Cerita Habibie yang Sempat Tak Tertarik dengan Dunia Politik

15 Agustus 2017 13:13 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SBY dan Habibie di acara dialog kebangsaan (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SBY dan Habibie di acara dialog kebangsaan (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dalam dialog kebangsaan yang bertajuk 'Mengelola Keberagaman, Meneguhkan Keindonesiaan' yang diselenggarakan LIPI, Presiden ke-3 RI BJ Habibie sempat curhat soal masa lalunya, termasuk kariernya di bidang politik.
ADVERTISEMENT
Habibie mengaku tidak tertarik terjun ke dunia politik semasa mudanya. Dia lebih tertarik untuk meningkatkan kualitas kehidupannya dan keluarga dibanding mengurus persoalan politik.
"Waktu saya umur 18, saya enggak peduli dengan politik. I'm not interest. Saya tertarik untuk tingkatkan kualitas kehidupan saya, keluarga saya saja," kata Habibie di Auditorium LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (15/8).
Menurutnya, tiap manusia memiliki siklus hidup yang jelas, mulai dari mencari hidup dan bagaimana mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, dia mengingatkan manusia juga membutuhkan bahasa. Dalam hal ini adalah bahasa Indonesia yang merupakan bahasa pemersatu.
"Kita bersyukur memiliki bahasa tunggal, bahasa Indonesia. Kriteria kedua perilaku manusia itu, perilaku produktivitasnya, daya saingnya bisa membuat inovasi dan itu berdasarkan perilaku. 300 ribu tahun homo sapiens, berarti otak saya dan otak anda sama. Jadi kita seharusnya memiliki pemikiran yang sama kan," paparnya.
ADVERTISEMENT
Dia mengingatkan tamu undangan yang hadir untuk mengelola sumber daya dan kelebihan yang dimiliki Indonesia. Dengan demikian, masyarakat dapat memanfaatkan segala aspek yang dimiliki Indonesia, mulai dari ilmu pengetahuan dan IPTEK yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai modal penting bagi Indonesia untuk berkembang.
"Tapi berkembang yang bagaimana? Berkembang yang tentunya selaras dengan keberagaman, keberagaman yang ada di Indonesia," ujarnya.
Habibie juga ingin agar proses budaya dan pendidikan dalam keluarga dilakukan dengan maksimal. Sebab, menurutnya, pendidikan dan penentuan kualitas manusia Indonesia dapat dimulai dari hal yang paling mudah, yaitu keluarga.
"Seperti saya mulai itu di keluarga saya. Bukan hanya nilai ilmu pengetahuan saja, tapi juga nilai memahami perbedaan karena bahaya kalau anak-anak itu tak tahu apa indahnya sebuah perbedaan," tutupnya.
ADVERTISEMENT
Habibie juga berkesempatan menceritakan aktivitas rutinnya saat ini. Ia mengaku bekerja hingga pukul 3 pagi, membacakan surat Yasin untuk almarhum istrinya, Ainun, tahlil, dan baca Al-Quran sebanyak dua juz.
"Tadi malam saya tidurnya jam 3, saya kerja. Saya kan baca yasin buat Ibu Ainun, setelah itu saya tahlil, baca dua juz juga. Tiap malam itu saya lakukan. Saya buat (pesawat) R-80 juga," bebernya.