Cerita Daniel, Mantan Manajer yang Kini Jual Novel di JPO Tebet

22 Mei 2018 13:19 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Siang itu matahari ibu kota begitu terik, sebagian orang memilih untuk berteduh di bawah pepohonan, sedangkan lainnya berjuang menghadapi panas aspal jalanan.
ADVERTISEMENT
Daniel adalah satu di antara pejuang jalanan itu. Tepat pukul 12.00 WIB ia berangkat dari rumahnya yang berada di Kramat Jati menuju Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) BUMD untuk menjajakan novel-novel best seller dagangannya.
Sambil menenteng tas ransel lusuhnya, pria berusia 58 tahun itu menyusuri jalan ibu kota. Daniel mengenakan jaket hitam, topi dan penutup mulut sebagai pelindung panas dan polusi kendaraan. Perjalanan memakan waktu sekitar 40 menit sebelum akhirnya sampai di JPO BUMD.
Sesaat setelah sampai di JPO BUMD, Daniel tak langsung istirahat. Ia bergegas merapikan novel-novel dagangan yang ia bawa. Saat itu, Daniel membawa sekitar 18 novel remaja.
"Yang paling laris ini ya, Dilan ini. Andrea Hirata juga banyak yang suka, biasanya perempuan-perempuan suka baca novel ini," ujar Daniel saat ditemui kumparan pada Rabu (9/5).
Daniel penjual novel di Tebet (Foto: Lolita Claudia/kumparan.com)
Satu buah novel dijual dengan harga Rp 60 ribu hingga Rp 100 ribu. Namun tak jarang Daniel memberikan diskon kepada pembeli yang memborong dagangannya.
ADVERTISEMENT
"Dulu ada yang beli seri Dilan harganya harusnya Rp 180 ribu tapi dia minta Rp 150 ribu ya sudah saya kasih. Yang penting saya masih dapat untung walaupun kecil," lanjut Daniel.
Terhitung sudah enam bulan ayah dua anak ini berjualan novel di JPO BUMD. Bila beruntung, Daniel bisa membawa uang Rp 200 ribu dalam sehari. Namun tak jarang juga Daniel pulang dengan tangan kosong.
"Sehari bisa Rp 200 ribu, tapi yang namanya rezeki juga enggak bisa ditebak. Kadang laris kadang enggak, tapi saya yakin Tuhan selalu ngasih rezeki ke saya," tuturnya.
Daniel berkisah, sebelumnya ia pernah bekerja kantoran sebagai manajer penjualan di sebuah perusahaan penerbitan tahun 1983 hingga 1989, kemudian ia pindah ke sebuah perusahaan buku populer Indonesia selama 10 tahun lamanya hingga 1998.
ADVERTISEMENT
"Selama 10 tahun saya bekerja di perusahaan nasional itu, populer. Lalu setelah keluar dari perusahaan saya menikahi istri saya. Saat itu usia saya 38 tahun, istri 34 tahun," katanya.
Krisis moneter dan PHK massal membuat Daniel kehilangan pekerjaannya. Hingga akhirnya di tahun 2007 ia memutuskan untuk berjualan novel di pinggiran Jakarta untuk menyambung hidup.
"10 tahun saya berjualan di sana, kenal baik dengan satpam-satpamnya, terus pas November 2017 mereka usir saya katanya 'Bapak enggak boleh lagi jualan di sini'. Saya enggak ngerti kenapa satpam-satpam yang saya kenal itu berubah pikiran," tuturnya mengenang.
Penjual Novel di Tebet (Foto: Lolita Claudia/kumparan)
Menurut Daniel, berjualan di JPO BUMD keuntungannya lebih besar dibandingkan dengan berjualan di lokasi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
"Ya saya senang sekarang, jualan saya ada aja yang beli. Kalaupun enggak ada yang beli tapi ada aja yang ngasih rezeki padahal enggak beli buku. Itu enggak cuma sekali, berkali-kali" kata Daniel.
Baginya, buku tak hanya jadi sumber kehidupan namun sebagai teman. Tak heran, Daniel sudah gemar membaca buku sejak duduk di bangku Sekolah Dasar.
"Zaman dulu, waktu SD, saya sudah baca buku psikologi yang tebal itu, saya tamatkan dalam waktu tiga hari. Saya suka buku, buku itu seperti teman, dia (buku) tidak hanya bercerita tapi juga menghidupkan karakter tokoh di dalamnya," lanjut Daniel.
Daniel bertekad akan terus berjualan buku hingga fisiknya melemah demi menyambung hidup keluarga.
ADVERTISEMENT
"Kalau fisik masih kuat saya akan terus berjualan buku, kalau rezeki mah pasti ada. Kan kata Allah tergantung dari hati manusia jangan ragu-ragu," tuturnya.