Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Cerita Mahasiswa Al-Azhar Kairo: Kuliah Tak Wajibkan Absen, Utamakan Kemandirian
20 Juni 2024 15:03 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Syarif Hidayatullah (26), mahasiswa tingkat 4 dari Tenggeles, Kudus, Jateng, membagikan pengalamannya tentang sistem pendidikan di Universitas Al-Azhar Kairo, yang berbeda dari kebanyakan universitas di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Secara umum, ia menjelaskan bahwa pembelajaran di ruang kelas sama seperti universitas di Indonesia pada umumnya. Dosen tetap memberikan pembelajaran, tapi mahasiswa tidak diwajibkan hadir.
"Kalau di Al-Azhar itu kita, ya, seperti pembelajar kelas pada umumnya aslinya. Cuma kita tidak diwajibkan untuk absen. Tidak ada absensi," kata Syarif kepada kumparan, Kamis (20/6).
Syarif bercerita bahwa sistem pendidikan di Al-Azhar memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mengatur waktu dan cara belajar mereka sendiri. Ia menjelaskan, di Al-Azhar, penilaian lebih banyak bergantung pada ujian akhir dan kualitas hasil akademis yang dihasilkan oleh mahasiswa.
Meskipun tidak ada kewajiban untuk hadir di kelas, Al-Azhar tetap memiliki dosen-dosen yang bertanggung jawab memberikan materi dan bimbingan kepada mahasiswa.
ADVERTISEMENT
"Ada dosennya, pasti ada. Untuk penentuan lulus itu ada fakultas yang menentukan tugas-tugasnya juga harus ditunaikan karena itu mempengaruhi nilai," jelas Syarif yang kuliah lewat jalur mandiri ini.
Syarif mengambil jurusan Syariah Islamiyah di Al-Azhar. Ia menyebut, mahasiswa memiliki kebebasan untuk memilih fokus studi mereka sesuai minat dan kebutuhan akademik mereka.
Salah satu aspek yang menarik dari pengalaman belajar di Al-Azhar adalah adanya kebebasan untuk belajar di luar kampus dalam halaqoh atau majelis ilmiah yang disediakan oleh Masjid Al-Azhar.
Syarif menjelaskan soal perbedaan pembelajaran di Universitas Al-Azhar dengan halaqoh keilmuan di Masjid Al-Azhar.
"Kamu harus membedakan kampus Al-Azhar sama Masjid Al-Azhar. Kalau di masjid Al-Azhar mereka punya pengelolanya sendiri, masjid itu menyediakan misalnya kaya talaqqi Al-Quran, atau biasanya itu diumumin bahasanya itu ruwat Al-Azhar. Ini ada ngaji kitab ini, tinggal kamu mau hadir atau enggak, terserah," ujar Syarif.
ADVERTISEMENT
Meskipun ada kebebasan yang besar dalam cara belajar, mahasiswa di Al-Azhar tetap diharapkan untuk memenuhi standar akademik yang tinggi.
"Jika kamu mau datang dan mencari ilmu di luar kampus, itu terserah kamu. Tetapi di kampus, Al-Azhar tetap memberikan pendampingan dosen setiap hari," jelasnya.
Mandiri
Senada dengan Syarif, mahasiswa S3 Al-Azhar jurusan akidah filsafat, M. Nuruddin, mengatakan kuliah di kampus top Mesir itu adalah mengenai pembelajaran mandiri.
"Belajar di Mesir itu meniscayakan kemandirian. Sangat meniscayakan kemandirian. Makanya saya sering bilang Pak, orang yang gak semangat belajar atau gak bisa belajar kecuali setelah disuruh, ditekan, diberikan tugas, ada tekanan dari luar begitu, itu sangat tidak cocok di Mesir," ucap Nuruddin pada podcast Diptalk di YouTube kumparan.
ADVERTISEMENT
Dia menyebut, kemandirian belajar sudah menjadi kultur di sana. Oleh karenanya, bagi mahasiswa yang tidak niat belajar disarankan untuk memilih kampus lain, bukan di Al-Azhar.
Bukan tanpa sebab Nuruddin meminta mahasiswa pikir ulang kuliah di Al-Azhar. Ia menjelaskan banyak mahasiswa di Indonesia di Al-Azhar yang tak kuliah dan memilih mencari kerja di sana.
"Karena memang kulturnya kemudian kurikulum pembelajarannya, suasanya, iklim keilmuannya, di sana itu meniscayakan kemandirian betul. Gak ada yang nyuruh kita harus masuk kampus," papar dia.
"Karena kampus juga tidak mewajibkan untuk masuk sekolah. Sebetulnya secara regulasi memang ada, tapi pada faktanya ya mahasiswa-mahasiswa yang gak kuliah itu banyak juga," pungkas Nuruddin.