Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9
Cerita Megawati Dimarahi George Bush, Tanya Perang Dituding Bela Saddam Hussein
7 November 2022 12:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri bercerita tentang dialognya dengan eks Presiden AS George Bush Jr terkait rencana AS menyerang Irak saat dipimpin Saddam Hussein. Hal itu disampaikan Megawati dalam opening ceremony acara 'Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective'.
ADVERTISEMENT
Awalnya, Megawati mengatakan gerak mewujudkan Tata Dunia Baru yang bebas dari segala bentuk penjajahan, tidak pernah mengenal kata akhir. Megawati lantas menceritakan, Bush mengungkapkan kepadanya bahwa AS akan menyerang Irak dengan cara kilat.
Megawati menjawab AS seharusnya mendapatkan izin dari PBB. Ia lalu mempertanyakan maksud serangan kilat oleh AS ke Irak.
“'Yang namanya kilat itu apa, ya, kalau dari strategi militer?'. Itu yang saya tanya. ‘Satu jam kah, satu hari kah, seminggu kah, sebulan kah?’. Jadi kata Presiden George Bush pada saya, katanya begini, ‘Kamu itu, kok, pintar, ya, Mega’," kisah Megawati di ANRI, Jalan Ampera, Jakarta Selatan, Senin (7/11).
"Saya diam saja, terus saya tanya, 'Kok, kamu bilang begitu?'. Saya, kan, mesti tahu, dong. Ini juga karena saya harus juga berbicara mengenai Pancasila dan juga dengan Dasa Sila Bandung-nya," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Megawati menuturkan sebagai presiden Indonesia saat itu, ia tak setuju dengan penyerangan terhadap sebuah negara.
"Karena saya berkewajiban sebagai Presiden Republik Indonesia, karena saya tidak setuju bahwa sebuah negara akan melakukan sebuah penyerangan. Itu kayaknya idenya seperti zaman Jerman mengatakan Blitzkrieg, perang cepat. Saya pikirnya begitu," tutur Ketum PDIP ini.
Ia pun menyebut Bush sempat agak marah kepadanya pada saat itu. Sebab, Bush mengira Megawati membela Husein.
Megawati pun menegaskan bukan membela Husein, tetapi rakyat Irak yang akan menderita karena serangan itu.
“Tapi, kan, pada keadaannya ternyata waktu itu beliau agak sedikit marah, dia bilang begini, 'Kamu selalu bela Saddam Husein?'. Saya enggak bela Saddam Husein, saya bela rakyat Irak, yang pasti apa pun juga, kan, menderita," cerita dia.
ADVERTISEMENT
"'Jadi kalau kamu berpikir bahwa kamu enggak cocok dengan Saddam Husein, sudahkah ada ahli Islam-mu yang harusnya menerangkan, Saddam Husein itu siapa', saya bilang begitu. Tapi akhirnya tetap saja, toh, diserang,” tegas Megawati.
Dari contoh itu, Megawati menilai wajar jika dianggap PBB tidak bisa lagi meredam konflik. Apalagi dengan makin meningkatnya teknologi, termasuk sebagai ancaman senjata pemusnah.
“Jadi, alatnya itu harus cepat dan akibatnya massal, seperti kita tahu Hiroshima-Nagasaki itu percobaan, tapi telak, ya, dan sampai hari ini dampaknya masih sangat terlihat. Seperti apa rakyat Jepang yang tidak berdosa harus menerima penderitaannya, akibat radiasi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Megawati mengatakan struktur PBB dianggap sudah tidak relevan, karena struktur Dewan Keamanan PBB tidak sesuai lagi dengan cara pandang seperti pada tahun 1960 di mana solidaritas, kerja sama antar bangsa, dan pembangunan ekonomi lebih dikedepankan.
ADVERTISEMENT
“Tidak lagi melihat siapa kamu, siapa dia, kamu harusnya begini, sana harusnya begitu. Sehingga, umat manusia itu juga bisa bersama. Jadi saya berkeyakinan bahwa apa yang telah disampaikan oleh Bung Karno sebagai Bapak Bangsa itu, pikirannya itu lho sampai begitu multi dimention. Dia ikuti dan itu tentu perasan, gemblengan waktu keluar-masuk penjara, dibuang dan lain sebagainya juga bukan berarti mengecilkan founding fathers yang lain, tidak. Tapi, kan, kelihatan ekstraksinya, sehingga bisa memberikan sebuah jalan pikir,” tutup Megawati.