Cerita Doni saat Benahi Sungai Citarum: Jangan Sampai Maung Jadi Meong

27 Maret 2021 12:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Doni Monardo saat pemberian gelar doktor homoris causa oleh Institut Pertanian Bogor. Foto: IPB University
zoom-in-whitePerbesar
Doni Monardo saat pemberian gelar doktor homoris causa oleh Institut Pertanian Bogor. Foto: IPB University
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan karier militernya, Doni Monardo sempat dilantik menjadi Pangdam III/Siliwangi pada 16 November 2017. Saat itu, ia banyak mendapatkan laporan perihal kondisi Sungai Citarum yang kotor.
ADVERTISEMENT
"Saya menerima banyak laporan tentang Citarum sebagai sungai terkotor di dunia," kata Doni dalam orasinya di penganugerahan Doktor Honoris Causa atau Doktor Kehormatan oleh IPB, Sabtu (27/3).
Doni kemudian menceritakan bagaimana upayanya dalam 'membersihkan' Sungai Citarum. Doni bercerita, pertama kali memberikan pengarahan kepada staf di Makodam III/Siliwangi, ia menyinggung soal nama besar 'Siliwangi' dalam berbagai penugasan baik di dalam maupun luar negeri.
"Sayang jika nama besar itu hilang karena kita saat ini tidak peduli atas persoalan yang ada di depan mata, yaitu Citarum sebagai sungai terkotor di dunia," kata Doni.
"Saya katakan bahwa pada seragam yang dikenakan prajurit Siliwangi ada simbol Harimau atau Maung. Jangan sampai karena kita tidak berbuat sesuatu, Maung Siliwangi berubah menjadi Meong Siliwangi," sambungnya.
Warga mengambil sampah di muara pertemuan antara Sungai Citepus dan Sungai Citarum yang tercemar limbah di Cangkuang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (27/1). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
Dari situ, kata dia, semangat prajurit terbakar untuk membantu rakyat di Jawa Barat melalui 'pembersihan' Sungai Citarum. Niatan itu terealisasi dengan kerja sama antara Kodam III/Siliwangi dengan tim Kemenko Marvest dan Pemprov Jabar, serta Polda Jabar.
ADVERTISEMENT
Segenap komponen masyarakat, tokoh agama, budayawan, relawan, pegiat lingkungan, hingga media dikumpulkan. Ia mengatakan, tiada hari libur. Setiap hari, mereka memikirkan strategi menuntaskan masalah kerusakan ekosistem Citarum.
Saat itu, Doni juga melaporkan kondisi Citarum kepada Presiden Jokowi tentang pada tanggal 4 Desember 2017. Saat itu, Doni menyampaikan butuh payung hukum agar TNI bisa ikut membantu memulihkan ekosistem di Citarum.
"Akhirnya konsep regulasi yang dimotori oleh Dr. Dini Dewi yang didukung penuh oleh tim hukum Sekretariat Negara terbit melalui Perpres Nomor 15 Tahun 2018, tanggal 15 Maret 2018, kurang dari sebulan setelah Presiden Jokowi mendeklarasikan program Citarum Harum pada tanggal 22 Februari 2018 di Situ Cisanti, salah satu mata air purba di Jabar," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Doni menceritakan, proses penuntasan Citarum diawali dengan pemeriksaan sampel air yang dipimpin oleh Kakesdam III Siliwangi, Kolonel Is Priyadi, yang hasilnya air Citarum mengandung logam berat seperti Timbal, Cadmium, serta bakteri Salmonella, Ecoli, dan Pseudomonas Areogonosa.
Sungai citarum. Foto: Faisal Rahman/kumparan
Setelahnya, ia menugaskan 20 orang Kolonel untuk mendata permasalahan dari hulu hingga hilir Citarum, sekaligus meminta masukan dari masyarakat bagaimana solusinya.
"Saya terinspirasi oleh Lao Tse, seorang filsuf China yang hidup semasa era Sun Tzu 500 tahun sebelum Masehi. Salah satu kutipan yang saya ingat adalah 'Temuilah rakyatmu. Hiduplah dan tinggalah bersama mereka. Berkaryalah dengan mereka. Mulailah dari apa yang mereka miliki. Sampai akhirnya mereka akan berkata 'kami telah mengerjakannya'," kata dia.
Atas dasar itu, ia memulai membenahi Citarum dengan mendekati masyarakat dan merubah prilakunya. Sehingga para prajurit ditugaskan untuk menginap dan tinggal di rumah-rumah penduduk.
ADVERTISEMENT
"Kembalikan budaya luhur urang Sunda yang peduli sumber air, sehingga nama sungai diberi awalan Ci, yang berarti air. Termasuk penghargaan terhadap pohon – pohon besar dengan memberi awalan nama Ki. Seperti Ki Hujan, Ki Gelia, Ki Sereh, Ki Mani’I, dan Ki Tambleg," kata Doni.
Doni juga mengaku mendapatkan banyak dukungan, mulai dari mantan menteri lingkungan hidup dan kehutanan, Sarwono Kusumaatmadja dan Erna Witoelar, juga tokoh nasional Koentoro Mangkusuboroto yang pernah ditugaskan untuk pemulihan Citarum oleh ITB.
Doni Monardo saat pemberian gelar doktor homoris causa oleh Institut Pertanian Bogor. Foto: IPB University
"Saya juga menjumpai Menristekdikti Bapak Muhammad Nasir untuk memberikan masukan tentang pentingnya perguruan tinggi di Jabar melakukan KKN di DAS Citarum, sehingga Menristekdikti mencanangkan program KKN tematik di Citarum," kata Doni.
Selain itu, ia juga mengaku berkesempatan bertemu dengan mantan Presiden Megawati, sebelum menerima penghargaan Doktor Honoris Causa di STPDN. Doni melaporkan tentang pemulihan Citarum.
ADVERTISEMENT
"Saya menerima masukan dan arahan dari Ibu Megawati tentang pentingnya pendekatan budaya dalam menyelesaikan masalah lingkungan. Berkat kolaborasi para pihak inilah, kualitas air Citarum terus membaik, bahkan laporan harian Kompas menyebutkan bahwa ikan-ikan lokal yang sempat hilang mulai muncul di Jatiluhur," ungkap Doni.
Jenderal Bintang 3 itu saat ini telah diberi gelar Doktor Kehormatan atau Doktor Honoris Causa oleh IPB di bidang Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam (SDA) dan Lingkungan. Sepak terjang Doni Monardo dinilai berkontribusi si sektor tersebut.