Gabriella Meilani tenaga kesehatan yang hilang setelah penyerangan KKB Papua. Foto: Dok. Istimewa
Penyerangan KKB di puskesmas tersebut menyebabkan seorang nakes tewas, yaitu Suster Gabriela Meilani (22). Gabriela ditemukan meninggal dunia di jurang saat bersembunyi dari kejaran KKB pimpinan Lamek Taplo.
ADVERTISEMENT
==