Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
"Tak bisa dipungkiri, banyak diaspora China berasal dari selatan," begitu kata Konjen Republik Indonesia untuk Guangzhou, China, Ben Prakasa Drajat ketika ditemui di kantor Konsulat RI Guangzhou, Jumat (1/11).
ADVERTISEMENT
Ia langsung cerita panjang lebar, usai menerima kumparan dan 2 media lainnya yang datang dari Indonesia untuk meliput Canton Fair.
Lebih rinci, Ben menjelaskan, para diaspora itu bertahun-tahun lalu datang dari kawasan selatan China, macam Fujian, Guangzhou dan Hainan. Bahkan banyak dari mereka yang masih mempertahankan bahasa mereka, bahasa Hokkien dan diserap jadi bahasa slang masyarakat Indonesia.
"Ya seperti kata-kata untuk menghitung yang, seperti Cepek, Gopek, atau kata-kata Kamsia yang artinya terima kasih. Itu bahasa Hokkien, beda dengan bahasa mandarin yang pakai Xie Xie," kata Ben.
Para pendatang dari selatan ini akhirnya banyak menetap di Indonesia. Beranak-pinak dan bahkan menjadi beberapa pengusaha paling kaya di Indonesia.
Belum lagi diaspora China ini memberi pengaruh terhadap masakan-masakan Indonesia. Seperti jaringan restoran Tio Ciu yang ada di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kalau pernah makan seafood Tio Ciu, itu dibawa orang-orang Fujian, atau Fu Qing," kata Ben.
Menurut Ben, kedekatan ini masih terjalin berpuluh hingga beratus tahun setelahnya. Kini, kawasan di selatan China itu kian mempererat hubungannya dengan Indonesia.
Contohnya, penerbangan dari Guangzhou menuju Indonesia semakin banyak.
"Anda tidak akan pernah kehabisan pesawat. Transnusa ada 1 penerbangan setiap hari, Guangzhou-Manado, belum Garuda Indonesia, Guangzhou-Jakarta, atau China Southern Airlines yang melayani 2 penerbangan sehari dengan rute yang sama," kata Ben.
"Artinya, mereka juga mau semakin dekat dengan kita," ucapnya.
Penerbangan-penerbangan itu hanya menempuh waktu paling lama 5 jam saja. Belum lagi dengan perkembangan kawasan Greater Bay Area, Guangzhou, Shenzhen dan Hongkong yang kini jadi motor ekonomi modern China.
ADVERTISEMENT
Kawasan-kawasan ini merupakan tempat di mana produsen mobil listrik macam BYD, GAC Aion, hingga perusahaan digital Ten Cent berada.
Ditambah lagi dengan adanya pelabuhan Nansha yang merupakan pelabuhan paling sibuk nomor 5 di dunia. Ada keuntungan bagi Indonesia, jika konektivitas motor ekonomi China itu makin dekat dan makin ramai.
Belum lagi, Konjen RI juga baru saja kedatangan perwakilan dari BUMN Indonesia, Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), yang mengurus kelayakan kapal-kapal. Kedatangan mereka semakin memperkuat jalinan hubungan ekonomi antara Indonesia dengan China Selatan
"Kita upayakan itu, sehingga bisa mewujudkan kerja sama yang lebih erat antara pemerintah China dan Indonesia," tutup Ben.