Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Cerita Pedagang Starling yang Raup Berkah di Tengah Musim Hujan
16 Maret 2024 23:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Rintik hujan mulai membasahi aspal di Jalan Raya Kalibata, Sabtu (16/3) sore. Beberapa pengendara motor tampak mempercepat laju kendaraannya, berharap sampai tujuan sebelum hujan makin deras. Namun tak sedikit pula yang memilih menepi dan berteduh di bawah flyover.
ADVERTISEMENT
Jamilah, perempuan berusia 49 tahun itu, tak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan sigap ia mendekati para pengendara motor yang menepi untuk menjajakan jas hujan dagangannya.
Jamilah sebenarnya adalah pedagang starling, atau penjaja kopi keliling. Namun di tengah musim penghujan, Jamilah menambah jenis dagangannya: jas hujan.
Harga jas hujan yang ia tawarkan bervariasi, namun semuanya masih terbilang terjangkau. Jas hujan plastik atasan saja ia jual seharga Rp 10 ribu, sedangkan untuk satu set atasan dan bawahan ia jual Rp 15 ribu.
Ia juga punya jas hujan yang lebih premium. Bahannya karet, lengkap satu set atasan dan bawahan. Jas hujan ini ia jual seharga Rp 45 ribu.
"Alhamdulillah, tadi yang laku tiga jas hujan yang Rp 10 ribu," ujar Jamilah senang sambil merapikan kerudung putih yang ia kenakan, kepada kumparan, Sabtu (16/3).
ADVERTISEMENT
Untuk satu jas hujan, perempuan tiga anak ini meraup untung antara Rp 3 ribu hingga Rp 5 ribu. Meski jenis dagangannya bertambah, namun Jamilah mengakui, terkadang jas hujan dagangannya tak laku seharian meski hujan mengguyur deras.
Jamilah dulunya bekerja sebagai pemulung bersama suaminya. Namun tiga tahun setelah suaminya meninggal dunia pada 2008 lalu, ia memutuskan banting setir menjadi pedagang starling demi buah hatinya.
Dulu, kata Jamilah, ia mulai berjualan hanya dengan modal keranjang ukuran 48x35x15 cm saja. Setelah bekerja keras selama setengah tahun, ia bisa membeli sepeda City Bike Everbest berwarna merah muda yang hingga kini membantunya mencari nafkah.
Biasanya sepeda itu ia titipkan di stasiun. Dari rumah menuju stasiun, Jamilah memilih menggunakan angkutan umum. Biasanya ia berdagang sambil mengasuh anak bungsunya dari mantan suami kedua yang kini masih berusia 5 tahun.
ADVERTISEMENT
Sedangkan dua anak Jamilah lainnya dari suami pertama, kini sudah berusia 19 tahun dan 18 tahun. Keduanya bekerja di sebuah tempat cuci mobil di Cibubur.
Selama berjuang itulah, Jamilah mengakui, tak sedikit fitnah dan cacian yang diterimanya. Bahkan saat masih menjadi pemulung, ia pernah dituduh mencuri.
"Saya sempat difitnah juga, dikira nyolong barang orang. Saya sempat diusir juga saat memulung," tuturnya.
Namun bagi Jamilah, hal semacam itu tak perlu ia pedulikan. Prinsipnya, selagi tak merugikan orang lain, maka akan ia jalani demi memberi penghidupan bagi buah hati.
"Prinsipnya mah gitu saya, orang mau jahatin saya, saya enggak mikirin. Yang penting saya nafkahin anak saya, enggak ngerugiin orang juga," pungkasnya.