Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Cerita Kiky Berjuang Sembuh dari Kanker Payudara Stadium 3
2 Februari 2023 18:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Masih terbayang jelas dalam ingatan Kiky saat divonis mengidap kanker payudara stadium 3 pada tahun 2011 lalu. Perasaan sedih dan takut bercampur jadi satu.
ADVERTISEMENT
"Saat itu saya sudah stadium grade 3, triple negative. Pemeriksaan pertama sudah stadium 3. Nah, sejak saat itu kayak enggak bisa napak kaki gitu, kaya terbang gitu,” ungkap Kiky dalam acara Peringatan Hari Kanker Sedunia Tahun 2023 yang digelar Kemenkes secara daring, Kamis (2/2).
Meski sempat dihinggapi rasa takut, namun tekad kuatnya untuk sembuh membuat Kiky bertahan hingga saat ini.
“Rasa takut iya, cuma kalau saya takut terus, saya khawatir, saya enggak akan sembuh. Jadi karena saya ingin sembuh, jadi saya berjuang menepis rasa takut, rasa khawatir. Kalau bukan saya sendiri yang mengatur kekhawatiran saya, saya enggak mungkin survive sampai kayak sekarang ini,” sambung Kiky.
Ia percayakan kesembuhannya lewat upaya-upaya medis sambil berserah sepenuhnya kepada Tuhan. Ia menjalani operasi mastektomi pada 2012 dan sejumlah kemoterapi untuk melawan kankernya itu.
ADVERTISEMENT
“Saya percayakan pengobatan saya melalui medis karena saya yakin lewat tangan-tangan dokter, Tuhan menyertai pengobatan saya. Yang dilakukan saat itu, pengobatan saya dilakukan mastektomi untuk payudara kanan. Kemudian saya melakukan treatment berikutnya kemoterapi selama 6 kali,” jelas Kiky.
Dukungan dari keluarga dan teman-teman membuat Kiky kuat. Kiky juga bergabung dengan komunitas kanker Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC).
“Dan saya mengucap syukur kepada Tuhan beserta keluarga dan teman-teman sekalian yang men-support untuk kesembuhan saya. Sampai sekarang saya sudah survive 11 tahun, sampai saat ini saya sehat,” lanjutnya.
Sebagai penyintas, Kiky mengaku hidupnya sudah jauh berbeda dengan sebelumnya. Ia meninggalkan pola hidup yang tidak sehat. Menjauhi makanan siap saji, penyedap, hingga minuman berwarna.
ADVERTISEMENT
“Saya mengatur pola makanan saya di rumah. Untuk makanan saya memang menjauhi makanan yang fast food. Kalau misalnya ke mal saya cari makanan yang mungkin kita mau makan di mal, nasi goreng. Dihindari makanan yang siap saji, seperti kaya nugget itu saya coba hindari,” jelas Kiky.
Meski demikian, dia mengaku tak mudah untuk menghindari makanan yang tidak sehat. Terlebih ketika di luar rumah.
“Kalau di luar, kan, kita enggak bisa kontrol makanan yang kita makan. Kita mau minum enggak bisa kontrol. Jadi saya memaksimalkan mengontrol makanan yang di rumah,” terang Kiky.
Olahraga juga menjadi aktivitas wajib yang dia lakukan. Kiky menjadikan olah raga sebagai aktivitas wajibnya setiap hari.
“Terus saya juga rajin olahraga. Setiap hari saya olahraga teratur,” katanya.
ADVERTISEMENT
Melawan kanker di tengah tingginya kasus kematian
Kisah Kiky adalah salah satu kisah yang berakhir bahagia dari sekian banyaknya kasus kanker payudara berujung kematian di Indonesia.
Berdasarkan data Globocan tahun 2020, kasus kanker payudara di Indonesia ada sebanyak 65.858 kasus baru. Artinya ada 182,9 kasus per hari, 7,6 kasus per jam atau 1 pasien baru setiap 8 menit.
Sebanyak 25 persen atau 2,5 dari 10 kasus kanker payudara di Indonesia berujung pada kematian. Kondisi tersebut sangat jauh berbeda dengan kondisi yang terjadi di negara-negara maju.
“Di negara-negara maju itu dari 9 orang terkena kanker payudara hanya satu yang meninggal, kalau kita dari 10 penderita kanker payudara 25 persen itu meninggal. Nah itu artinya kan ada masalah dari kitanya, nih,” papar Rian Fabian Sofyan, dokter spesialis bedah onkologi RS Dharmais Jakarta, yang juga hadir mendengarkan kisah Kiky.
ADVERTISEMENT