Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita Ganjar Debat dengan Menkes dan Ditelepon Luhut saat Pandemi COVID-19
18 September 2023 13:50 WIB
ยท
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Bakal calon presiden PDIP, Ganjar Pranowo, bercerita sempat berdebat keras dengan Menteri Kesehatan saat masa awal pandemi COVID-19. Ganjar saat itu protes karena masyarakat yang terpapar COVID-19 di Jawa Tengah tidak terdata maksimal.
ADVERTISEMENT
Hal ini diungkap Ganjar saat mengisi kuliah kebangsaan bertema 'Hendak ke mana Indonesia Kita? Gagasan, Pengalaman dan Rancangan Para Pemimpin Masa Depan' di FISIP UI, Depok, Senin (18/9). Ia menjawab pertanyaan panelis Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UI Ummi Salamah.
"Posisi komunikasi publik sangat strategis di dalam kebijakan publik, Pak. Kita sudah belajar sangat keras pada saat pandemi COVID-19. Bagaimana cara Bapak mengintegrasikan komunikasi publik dengan sistem kebijakan?" tanya Ummi.
Menjawab Ummi, mantan Gubernur Jawa Tengah itu kemudian bercerita asal muasal perdebatan.
"Saya berdebat habis dengan para pengambil keputusan di Jakarta pada saat itu. Karena kita berada dalam ketidaktahuan dan kebingungan kolektif. Disinsentifnya adalah kalian (dianggap) bego semua pemerintah dan saya jawab iya karena tidak ada yang tahu," kata Ganjar.
ADVERTISEMENT
"Saya tanya pandemi, kalau dibuat modeling kapan selesai? Ada yang bikin 1 tahun, 6 bulan, ternyata semua salah," imbuh dia.
Akibat ketidaktahuan ini, Ganjar mengatakan dirinya ingin transparan dengan data COVID-19. Menurutnya saat itu ada 2 juta orang yang terkena COVID-19, tetapi tidak diinput oleh Kemenkes.
Meski, dia tak merinci kapan tepatnya peristiwa yang dimaksud.
"Ketika publik tidak tahu apa yang harus kita lakukan? Kita tipu publik agar dia tenang atau kita berikan kejujuran dan dia akan cemas? Saya pilih yang kedua. Maka saya berdebat habis-habisan soal data tadi yang saya sampaikan. Kenapa Bu Ummi? Karena kita tidak pernah jujur dengan data," kata dia.
"Apa yang terjadi pada saat pandemi, saya lupa angka persisnya. Tapi kira-kira waktu itu ada 2 juta yang tidak diinput, coba di-Google," ujar Ganjar.
ADVERTISEMENT
Sebab itu, dia lantas protes kepada pengelola data di Kemenkes yang datang ke Jawa Tengah. Dia pun mendesak pengelola data memasukkan data COVID-19 yang belum diinput.
"Saya protes keras, 4 kali pengelola data yang ada di Kemenkes datang ke Jateng. Saya sampaikan sampai begini bahasa saya, komunikasi saya mungkin buruk ya, sampai saya bilang gini 'Pak kalau memang ada data kami yang belum masuk, masukkan besok pagi'," paparnya.
"(Dijawab) 'Maaf Pak Ganjar kalau ini dimasukkan besok pagi, Jateng akan tertinggi di seluruh dunia'. (Saya jawab) 'Saya tidak peduli dan saya akan jawab'," kata dia.
Ganjar melanjutkan, setelah itu dia berdebat keras dengan Menteri Kesehatan. Dia tak menyebut siapa Menkes yang menjabat saat perdebatan itu terjadi.
ADVERTISEMENT
Menkes dijabat oleh Terawan saat awal pandemi COVID-19 merebak di Indonesia pada Maret 2020. Namun tak lama kemudian, Presiden Jokowi menunjuk Budi Gunadi Sadikin yang menjabat Menkes saat ini, menggantikan Terawan.
Ganjar lalu mengatakan ditelepon Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan imbas perdebatan keras ini. Saat itu, Luhut bertanya ke Ganjar apa pendapatnya soal keterbukaan data COVID-19.
"Saat itulah terjadi perdebatan keras dengan Menkes dan akhirnya Pak Luhut telepon saya. 'Mas Ganjar menurut Anda data harus dibuka nggak?'. (Saya jawab) 'Pak, jangan kita membohongi siapa pun'. (Luhut bilang) 'Aku setuju sama Anda', gitu (kata) Pak Luhut. (Luhut bilang) 'Kalau gitu kita buka', " ujar Ganjar.
"(Saya bilang) Pak ini untuk kepentingan research juga lho Pak, publik aware, kalau disuruh pakai masker, pakai masker. (Disuruh) di rumah, di rumah," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Ganjar Curhat Komunikasi Publik Dinilai Pencitraan
Ganjar menegaskan fakta harus dikedepankan dalam komunikasi publik. Ia pun mengaku tak masalah meski fakta tersebut membuatnya dikritik.
"Bapak/Ibu harus di rumah, pakai masker, ini saya kasih dulu. Besok saya lewat Bapak/Ibu pakai masker, tak bubarin. Nama saya jelek. Tapi saya tanggung jawab. Saya nggak peduli popularitas saat itu," kata Ganjar.
Ganjar bahkan menyadari komunikasi publiknya dinilai sebagai pencitraan. Namun, ia tak masalah selama tujuan mensosialisasikan waspada COVID-19 tercapai.
"Suatu ketika Istana tanya saya, Mas Ganjar lockdown apa enggak. Kesimpulan saya tidak. Kalau kita lockdown, saya sudah itung KTM yang siap, bulog, TNI/Polri yang bisa dikerahkan sampaikan pangan, saya itung kecamatan. Kalau situasi memburuk, masyarakat lapar, masyarakat menjarah. Saat itulah data kita buka, edukasi," paparnya.
ADVERTISEMENT
"Tiap hari saya jalan, video, tiap hari saya upload. Yang menarik (dibilang) Ganjar sedang pencitraan. Dan saya lakukan (bilang) iya. Kamu boleh bicara pencitraan, saya bicara komunikasi publik," pungkas dia.