Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Peringatan haul ke-14 Nurcholis Madjid (Cak Nur) digelar dengan mengusung orasi budaya bertema moralitas luhur dan kreativitas tinggi untuk Indonesia. Dalam orasinya, Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir bercerita soal pengalamannya bersama Cak Nur.
ADVERTISEMENT
Haedar bercerita, ada satu pengalamannya soal Cak Nur yang selalu ia ingat. Saat itu, di tahun 1986, Cak Nur diundang menjadi penceramah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), tempat Haedar menuntut ilmu.
"Waktu itu saya masih asdos (asisten dosen), jadi bisa jadi dosen atau enggak juga, dan salah satu tugas asdos menemani penceramah dan mengundang. Nah, salah satu di antaranya yaitu Cak Nur," kata Haedar di Haul ke-14 Cak Nur di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Kamis (29/8).
Setelah acara itulah, kata Haedar, terjadi sebuah 'tragedi'. Di luar masjid, ternyata sepatu Cak Nur hilang.
"Begitu keluar dari masjid, sepatu beliau hilang. Tiba-tiba rektor saya, dengan sigap mengajak ke toko sepatu yang masih tutup, kemudian mengetuk pintu (toko) karena itu masih jam 5 pagi. Akhirnya dibukakan dan mempersilakan memilih sepatu," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Cak Nur sama sekali tidak terlihat marah karena mengalami insiden tersebut. Bahkan, kata Haedar, Cak Nur masih terlihat tenang.
"Cerita ini menyisakan kesan buat saya, bahwa Cak Nur begitu santun dan sabar menghadapi keadaan seperti itu, tidak sewot. Cerita tentang beliau itulah yang saya peroleh nuansa tentang moralitas luhur, padahal saat itu beliau sudah menjadi tokoh dan idola," ucap Haedar.
Peringatan haul ke-14 Cak Nur digelar dengan mengusung orasi budaya. Orasi tersebut bertema moralitas luhur dan kreativitas tinggi untuk Indonesia.