Cerita Doni Monardo di Awal Pandemi Corona: Ditegur karena Pakai Masker

9 Maret 2021 10:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Doni Monardo Terima Medali Pentahelix. Foto: Dok. Satgas
zoom-in-whitePerbesar
Doni Monardo Terima Medali Pentahelix. Foto: Dok. Satgas
ADVERTISEMENT
Memakai masker sudah menjadi keharusan masyarakat di tengah pandemi virus corona. Namun setahun silam, saat awal pandemi, pemakaian masker sempat tidak dianjurkan bagi mereka yang sehat.
ADVERTISEMENT
Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo bahkan sempat ditegur petugas kesehatan internasional karena memakai masker di awal pandemi corona. Menurutnya, aturan pemakaian masker dan alat kesehatan dari WHO berubah-ubah seiring berkembangnya pandemi corona.
"Saya saat pertama sekali berikan penjelasan itu pakai masker sempat dilarang oleh salah satu petugas kesehatan internasional. 'Pak doni anda jangan gunakan masker, masker hanya digunakan untuk mereka yang sakit. Jadi anda sehat enggak usah pakai masker'. Jadi saya lepas masker tapi akhirnya berubah lagi (aturannya)," jelasnya saat konferensi pers virtual, Selasa (9/3).
Warga menggunakan masker dan pelindung wajah saat menggunakan KRL dari stasiun Bogor. Foto: Adek Berry/AFP
Selain masalah aturan yang berubah-ubah, Doni menjelaskan tantangan di awal pandemi juga masalah ketersediaan masker, alat pelindung diri (APD), baju hazmat, dan alat kesehatan lainnya. Bahkan banyak rumah sakit yang di awal pandemi corona tak memiliki APD.
ADVERTISEMENT
"Padahal sejak akhir Januari (2020) kita sudah sempat beberapa pertemuan untuk ketahui berapa kekuatan kita di bidang alat perlengkapan medis terutama APD, hazmat, dan masker," terang Kepala BNPB ini.
Petugas kesehatan Rumah Sakit COVID-19 Wisma Atlet menggunakan APD saat akan menjaga pasien di Jakarta, Jumat (26/2/2021). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Menurutnya, permasalahan ini akhirnya bisa diatasi dengan pendistribusian 230 ribu APD ke seluruh Indonesia dalam waktu yang tak lama berkat bantuan TNI AU.
"Sehingga keluhan-keluhan dari para dokter, nakes yang sudah mulai berguguran, meninggal karena tidak memiliki alat perlengkapan memadai akhirnya terpenuhi. Itu pun kita memerlukan waktu yang relatif cukup lama sehingga kita yakin dan optimistis produksi dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan hazmat kita," ungkapnya.
Infografik 3 lapisan masker kain. Foto: kumparan
Selain itu, Doni juga menjelaskan masalah stok alat rapid test antibodi dan swab PCR yang sangat kurang di awal pandemi. Namun berkat kerja sama semua pihak dan bantuan dari luar negeri, stok alat pemeriksaan ini akhirnya berhasil memadai.
ADVERTISEMENT
"Jadi kami bersama Prof Wiku rasakan betul, betapa kita pada posisi yang sangat rentan waktu itu. Jadi banyak sekali pengalaman yang kita hadapi, tetapi berjalannya waktu akhirnya kita bisa tahu dan lihat situasinya sudah makin membaik," pungkasnya.