Cerita Mahasiswa UAD Yogya Terjerat Judol Lalu Putus Kuliah

22 November 2024 12:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi judi online. Foto: Marko Aliaksandr/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi judi online. Foto: Marko Aliaksandr/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Jerat judi online (judol) menyasar mahasiswa. Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro, bahkan menyebut hampir 1 juta mahasiswa terlibat judi online.
ADVERTISEMENT
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Gatot Sugiharto, mengakui ada mahasiswanya yang terjerat judol. Bahkan, mahasiswa tersebut sampai putus kuliah.
"Ada ya, ada. Tapi sekarang nampaknya orangnya sudah keluar. Tapi enggak banyak ya. Kalau di UAD kebetulan enggak banyak (kasus judolnya)," kata Gatot saat ditemui di Kepatihan Pemda DIY, Jumat (22/11).
Gatot menceritakan, satu kasus mahasiswa yang sampai putus kuliah karena judol. Saat itu, Gatot yang menangani langsung persoalan mahasiswa itu.
"Dan langsung ketemu dengan saya. Saya harus lakukan tindakan secara langsung," katanya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Gatot Sugiharto, Jumat (22/11/2024). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Awal bisa kecanduan judol, mahasiswa tersebut mengaku terbawa teman. Apalagi jumlah uang untuk judol ini tak melulu harus besar.
"Lah sekarang judi online itu kan slot-nya mulai dari Rp 10 ribu kan ada," katanya.
ADVERTISEMENT
Dari Rp 10 ribu itu, jumlah uang yang dipertaruhkan untuk judol meningkat.
"Nah, setelah sampai Rp 10 juta terus semua habis ya. Ya penasaran, nanti dikasih lagi. Begitu terus polanya," bebernya.
"Kalau anak ini yang kemarin kita tangani akhirnya dia harus memilih keluar. Memilih keluar. Tidak melanjutkan (kuliah)," jelasnya.
Kampus pun kehilangan kontak dengan mahasiswa tersebut. Gatot mengatakan, kemungkinan, anak tersebut juga mengalami permasalahan dengan orang tua akibat jerat judol.
"Ya, putus kuliah. Karena sudah problemnya bukan hanya problem dengan kampus tapi problem dengan orang tuanya. Orang tuanya sekali sudah bilang, 'Sudah, kamu pulang saja. Kamu ngapain kuliah? Karena kamu kuliah menghabiskan ini dan seterusnya. Motor dijual, laptop terjual dan seterusnya'. Nah, itu masih untung enggak bunuh diri," bebernya.
ADVERTISEMENT
Satu kasus ini menjadi pengalaman berharga untuk UAD agar tak ada mahasiswa lain yang terjerat judol. Terutama, bagi mahasiswa-mahasiswa baru.
"Kadang-kadang juga ada mahasiswa itu yang untuk mendapatkan sesuatu yang instan, itu menggunakan cara-cara yang selama ini mungkin ada beberapa dari mahasiswa kita yang menggunakan cara tadi, judi online tadi, karena untuk melipatgandakan aset dengan cepat. Tapi sesungguhnya itu, mereka tidak menyadari bahwa itu adalah jebakan," jelasnya.

Program Literasi Keuangan

Agar mahasiswanya terhindar dari judol maupun pinjaman online atau pinjol, UAD juga membuat program literasi keuangan.
"Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosialisasi terkait dengan bahaya judi online. Maka itu dikemas ya, dikemas dalam bentuk tema besarnya adalah literasi keuangan," katanya.
Program literasi keuangan ini setahun digelar tiga kali dalam bentuk seminar atau workshop. Literasi keuangan ini juga berbarengan dengan literasi digital.
ADVERTISEMENT

E-counseling UAD

Di sisi lain, UAD juga membuat e-counseling bagi mahasiswa yang mengalami persoalan tak hanya keuangan tetapi juga mental.
"Jadi, problem-problem apa pun yang dirasakan oleh adik-adik mahasiswa termasuk tadi, silakan dikonsultasikan," jelasnya.
Mahasiswa yang mengakses layanan ini akan terlebih dahulu ditangani oleh konselor sebaya. Apabila konselor sebaya tak mampu menyelesaikan maka akan dialih tangankan ke konselor profesional maupun tenaga ahli di bidangnya.
"Kalau mereka harus berhubungan dengan hukum, nanti akan direkomendasi ke pusat konsultasi bantuan hukum di UAD," jelasnya.
"Kalau mereka kaitannya dengan kesehatan mental yang lain, nanti ada dari psikolog, ada dari psikiater dan seterusnya. Nah, itu polanya begitu. Kita sudah ada ini," bebernya.