Cerita Istri: Hakim PN Surabaya Erintuah Syok saat Apartemen Didatangi Kejagung

7 Januari 2025 14:28 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sidang pemeriksaan saksi terkait kasus vonis bebas Ronald Tannur untuk Terdakwa Erintuah Damanik dan Mangapul, di Pengadilan  Tipikor Jakarta, Selasa (7/1/2025). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sidang pemeriksaan saksi terkait kasus vonis bebas Ronald Tannur untuk Terdakwa Erintuah Damanik dan Mangapul, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa (7/1/2025). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
ADVERTISEMENT
Istri Hakim Pengadilan Negeri (PN) Surabaya Erintuah Damanik, Rita Sidauruk, menceritakan peristiwa saat apartemennya digeledah oleh penyidik Kejaksaan Agung (Kejagung) RI terkait kasus dugaan suap dalam vonis bebas Ronald Tannur.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Rita saat dihadirkan menjadi saksi dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa (7/1).
Penggeledahan di apartemen itu terjadi pada 23 Oktober 2024. Saat itu, kata dia, ia bersama Erintuah memang tengah berada di apartemen yang berlokasi di Surabaya.
"Waktu itu, saya seperti biasa, Pak, ya, subuh sekali sudah bangun. Lanjut saya kegiatan sebagai ibu rumah tangga, saya siap-siap untuk memasak, belum saya mulai memasak, pintu diketuk," kata Rita dalam kesaksiannya, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa (7/1).
Sidang pemeriksaan saksi terkait kasus vonis bebas Ronald Tannur untuk Terdakwa Erintuah Damanik dan Mangapul, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa (7/1/2025). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
Setelahnya, Rita memang sempat menanyakan ke sang suami terkait orang yang mendatangi apartemennya. Usai pintu apartemen dibuka, lanjutnya, mereka yang datang mengaku dari Kejagung.
Mendengar itu, Rita pun mengaku kaget dan terpaku.
ADVERTISEMENT
"Katanya dari Kejaksaan Agung. Kita buka pintu, masuk semua. Saya terus terang, Pak, shock di situ, kaget saya. Ada apa ini, kan begitu. Saya enggak bisa ngomong, saya diam," ujar dia.
Ia menyebut, penggeledahan di apartemen itu mulai dilakukan sejak pagi sekitar pukul 05.30 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Usai penggeledahan itu, Erintuah pun dibawa penyidik ke Kejaksaan Tinggi Jawa Timur.
"Sampai akhirnya sore itu kita dibawa bersama-sama, waktu itu memang saya tidak ikut dibawa, cuma saya bilang, saya mohon sama jaksa waktu itu, 'Pak, saya ikut, saya mau lihat suami saya mau dibawa ke mana'. Jadi, saya minta ikut waktu itu," tutur Rita.
Bahkan, saat penyidik membawa Erintuah ke Kejati Jawa Timur, Rita mengaku stres. Hingga sekitar jam 10 malam, ia mengungkapkan sang suami tidak diizinkan oleh penyidik untuk pulang ke rumah.
ADVERTISEMENT
"Malah lebih stres lagi saya, Pak. Terus saya dipisahkan dari bapak, bapak dibawa. [Dibilang penyidik] 'Ibu tunggu sini aja', gitu. Bapak enggak tahu saya dibawa ke mana," ungkapnya.
"Sampai jam sekitar 10 atau lebih lah malam, kemudian Bapak tidak diizinkan lagi pulang. Bapak tidak diizinkan lagi pulang, saya yang disuruh pulang," papar dia.
Imbas kejadian itu hingga suaminya menjalani proses hukum, Rita juga mengaku trauma hingga tidak bisa tidur berhari-hari.
"Itu yang buat saya, saya enggak berani sambil lihat orang lagi, Pak, ketakutan yang sangat mencekam saya sampai berapa minggu," ucapnya.
"Terus kadang habis itu juga ada ketuk-ketuk, saya enggak bisa tidur berhari-hari, Pak," pungkas dia.

Tinggal di Surabaya Sudah 4 Tahun

Dalam kesaksiannya itu, Rita mengungkapkan bahwa dirinya juga pernah tinggal di Semarang, Jawa Tengah. Ia kemudian pindah ke Surabaya saat suaminya berpindah tugas ke sana.
ADVERTISEMENT
"[Tinggal] di Surabaya saat Bapak tugas di Surabaya. Lebih kurang 4 tahun kalau enggak salah," ujarnya.
"Selama di Surabaya apakah ibu tinggal terus di Surabaya atau mondar-mandir Surabaya-Semarang?" tanya jaksa.
"Wara-wiri saya, Pak," timpalnya.
Saat penyidik melakukan penggeledahan di apartemennya di Surabaya, Rita mengaku tidak mengetahui apa saja yang disita oleh penyidik Kejagung.
"Pas ada penyitaan, Ibu tahu apa yang disita penyidik?" cecar jaksa.
"Saya enggak hafal tapi ada surat penyitaan," jawab Rita.
"Siapa yang tanda tangani?" tanya jaksa.
"Kalau enggak salah, Bapak yang tanda tangani," jawab Rita.
"Kalau ditotal berapa mata uang asing atau rupiah [yang disita]?" cecar jaksa.
"Saya enggak hafal," kata Rita.

Suap Vonis Bebas Ronald Tannur

Terpidana Gregorius Ronald Tannur saat melengkapi dokumen di Rutan Kelas 1 Medaeng, Surabaya. Foto: Kemenkumham Jatim
Adapun dalam dakwaannya, Erintuah Damanik bersama dua orang hakim PN Surabaya lainnya, Heru Hanindyo dan Mangapul, didakwa menerima suap sebesar Rp 4,6 miliar, dengan rincian Rp 1 miliar dan SGD 308.000 atau setara dengan Rp 3.671.446.240 (Rp 3,6 miliar).
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, mereka juga didakwa menerima gratifikasi terkait pengaturan vonis bebas terhadap Ronald Tannur. Jumlah gratifikasi yang diterima masing-masing hakim tersebut beragam.
Berikut rincian gratifikasi yang diterima masing-masing Hakim:

Erintuah Damanik

Humas PN Medan Erintuah Damanik saat dijumpai di Pengadilan Negeri Medan, Selasa (3/12/2019). Foto: ANTARA/Nur Aprilliana Br Sitorus
Erintuah didakwa menerima gratifikasi berupa uang dalam bentuk mata uang rupiah dan mata uang asing. Jumlahnya ditaksir mencapai Rp 608,8 juta. Berikut rinciannya:
ADVERTISEMENT

Heru Hanindyo

Hakim Heru Hanindyo. Foto: PN Surabaya
Heru Hanindyo didakwa menerima gratifikasi berupa uang dalam bentuk mata uang rupiah dan mata uang asing yang jumlahnya ditaksir mencapai Rp 835,5 juta. Berikut rinciannya:

Mangapul

Hakim Mangapul. Foto: Dok. PN Surabaya
Hakim Mangapul didakwa menerima gratifikasi dalam bentuk uang rupiah dan mata uang asing. Jumlahnya ditaksir mencapai Rp 125,4 juta. Berikut rinciannya:
ADVERTISEMENT
Akibat perbuatannya, ketiga Hakim PN Surabaya itu didakwa melanggar Pasal 12 huruf c atau Pasal 6 ayat (2) atau Pasal 5 ayat (2) juncto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Mereka juga didakwa melanggar Pasal 12B juncto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.