Cerita dr Dayat soal Kampus FK di Jakarta Patok Biaya Rp 750 Juta: Enggak Wajar

1 September 2022 12:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dokter menutupi wajah. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dokter menutupi wajah. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Biaya sekolah kedokteran kian mahal, untuk universitas negeri saja biaya masuk awal Fakultas Kedokteran bisa sampai Rp 750 juta. Dosen Neurologi FK UI Rakhmad Hidayat menyebut jumlah ini tak wajar.
ADVERTISEMENT
“Kemarin saya menemukan ada kampus yang saya bilang di bukan 10 besar (FK terbaik di Indonesia), tapi ternyata bayarnya Rp 750 juta untuk masuk kampus negeri di Jakarta. Ya, saya tidak sebut namanya,” ujar pria yang akrab disapa dokter Dayat ini dalam diskusi online 'Kuliah Mahal Dokter Kurang' bersama kumparanplus, Rabu (31/8).
“Kampus negeri Jakarta ada berapa sih gitu, kan, Rp 750 juta uang masuknya. Saya bilang tamatan dari situ mau ngapain, Rp 750 juta nggak wajar maksudnya. Apakah ada jaminan setelah itu jadi spesialis, kan enggak,” tambah kandidat doktor ini.
Dayat menyebut bahwa tidak ada kepastian bahwa mahasiswa akan jadi dokter spesialis bahkan dengan biaya masuk yang sangat tinggi ini.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan kemungkinan untuk jadi dokter spesialis dari Fakultas Kedokteran yang bukan universitas top dan belum memiliki program studi spesialis sangat kecil, hanya 10-20 persen.
Spesialis Syaraf dari Universitas Indonesia, dr. Rakhmad Hidayat. Foto: Ainun Nabila/kumparan
“Saya rasa kalau dari kampus kampus begitu untuk jadi spesialis mungkin cuma 10 sampai 20 persen. Agak beda kalau misalnya dari UI, UGM, segala macam itu, mungkin bisa 50 sampai 80 persen yang jadi spesialis. Tapi kalau yang FK swasta atau FK negeri yang belum punya spesialisnya itu paling cuma 10 sampai 20 persen,” terang Kepala Program Studi Neurologi FK UI ini.
Dayat mengimbau calon mahasiswa dapat lebih bijak dalam memilih tempat melanjutkan pendidikan. Mereka juga harus mempertimbangkan apakah dengan biaya masuk yang tidak terjangkau ini dapat memberikan mereka fasilitas, ilmu, dan kemudahan lain untuk jadi dokter spesialis.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, untuk menjadi dokter spesialis yang terpenting adalah lulus ujian nasional kedokteran. Sehingga di mana pun universitasnya selama ia lulus ujian nasional, mahasiswa tetap bisa menjadi seorang dokter spesialis.
“Tapi sekarang gini, FK UI Rp 11-12 juta, tapi ternyata (universitas yang) bukan swasta bisa Rp 600-700 juta. FK negeri yang tadi saya sebut bisa Rp 750 juta. Loh, kok, bisa begitu, sementara ada data lagi ada 95 fakultas kedokteran di seluruh Indonesia gitu, kan,” kata dokter yang juga aktif ngetwit ini.
Dayat bahkan berandai-andai bila ia tidak diterima di universitas top di Indonesia, alih-alih membayar mahal hingga Rp 750 juta, dia lebih memilih untuk mencari universitas dengan uang masuk yang masih terjangkau. Sebab akhirnya lulusan mana pun akan diuji melalui ujian nasional kedokteran.
ADVERTISEMENT
“Ini kalaupun saya enggak masuk (universitas top) ini, pertimbangan saya, ya, kalau saya enggak masuk, saya akan cari FK yang kira-kira duit saya nggak perlu sebanyak itu habis, toh yang masuk FK lulusnya itu dilihat dari ujian nasional,” jelas Dayat.
“Ini dengan masuk Rp 750-800 juta apakah apa yang didapat, apakah peluang tambahan yang akan didapat dari situ, apakah ilmunya ataukah lain-lainnya, saya enggak tahu nih, enggak paham. Tapi kalau saya pribadi, saya enggak akan masuk situ yang Rp 800 juta itu, saya akan masuk sekolah di mana yang Rp 100-200 juta masih ada-lah,” tambah Dayat.
Dokter spesialis saraf yang berpraktik di RSCM ini juga menjelaskan bahwa ujian nasional juga tidak terlalu sulit untuk mahasiswa yang telah menempuh pendidikan selama 4 hingga 5 tahun.
ADVERTISEMENT
Kasus atau permasalahan yang akan diberikan adalah kasus umum yang telah sering ditemukan selama proses kuliah dan koas. Sehingga tidak menjadi masalah mahasiswa lulusan dari kampus mana asal dapat lulus ujian ini.
“Jadi maksudnya mau dia lulusan FKUI, mau dia lulusan FK yang heboh kemarin, ataupun misalnya FK dari mana gitu itu, lulusnya pakai ujian nasional. Persentase lulus ujian nasional namanya orang kuliah udah 5 setengah tahun, ujian nasional, kan, ujiannya gitu-gitu aja,” pungkasnya.