Cerita Harun Al Rasyid: Si Raja OTT KPK yang Kini Disingkirkan karena TWK

2 Juni 2021 17:26 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyelidik KPK Harun Al Rasyid. Foto: Reno Esnir/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Penyelidik KPK Harun Al Rasyid. Foto: Reno Esnir/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Harun Al Rasyid menjadi salah satu dari 75 pegawai KPK yang dinyatakan tidak lulus Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). Bahkan, ia pun kabarnya masuk deretan pegawai yang disebut sudah tidak bisa dibina kembali.
ADVERTISEMENT
Padahal, dia merupakan Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) penyelidikan KPK. Bahkan, ia sempat dijuluki sebagai raja OTT karena memecahkan rekor banyak melakukan penangkapan dalam satu tahun.
Julukan itu bahkan disematkan oleh Firli Bahuri. Pada 2018 ketika rekor itu pecah, Firli Bahuri merupakan Deputi Penindakan KPK yang tak lain atasan dari Harun Al Rasyid.
Menurut Harun, saat itu dia menangani banyak kasus dan beberapa di antaranya termasuk besar.
"(Banyak) Kasus-kasus besar dan Pak firli juga tahu kenapa saya kemudian oleh Pak Firli dijuluki Raja OTT itu karena pada saat itu hampir 30 kasus ya, dan saya pada saat itu tuh menangani hampir 12 kasus," kata Harun.
Novel Baswedan bersama penyelidik KPK Harun Al Rasyid (kiri) di gedung KPK, 22 Februari 2018. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Namun kini, Firli Bahuri pula yang melucuti kewenangan Harun Al Rasyid. Ketua KPK itu sudah meneken SK nomor 652 yang isinya bahwa 75 pegawai KPK yang tidak lulus TWK harus menyerahkan tugas dan wewenang masing-masing.
ADVERTISEMENT
Harun menilai SK ini bermasalah dan menghambat kerja pemberantasan korupsi. SK diteken Firli Bahuri pada 7 Mei 2021. Dua hari setelahnya, Harun memimpin tim yang menangkap Bupati Nganjuk. Kasus ini belakangan diserahkan ke Bareskrim.

Operasi Senyap bahkan Istri pun Tak Tahu

Ilustrasi kasus KPK Foto: Basith Subastian/kumparan
Harun Al Rasyid mengungkapkan bahwa penanganan perkara di KPK termasuk senyap. Setiap satgas tidak tahu perkara yang ditangani satgas lainnya.
"Semuanya rahasia. Apalagi kalau saya mau melakukan 'pembungkusan' ya," ujar dia.
Menurut dia, ia pun tidak pernah menceritakan soal pekerjaannya bahkan kepada istrinya sendiri. Ia pun punya pengalaman mengenai hal tersebut.
"Yang paling sulit itu kan kalau pamit sama istri ya, (ditanya) 'Mau ke mana? Bawa tas, bawa baju'. Makanya terkadang saya tumpuk baju itu di kantor biar saya ambil saja saya berangkat gitu," ungkap Harun.
ADVERTISEMENT
Bahkan ada satu kesempatan, istri Harun sempat dibuat bingung soal keberadaan suaminya itu. Saat itu, Harun sedang dalam proses menangkap seseorang.
"Kalau dari kantor saya tinggal berangkat ya. Saya cuma bilang ke istri itu ke barat. Jadi masuk barat itu barat dari Jakarta. Saya berangkat ke timur berarti timurnya Jakarta, hanya seperti itu saja," kata Harun.
"Pada saat saya di Jawa Timur itu karena pasukan saya separuhnya ada di barat, mau nangkap juga di barat. Saya bilang ke istri, saya mau ke barat dan timur. Istri saya bingung di WA itu tanya mau ke barat apa ke timur," papar Harun sambil tertawa kecil.
Ilustrasi tahanan KPK Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
"Akhirnya saya ke timur dulu. Biar pasukan saya di barat. Dan setelah saya membungkus di timur, istri saya tanya, 'sekarang masih di timur atau mau ke barat?' Jadi begitulah ya kita dengan istri itu, dengan teman-teman juga seperti itu, gitu loh," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Saat ini, para 75 pegawai KPK yang dibebastugaskan itu masih berupaya melawan. Mereka sudah melapor ke Dewas KPK, Ombudsman, hingga Komnas HAM terkait TWK yang dipandang bermasalah.
Meski begitu, Harun memastikan seluruh pegawai yang dinyatakan tak lulus tersebut tak akan berhenti berjuang.
"Yakinlah kalau kami ini masih diberi kesempatan untuk mengabdi pada negara ini tentu kami akan melakukan kerja-kerja terbaik," tutup dia.