Cerita Dubes soal Rekrutmen 200 Imam dari Indonesia untuk UEA

14 Agustus 2021 13:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab (UAE), Husin Bagis. Foto:  Azis Kurmala/ANTARA
zoom-in-whitePerbesar
Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab (UAE), Husin Bagis. Foto: Azis Kurmala/ANTARA
ADVERTISEMENT
Kebutuhan imam dari Indonesia untuk Uni Emirat Arab (UEA) mengemuka usai kunjungan Presiden Jokowi ke Abu Dhabi pada Januari 2020. Tak tanggung-tanggung, jumlah kuota mencapai 200 imam.
ADVERTISEMENT
Rupanya ada kisah di balik kebutuhan UEA soal imam hingga Kemenag membuka pendaftarannya. Duta Besar Republik Indonesia untuk UEA, Husin Bagis, membagikan ceritanya kepada kumparan.
Ia mengatakan, kerja sama tersebut merupakan hasil dari diplomasi panjang sejak ditugaskan pada 2016.
"Awalnya tiba di Abu Dhabi alhamdulillah saya sering ke masjid, masjid di sini tidak besar-besar tapi banyak. Namun, dari kunjungan ke beberapa masjid, saya tidak bertemu imam dari Indonesia," tuturnya, Sabtu (14/8).
Husin mengangkat topik tersebut saat berbincang dengan Kepala Otoritas Umum Urusan Islam dan Wakaf (Awqaf) di Abu Dhabi. Saat bertemu, Husin menyatakan dari 200 juta penduduk Indonesia, setidaknya 1 persen adalah hafiz Quran.
Terlebih, tuturnya kepada Awqaf, tak sedikit jumlah pesantren di Indonesia dengan bahasa wajib bahasa Arab, sehingga bakat para pemuda muslim di Indonesia layak dipertimbangkan.
ADVERTISEMENT
"Saya bilang, Indonesia 200 juta penduduk, Anda bayangkan 1 persennya hafiz Quran, tapi kok enggak ada imamnya di sini dari Indonesia, coba kamu pertimbangkan, begitu. Ya diplomasi dari 2017-an lah," tuturnya.
Dubes RI untuk UEA Husin Bagis dalam acara peresmian nama jalan Presiden RI Joko Widodo di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Foto: Dok. KBRI Uni Emirat Arab
"Sebelum pandemi, mereka kemudian ke Jakarta dan kerja sama dengan Kemenag. Dapatlah waktu itu sekitar 14 orang dan ditempatkan di beberapa masjid di Abu Dhabi," ungkap Husin.
Saat itu, para peserta yang terpilih diberi latihan selama kurang lebih 2 minggu. Mereka kemudian ditempatkan di masjid-masjid kecil di bawah Awqaf.
"Semua masjid di sini di bawah Awqaf dan dibina serta digaji oleh mereka. Gajinya sampai Rp 19-20 juta per bulan," tuturnya.
Selain gaji tetap, para imam dari Indonesia juga diberikan tempat tinggal di dekat masjid.
ADVERTISEMENT
"Dapat rumah dekat masjid cukup besar, ada dua kamar, bagus lah, layak. Kemudian dapat asuransi," kata Husin.
Saat bertugas, imam yang dikirim tetap dipantau oleh Kedubes Indonesia untuk UEA. Bahkan dibentuk tim khusus yang memfasilitasi dan sebagai jembatan para imam dengan kedubes.
"Kalau negara-negara Arab dari dulu sudah bisa aplikasi (jadi imam), tapi kita pendatang baru yang non-Arab jadi ya lobby. Alhamdulillah sambutannya baik dan pendaftarannya untuk ditambah sedang berlangsung," tuturnya.
Husin berpesan, langkah menjadikan warga Indonesia sebagai imam di UAE memberikan kebaikan kepada negara kedua belah pihak. Terutama pada nilai-nilai toleransi.
"Pesan saya kalau banyak imam dari Indonesia bekerja di UAE, lazim banyak hal yang mereka bisa bawa ke Indonesia dan sebaliknya, mendapatkan ha-hal menarik di Abu Dhabi termasuk masalah toleransi," tutupnya.
Seleksi calon imam masjid untuk UEA. Foto: Kemenag RI
==
ADVERTISEMENT