Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Cerita Mendikbudristek Menginap di Rumah Calon Guru Penggerak untuk Belajar
20 September 2021 17:39 WIB
·
waktu baca 3 menitSebelum memulai agenda resminya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, memulai perjalanannya dengan bermalam di rumah seorang calon Guru Penggerak angkatan ketiga, Khoiry Nuria Widyaningrum, Senin (13/9).
Khoiry Nuria Widyaningrum atau yang kerap disapa Nuri merupakan seorang guru di SDN Jetisharjo, Kabupaten Sleman. Saat Nadiem mendatangi kediamannya, ia tidak menyangka akan dikunjungi Mendikbudristek. Begitu pun suaminya yang juga seorang guru SD Muhammadiyah Domban 3 dan kedua orang tua Nuri yang merupakan pensiunan guru sekolah Muhammadiyah.
Saat Nadiem datang, mereka mengaku terkejut sekaligus bahagia. “Saya masih berpikir, sekelas Mas Menteri mana mungkin datang ke rumah?” ucap Ibu Nuri.
Mendikbudristek menjelaskan, maksud dan tujuannya tak lain adalah untuk belajar dari Guru Penggerak. “Program Guru Penggerak itu adalah salah satu program terpenting Kemendikbudristek, karena program ini adalah regenerasi pemimpin-pemimpin sekolah. Kalau saya tidak lagi menjabat sebagai Menteri, yang akan meneruskan transformasi pendidikan adalah para Guru Penggerak,” terang Menteri Nadiem.
Lebih lanjut Nadiem bercerita, bahwa ia ingin merasakan langsung keseharian sebagai calon Guru Penggerak agar lebih memahami. “Saya ingin tahu suka dan duka Ibu Nuri sebagai guru. Boleh, Ibu, saya minta izin menginap?” kata Mendikbudristek kala itu.
Nuri Bertukar Pikiran dengan Mendikbudristek
Mendikbudristek mengatatakan, duduk santai bersama Nuri dan keluarganya di ruang tamu membuat dirinya menangkap ‘benang merah’.
“Karakter calon Guru Penggerak itu lugas dalam menyampaikan pendapat dan gagasan. Terutama, saya selalu melihat ada keresahan dalam diri guru-guru yang saya temui. Mereka semua ingin melakukan perubahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan,” kata Menteri Nadiem.
Nuri yang pernah mengenyam delapan tahun sebagai guru dan tiga tahun sebagai kepala sekolah di sekolah Muhammadiyah, kini memilih menjadi guru di sekolah negeri. Ia mengaku bahwa pendidikan memang harus ditransformasi.
“Kenapa sekolah negeri pinggiran tempat saya mengajar tidak sebagus sekolah swasta? Kemudian saya merasa tergerak,” ungkap Nuri kepada Mendikbudristek.
Sebelum memutuskan kembali menjadi seorang guru setelah sebelumnya menyandang status kepala sekolah, kepada Nadiem, Nuri menyinggung beban administrasi yang dialami sebagai kepala sekolah sehingga membuatnya tidak leluasa mengajar.
“Ibu sepertinya sepakat dengan saya, bahwa administrasi pendidikan itu tidak sama dengan pembelajaran. Administrasi tidak ada hubungan langsung dengan murid dan hanya mengikuti aturan. Sementara, tugas guru yang sebenarnya adalah untuk fokus memberikan pembelajaran yang bermakna bagi murid,” kata Mendikbudristek.
Mendikbudristek dalam kebijakan Merdeka Belajar Episode Pertama telah menyederhanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menjadi satu komponen dan satu halaman saja, dari yang tadinya belasan komponen. Menanggapi Nadiem, Nuri juga menyetujui kebijakan Nadiem yang menghapus UN. Pembicaraan Mendikbudristek bersama Nuri dan keluarganya berlangsung hangat hingga larut malam.
Sementara itu, sebelum memulai peninjauannya ke SD Muhammadiyah, SMP Taman Dewasa Jetis, SMA Ma’arif dan berdialog dengan kepala-kepala sekolah se-DIY, Mendikbudristek juga menyempatkan berolahraga bersama dan mengunjungi taman wisata yang dikelola Nuri beserta suami.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Kemendikbudristek