Rumah Bomber di Mapolrestabes Medan

Cerita Kepala Lingkungan soal Teman dan Pengajian Bomber di Medan

15 November 2019 20:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polisi mensterilkan Jalan Tambak Lingkungan 20 Kelurahan Canang Kering, Kecamatan Medan Belawan. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Polisi mensterilkan Jalan Tambak Lingkungan 20 Kelurahan Canang Kering, Kecamatan Medan Belawan. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
ADVERTISEMENT
Tiga rumah yang terletak di Jalan Tambak Lingkungan 20, Kelurahan Canang Kering, Kecamatan Medan Belawan, Medan, Sumatera Utara, digeledah polisi pada Jumat (15/11). Rumah itu merupakan rumah teman sepengajian pelaku bom bunuh diri, Rabbial Muslim, di Mapolrestabes Medan.
ADVERTISEMENT
Pantauan di lapangan, penggeledahan dilakukan sejak pukul 14.35 WIB hingga pukul 18.30 WIB. Petugas kepolisian juga telah meninggalkan lokasi sementara rumah ketiganya telah dipasangi police line.
"Rumah yang diperiksa rumah Syafri, Yanto, dan rumah Rudi Suharto," kata Kepala Lingkungan 20, Jihadun Akbar, usai pemeriksaan di tiga rumah oleh polisi.
Polisi melakukan penggeledahan di rumah Syarif. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Jihadun mengatakan, rumah Rudi Suharto digeledah karena dugaan keterlibatan anaknya pada aksi pengeboman. Mereka adalah Aris dan Fadli yang diamankan polisi, Kamis (14/11).
Kata Jihadun, rumah milik Yanto dan Syafri memang sering diadakan pertemuan antara komunitas pengajian bersama Rabbial. Bahkan, dia sempat melihat Rabbial datang ke lingkungannya.
"Saya pernah lihat dia kemari hari Senin (11/11)," ucap Jihadun
Terduga guru ngaji Rabbial, yakni SA, juga kerap berkunjung ke wilayahnya. "SA bekerja sama dengan Aris pada (bisnis) tambak kepiting, kadang-kadang kemari," tambahnya.
Warga melihat polisi melakukan penggeledahan di rumah Syarif. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Jihadun menceritakan, kelompok Rabbial juga sering menggelar pengajian dan berkumpul di rumah Syafri dan Yanto. Pengajian biasanya dilakukan hingga dini hari.
ADVERTISEMENT
"Kalau ngumpul kebanyakan yang datang dari luar. Jumlahnya enggak banyak sekitar 10, sepengetahuan saya mereka berkumpul hingga jam 12 malam," ujar Jihadun.
Kelompok pengajian yang dilakukan Yanto dan Syafri, sudah berlangsung sejak 5 tahun. Sebelumnya, mertua Syafri, yakni Iwan, sering menggelar pengajian di sana. Namun Iwan telah pindah ke Bengkulu.
Jihadun menambahkan, pengajian itu meresahkan masyarakat karena digelar tertutup. Pihaknya pun menegur kegiatan mereka.
"Setiap ada kegiatan harus dilaporkan ke kita, tetapi tidak direspons," ucapnya.
Mengenai dugaan warga yang melarang kelompok Rabbial untuk mengaji di masjid kompleks, Jihadun membantahnya. Menurutnya warga hanya khawatir dengan kelompok mereka yang tertutup.
"Bukan enggak boleh, kadang yang kita resah kan, pulang dari masjid, mereka kumpul lagi di masjid. Kalau dilarang, enggak," tutur Jihadun.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, Jihadun mengatakan saat rumah itu digeledah, Yanto dan Syarif tidak ada lokasi. Mereka telah pergi sejak Rabu (13/11) atau setelah peristiwa bom bunuh diri terjadi.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten