Cerita Bima Arya Usai Dinyatakan Positif Corona

16 April 2020 6:47 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto dalam diskusi “Evaluasi Publik dan Isu-isu Nasional Dalam 100 Hari Jokowi-Amin” di Senayan, Jakarta, Minggu (16/2). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto dalam diskusi “Evaluasi Publik dan Isu-isu Nasional Dalam 100 Hari Jokowi-Amin” di Senayan, Jakarta, Minggu (16/2). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Wali Kota Bogor Bima Arya akhirnya diperbolehkan keluar dari RSUD Kota Bogor usai dirawat selama 22 hari karena positif virus corona. Bima kini diperbolehkan menjalani isolasi mandiri di kediamannya.
ADVERTISEMENT
Ada sejumlah cerita yang disampaikan Bima kepada kumparan, mulai dari proses perawatan selama di rumah sakit hingga sejumlah kebijakan yang diambil Pemkot Bogor untuk memerangi wabah virus corona di sana.
Bima pun bercerita mengenai kemungkinan di mana ia terpapar virus corona. Sebagaimana diketahui, Bima sebelumnya melakukan kunjungan kerja ke Turki pada 9-15 Maret 2020 sebelum akhirnya dinyatakan positif corona. Ada banyak yang berpendapat Bima terpapar corona di Turki, namun Bima meragukannya.
"Kecil (kemungkinan) saya terpapar di Turki. Kemungkinan saya terpapar saat saya datang mendarat di Indonesia. Gejala itu baru terasa di hari kedua (usai mendarat di Indonesia)," kata Bima Arya, Rabu (15/4).
Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto. Foto: Dok. Istimewa
Bima juga merupakan pasien positif corona pertama di Bogor. Sebelum dinyatakan positif, ia sempat merasakan sejumlah gejala ringan seperti badan lemas, mual, nafsu makan hilang, tenggorokan tidak nyaman, batuk, hingga merasa tubuh panas padahal suhunya normal.
ADVERTISEMENT
Setelah akhirnya dinyatakan positif, Bima pun menjalani perawatan dan isolasi di RSUD Bogor. Bima dirawat di ruangan isolasi berukuran 3x7 meter.
"Saya diisolasi di satu ruangan yang betul-betul cuma saya sendiri. Ukurannya 3x7 meter dan dicek dokter rutin. Sehari mungkin 4 sampai 5 kali cek suhu tubuh, tekanan darah, tensi, saturasi oksigen, vitamin, dan obat-obatan," ungkapnya.
"Awalnya ada sedikit demam dikasih paracetamol, batuk dikasih obat batuk, lalu vitamin dan obat antivirus. Begitu kira-kira. Sempat dipasang infus untuk masukin obat agar lebih efektif masuk ke pembuluh darah," lanjutnya.
Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto melakukan koordinasi melalui konferensi video dengan jajaran dinas untuk memberikan arahan update terkait corona. Foto: Dok. kotabogor.go.id
Bima juga tetap memantau jalannya pemerintahan Kota Bogor meski dalam perawatan. Ia mengungkapkan sering berkomunikasi dengan Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim terkait tugas-tugas yang harus dikerjakan.
ADVERTISEMENT
"Semua tugas itu ada di pundak Kang Dedie dan saya tidak intervensi. Jadi semua saya percayakan, tapi barangkali 2-3 kali sehari telepon update. Jam 6 atau setengah 7 saya telepon untuk bertukar kabar saja, secara umum saja. Enggak mungkin secara detail karena kalau detail saya intervensi terlalu jauh dan itu merepotkan," ungkapnya.
Selama dalam perawatan, Presiden Jokowi rupanya sempat menghubungi Bima. Dalam percakapan saat itu, Jokowi mengingatkan Bima untuk rajin berjemur di bawah terik matahari pagi. Sebab menurut Jokowi, hal itu dapat menyegerakan proses penyembuhan.
