Cerita Kades Wiwin Komalasari Asal Bogor yang Viral saat Demo APDESI di DPR

2 Februari 2024 17:30 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
Kepala Desa Gunung Menyan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor Wiwin Komalasari.  Foto: Dok Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Desa Gunung Menyan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor Wiwin Komalasari. Foto: Dok Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah kepala desa dari seluruh Indonesia melakukan aksi di Gedung DPR RI, Rabu (31/1). Mereka mendesak wakil rakyat untuk mengesahkan Revisi UUD Desa agar jabatannya ditambah menjadi 9 tahun dan bisa maju hingga 3 periode, sehingga total menjabat maksimal 27 tahun.
ADVERTISEMENT
Dalam aksi unjuk rasa Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) itu, ada satu kades yang menuai sorotan netizen karena penampilannya terlihat berbeda dengan kades yang lain. Dia terlihat mengenakan aksesoris mewah di tengah orasi demo.
kumparan menelusuri keberadaan kades tesebut. Ternyata dia adalah Kepala Desa Gunung Menyan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, bernama Wiwin Komalasari.
Saat aksi Wiwin memakai pakaian seragam kepala desa berwarna cokelat. Dia memakai kacamata merek Louis Vuitton. Selain itu dia juga kerap mengunggah penampilan mewah pada media sosialnya.
Saat dihubungi kumparan, Jumat (2/2). Wiwin mengatakan, ikut aksi di depan DPR karena mendapat undangan.
"Kita guyup kades se-Indonesia. Saya dapat undangan, kita menghargai undangan itu. Di sana kita tidak mau adanya kerusuhan," kata Wiwin.
ADVERTISEMENT
Wiwin hanya ikut aksi hingga siang hari karena menurutnya saat itu dia sedang tidak enak badan.
Soal penampilan saat demo yang viral, dia tidak ambil pusing. Menurutnya, penampilan orang itu tergantung bagaimana memadu-padankan pakaian saja.
"Kalau style saya mungkin sebetulnya orang tidak perlu tahu juga dengan keadaan saya, karena memang itu pinter-pinter saya memadukan. Kita tidak perlu yang mewah, kalau pun itu ada harganya kaki lima bisa saja jadi bintang 5 gitu," katanya.
Namun, Wiwin tidak mengungkapkan apakah barang-barang yang dipakainya itu asli atau KW. Menurutnya selama tidak mengganggu orang lain, itu sah-sah saja.
"Kalau itu tidak mengganggu ke masyarakat kenapa enggak, sah-sah saja kan, memang nyamannya seperti itu. Mungkin saya enjoy dengan penampilan saya. Ya, saya nikmati saja, adapun di desa saya pelayan yang utama." ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Intinya dengan dapat informasi ini mudah-mudahan tidak ada yang tersinggung atau menyinggung. Ini real kehidupan saya. Untuk tampilan saya itu tidak membikin, ataupun tidak mau terlihat mewah. Karena memang saya bilang kalau bisa menyesuaikan yang murah bisa jadi mahal," imbuhnya.
Kepala Desa Gunung Menyan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor Wiwin Komalasari. Foto: Dok Pribadi
Saat ditanya soal rumah mewah yang diunggah di akun media sosialnya, Wiwin menyebut tidak semua konten yang diunggah berlokasi di rumahnya. Kadang dia juga membuat konten di rumah temannya.
"Kadang-kadang di rumah sahabat saja, izin mau bikin video TikTok. Itu tidak di rumah saya semua. Di kampung semewah-mewahnya apa sih ya," ujarnya.
Lalu apakah gaji kepala desa cukup untuk memenuhi kebutuhan Wiwin?
"Kades tahu berapa gajinya, dan bagaiman dana-dana desa. Silakan di situ ada RAB (rencana anggaran biaya), realisasi dan LPJ-nya," kata Wiwin.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019, gaji kepala desa dianggarkan dalam APBDesa yang bersumber dari Anggaran Dana Desa (ADD).
Besaran penghasilan tetap atau gaji kepala desa paling sedikit Rp2.426.640, setara 120 persen dari gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang II/a.
Selain mendapatkan gaji tetap, kepala desa juga menerima tunjangan yang berasal dari pengelolaan tanah desa. Hal ini sesuai yang disebutkan dalam Pasal 100 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019.
Menurut Wiwin, dia tidak hanya mengandalkan gaji kades. Dia memiliki usaha sampingan seperti usaha dekorasi pernikahan, rias pengantin hingga jualan produk kecantikan.
"Saya suka sekali dengan wanita pekerja keras, karena saya tidak mau dijajah sama laki-laki. Jadi bagaimana bisa menghasilkan uang. Bagaimana rasanya bisa dipandang sama orang. Ya, kita harus rajin kerja," katanya.
ADVERTISEMENT
Disinggung soal penghasilan per bulan, Wiwin enggan menjabarkan. Yang pasti, katanya, dia bekerja sebaik mungkin.
"Rahasia, relatif, enggak mau bilang biarin saja, kalau untuk inspektorat dan KPK lebih pintar dan saya takut. Bagaiman pun saya bekerja sebaik mungkin. Ini membawa nama desa bukan pribadi," ucapnya.