Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Cerita Keluarga soal Ary, CPNS Bakamla yang Meninggal saat Latihan Coast Guard
22 September 2022 20:16 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Kematian CPNS Bakamla , Muhammad Ary Adithya Hasibuan, saat mengikuti pelatihan Coast Guard Basic Training (CGBT), menyisakan duka mendalam bagi keluarga.
ADVERTISEMENT
Ditemui di rumahnya di Kecamatan Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumut, ayah dan ibu Ary, Herman Efendi dan Susilawarni, seolah tidak percaya anaknya telah tiada.
“Kayak mimpilah, pergi tidur tiba-tiba bangun (dapat kabar) meninggal. Kalau bisa, ya, enggak mimpi,” ujar Susilawarni saat ditemui wartawan, Kamis (22/9)
Susilawarni masih ingat betul saat terakhir video call dengan sang anak pada 30 Agustus 2022. Dia sempat mengingatkan anaknya untuk membawa segala perlengkapan untuk ikut pelatihan CGBT.
“Waktu berangkat ke Surabaya video call. Maksudnya saya ingatin, kayak waktu sekolah dulu. Sudah dibawa buku, sudah dibawa ini. Jangan ada ketinggalan, kayak gitulah,” ujar Susilawarni.
Namun, ternyata percakapan itu menjadi yang terakhir kali. Sebab setelahnya, handphone Ary 'disita' selama para CPNS mengikuti pelatihan.
ADVERTISEMENT
“HP ditahan, enggak ada komunikasi. Semenjak itu komunikasi putus,” ujar Susilawarni.
Barulah pada Senin (19/9) pukul 00.41 WIB dia mendapat kabar dari Bakamla bahwa putranya meninggal pada Minggu (18/9) pukul 22.50 WIB. Jenazah Ary tiba di rumah duka pada Senin (19/9) malam.
Keluarga Menerima sebagai Suratan Takdir
Susilawarni menjelaskan, pihak Bakamla menyebut anaknya meninggal karena gagal hati. Namun, sepengetahuannya Ary tidak memiliki riwayat penyakit dalam.
“Di sini pun sehat dia, berangkat dia bawa penyakit pun enggak ada. Dia tidak pernah ada penyakit dalam, paling kalau demam batuk itu, kan biasa. Kalau dibilang ada bawaan penyakit dia enggak ada. (Tapi kata Bakamla) gagal hati, katanya,” ujarnya.
Meskipun begitu, Susilawarni dan keluarga tidak meminta jenazah anaknya diautopsi. Dia mengatakan peristiwa ini sebagai suratan takdir.
ADVERTISEMENT
“Kami visum enggak mau, kasihan dia (Ary). Sudah kayak gitu mau divisum lagi,” katanya.
Saat menerima jenazah, dia juga tidak melihat ada bekas luka. Sebab hanya wajah dan kaki saja yang terbuka. Sisanya tertutup pakaian.
“Hanya muka dan kaki yang ditengok, badan kami enggak buka. Di wajah dan kaki enggak ada (luka),” ujar Susilawarni.
Keluarga juga enggan melakukan autopsi, menurutnya tindakan itu hanya akan membuat almarhum tidak tenang.
Ayah Bangga Ary Disayang Teman-temannya
Sementara itu, ayah korban, Herman Efendi, mengaku bangga dengan Ary. Sebab semasa hidup Ari dikenal pantang menyerah. Meski sudah dua kali tidak lulus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), dia tetap berjuang.
“Hingga akhirnya dia lulus pada percobaan ketiga,” ujar Herman.
ADVERTISEMENT
Ary merupakan lulusan DIII Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN.
Selama hidup, Ary juga dikenal disiplin dalam belajar, maka tak heran dia memiliki indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,8.
“Enggak pernah keluar malam, di rumah aja. Dia enggak mau menyusahkan orang, enggak mau merugikan orang,” ujar Herman.
Herman sangat terpukul atas kematian anaknya. Namun, dia juga merasa terharu, ternyata Ary pribadi yang disayangi teman- temannya.
Herman mengatakan, Ary memang dikenal humoris dan senang bergaul. Di rumah sendiri, kehadiran anak kedua dari empat bersaudara ini,selalu memberi warna bagi keluarganya.
“Anaknya saleh, enggak pernah pulang malam, suka bercanda, penyabar juga. Ketika saya marah dia sering bercanda ‘hati-hati, Yah, nanti tensi naik’,” kenang Herman menirukan ucapan Ary.
ADVERTISEMENT
Herman memasrahkan kejadian ini kepada Allah SWT. Dia mengaku ikhlas.
Viral di Medsos
Sebelumnya kabar kematian Ary viral di media sosial setelah seorang netizen yang mengaku sebagai sahabat Ary mengunggah sebuah tulisan.
Dia menjelaskan bahwa Ary merupakan lulusan DIII Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN berasal dari Medan dan kelahiran tahun 1998.
Tak lama, kabar kematian Ary tersebut dibenarkan oleh Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Aan Kurnia.
“Benar bahwa salah satu siswa CGBT Bakamla RI meninggal dunia saat menempuh pelatihan. Saya selaku Kepala Bakamla RI mewakili seluruh keluarga besar Bakamla RI menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya atas meninggalnya Ary Hasibuan,” ujar Aan melalui keterangan tertulis, Selasa (20/9).
Aan menjelaskan, CGBT merupakan pendidikan dasar yang harus dilalui oleh seluruh personel yang baru akan bergabung dan dinyatakan lulus menempuh rangkaian tes penerimaan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Ia menegaskan bahwa tes itu bukanlah bentuk bentuk pelatihan militer, sebagaimana yang kini viral di media sosial.
”Namun demikian, CGBT bukanlah pelatihan militer. Pelatihan ini lebih bernuansa pelatihan bela negara dan disesuaikan dengan porsi tupoksi Bakamla RI,” tegas Aan.
Live Update