"Pak Jokowi telepon saya hari kedua atau ketiga di RS. Pak Jokowi menyarankan berjemur dan positive thinking, dua itu yang disarankan Pak Jokowi, 'selamat Pak Wali dan positif saja, imunitas akan naik dan kalau bisa berjemur," ujarnya menirukan pesan Jokowi.
Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto (kanan) dalam diskusi “Evaluasi Publik dan Isu-isu Nasional Dalam 100 Hari Jokowi-Amin” di Senayan, Jakarta, Minggu (16/2). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Bima juga menyampaikan pandangannya mengenai pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di lima daerah Bodebek. Salah satu hal yang dibahas terkait PSBB ini adalah usulan operasional KRL harus disetop.
ADVERTISEMENT
Bima pun menilai usulan penghentian operasional KRL dapat membantu meminimalisir penumpukan massa, yang berpotensi menjadi tempat penularan virus corona. Namun, masih ada sejumlah hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan apakah operasional KRL akan diberhentikan atau tidak selama PSBB.
"Saat ini, memang penumpukan massa yang masih ekstrem ada di stasiun kereta. kita sudah komunikasi dengan PT KAI," tuturnya.
"Tapi pertanyaannya sekarang adalah bukan hanya yang mau mudik, tapi yang masih mau bekerja juga membutuhkan. Kita sekarang sedang hitung dulu, jangan-jangan masih ada tenaga medis yang membutuhkan angkutan itu (KRL) untuk berangkat kerja," lanjutnya.
Apalagi banyak warga Bogor yang bekerja di Jakarta. Sehingga ia akan berkoordinasi dengan Pemprov DKI dan mencari jalan keluar bagaimana mengurangi mobilitas orang dengan KRL jika nanti operasionalnya tidak disetop.
ADVERTISEMENT
"Prinsipnya akan ke sana, dan memang harus koordinasi juga dengan Jakarta, artinya kalau yang lain tak ditutup, ya susah juga," ujarnya.
Di sisi lain, Bima berharap masyarakat dapat mematuhi kebijakan PSBB. Ia pun menegaskan pentingnya sanksi selama penerapan PSBB agar masyarakat disiplin.
"Tidak ada artinya PSBB tanpa sanksi. Ini kan ada payung hukum di atas. Ada Permenkes, UU Kekarantinaan dan merujuk pada sanksi pidana dalam KUHP, jadi ada sanksi denda," ujarnya.
"Kita tidak ingin wabah ini berjalan panjang. Jadi lebih baik kita tegas sekarang, tapi bisa memperpendek wabah ini daripada tidak tegas, memberikan banyak ruang, kerugiannya akan lebih besar lagi," lanjutnya.
Terakhir, Bima berpesan kepada masyarakat khususnya di Kota Bogor untuk mematuhi aturan yang diterapkan pemerintah pusat maupun daerah dalam penanganan virus corona. Salah satunya adalah aturan dan imbauan untuk tetap berada di rumah.
ADVERTISEMENT
"Ikuti semua imbauan pemerintah, saat ini pemerintah sudah memiliki langkah-langkah yang jelas ikuti saja semuanya, jangan melawan jangan nakal begitu, kalau kita taat, kalau kita disiplin, insyaallah badai ini akan cepat berlalu," tegasnya.
Bima menyinggung banyaknya cuitan warganet yang mengaku bosan karena terus berada di rumah. Menurutnya, kebosanan itu tak sebanding jika mereka harus dirawat di rumah sakit karena positif corona.
"Kalau hanya bosan, saya sering lihat status orang gabutlah, boringlah, kamu harus merasakan rasanya di rumah sakit sendiri selama 22 hari itu seperti apa, jadi bosan-bosannya di rumah masih jauh lebih bosan di rumah sakit sendiri di kamar," ujarnya.
"Bagi yang bosan di rumah mulai ingin keluar, yakinkanlah ketika Anda keluar, Anda terpapar, hal yang paling anda rindukan cuma satu adalah kembali ke rumah," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
=========
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!