news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cerita Matt, Lulusan Teknik Nuklir 'Banting Setir' Kerja di Startup Finance

20 Maret 2023 22:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wisuda. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wisuda. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Matt, seorang lulusan Teknik Nuklir di Universitas Gadjah Mada (UGM) memilih banting setir dengan bekerja di startup finance. Meski jebolan kampus favorit, ternyata jurusan yang dia tempuh membuat Matt kelimpungan saat mencari pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Matt dihadapkan pada dua pilihan saat gelar sarjana sudah diperolehnya; melanjutkan S2 di luar negeri dan bekerja di sana agar tetap melanjutkan keilmuannya atau mencari pekerjaan di bidang lain.
Ia menilai, Indonesia belum memiliki fasilitas dan prasarana yang memadai terkait nuklir. Selain itu, menurutnya, administrasi terkait pekerjaannya juga masih dalam pembahasan yang rumit.
"Kalau mau bagus itu harus ke luar negeri dan itu pun harus S2 dulu buat bisa kerja di luar negeri. Aku kekurangan dana ke luar negeri, kalau pun ada beasiswa atau ngambil step yang segede itu risiko itu masih belum mau. Aku mau kerja dulu aja," ujar Matt secara kepada kumparan, Rabu pekan lalu.
Bagi Matt pelik memilih pekerjaan yang cocok dengan jurusannya.
ADVERTISEMENT
"Susah banget [cari kerja di bidang nuklir di Indonesia]. Karena dari nuklirnya sendiri pun di Indonesia, job marketnya masih sempit banget," imbuhnya.
Matt adalah salah satu gambaran pemuda yang menjalani profesi tak sejalan dengan jurusan perkuliahannya di Indonesia.
Mendikbudristek, Nadiem Makarim, sebelumnya pernah mengungkap, 80 persen mahasiswa di Indonesia tidak bekerja sesuai dengan jurusan kuliah atau program studi yang dijalaninya.
Dari situ Nadiem menggencarkan program Merdeka Belajar, yang bertujuan agar mahasiswa bisa memiliki banyak pengetahuan di berbagai bidang studi.
Sementara itu, Dirjen Dikti, Nizam, menyatakan, tak masalah seseorang bekerja di bidang yang tak sejalan dengan jurusannya. Fenomena tersebut, imbuhnya, juga terjadi di negara-negara lain.
"Job mismatch tidak hanya terjadi di Indonesia, di hampir semua negara terjadi. Hal tersebut karena spektrum kebutuhan dunia kerja sangat beragam. Sehingga setiap lulusan PT harusnya bisa mengisi ragam pekerjaan tersebut," ujarnya kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
"Yang masalah adalah ketika lulusan PT tidak bisa bekerja atau tidak bisa mengisi lapangan pekerjaan yang ada," kata dia.