Cerita Feri Amsari Usai 'Dirty Vote' Rilis: WA Coba Diretas-Dicaci, Tak Takut

17 Februari 2024 20:30 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
Pakar Hukum, Feri Amsari, yang terlibat dalam film dokumenter 'Dirty Vote'. Foto: Dok. Dokumentasi Dirty Vote untuk Pers
zoom-in-whitePerbesar
Pakar Hukum, Feri Amsari, yang terlibat dalam film dokumenter 'Dirty Vote'. Foto: Dok. Dokumentasi Dirty Vote untuk Pers
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pakar Hukum dan Tata Negara Universitas Andalas Feri Amsari mengatakan terdapat adanya upaya peretasan terhadap website dan medsos WhatsApp juga Telegramnya usai film Dirty Vote dirilis.
ADVERTISEMENT
Ia pun mengatakan, meskipun diretas, ia sudah mempertahankan data-data secara manual sejak jauh hari.
"Kalau website kita akui, ya, website itu punya kelemahan. Pem test saja menunjukkan website kita itu kalau 4 juta serangan per detik, crash. Jadi kita bisa memaklumi," ujar Feri saat diwawancarai wartawan di Gedung Permata Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (17/2).
"Tapi sebagai bagian strategi karena kita sudah siap, kita sudah mempertahankan data manual jauh-jauh hari. Walaupun ada kerugian ya, misalnya begitu WhatsApp bisnis pelaporan cadangannya di-ban, kita kehilangan 2000 data. Ndak hanya C1, laporan kecurangan (juga)," tambahnya.
Feri juga mengatakan, WhatsApp ketiga pakar hukum dan tata negara yang berada di film Dirty Vote itu pun hampir dikuasai.
Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari yang terlibat dalam film dokumenter 'Dirty Vote'. Foto: Dok. Dokumentasi Dirty Vote untuk Pers
"Setelah film, WA kita ketiga-tiga orang itu mau dikuasai. Tetapi tim IT sudah ada, tidak sampai sejam sudah dapat lagi," ucap Feri.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku mendapat cacian di media sosial. Namun ia tidak merasa hal tersebut sebagai ancaman.
"Ancaman lain saya pikir maki-maki di medsos tidak saya kategorikan sebagai ancaman, ya. Seluruh hal kita coba netralisir dengan cara positif," tuturnya.
"Misalnya ada tim yang merasa diikuti, medsosnya dikuasai, kita anggap kesalahan saja," sambungnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan ancaman yang diterimanya kurang lebih sama dengan ancaman yang diterima Bivitri.
Namun ia menyatakan tidak takut dan tidak dianggap membuat dirinya takut.
"Kurang lebih sama, tetapi mohon jangan diberitakan itu sebagai ancaman ketakutan. Bivi kan sudah katakan, kami tidak takut dan jangan dianggap itu sebagai membuat kami takut. Jadi itu saja, katakan ke publik masyarakat sipil tidak takut," pungkasnya.
ADVERTISEMENT