Cerita Pedagang Tanah Abang, Seharian Tak Ada Pembeli

11 September 2023 14:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi Pusat Mode Tanah Abang yang sepi pengunjung, di Jakarta, Senin (11/9/2023). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Pusat Mode Tanah Abang yang sepi pengunjung, di Jakarta, Senin (11/9/2023). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
ADVERTISEMENT
Kemunculan platform dagang online kian menjamur di 2023. Mulai dari Shopee, Instagram, hingga TikTok Shop, memanjakan konsumen melihat barang dagangan secara live.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, ini berdampak ke penjualan pedagang offline yang menurun drastis. Seperti yang dialami sejumlah pedagang di Pusat Mode Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Pedagang pakaian denim grosir Jewel Fashion Store di lantai 3, Mutiara, mengatakan omzet tokonya menurun drastis apabila dibandingkan tahun lalu. Menurutnya, omzet bisa turun hingga 50 persen.
"Turun banget sih (omzet), jujur kalau memang dilihat dari tahun lalu, waktu awal saya masuk, turunnya lumayan ditampar. Kasarannya bisa sampai turun 50%. Untuk di grosir sendiri, per bulan, mungkin dari ratusan juta per bulan, masih di ratusan, tapi yang Rp 200 juta jadi Rp 100 juta," kata Mutiara saat ditemui di toko.
Selain itu sebagai penjual produk impor dari China, fenomena jasa titip (jastip) dari luar negeri juga berdampak pada penurunan omzet tokonya.
Kondisi Pusat Mode Tanah Abang yang sepi pengunjung, di Jakarta, Senin (11/9/2023). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
"Apalagi kita grosir ya, lebih berdampak. Orang-orang sekarang juga lebih suka belanja sendiri. Karena kan kita impor, kalau impor kan lagi musim juga jastip Bangkok, jadi mereka langsung ke sana, langsung jual di online. Jadi mereka nggak ambil lagi kita di grosiran," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Mutiara lalu menjelaskan tokonya tak bisa mudah beralih berjualan online. Menurutnya pembeli online lebih tertarik membeli satuan.
Sementara jika tokonya berjualan satuan, maka pembeli grosir akan berkurang.
"Kita sistemnya harus tetep grosiran, kalau online juga harus tetap grosiran. Jadi nggak bisa langsung (satuan). Kan kalau dari customer sendiri kalau kita naruh grosir (juga) yang harganya mereka sudah tahu, mereka nggak jadi pelanggan kita lagi," jelas Mutiara.

Jualan Online Juga Tak Mudah

Pemilik toko dress JM Negozio di lantai 2, Lina, juga mengatakan tokonya makin sepi pengunjung. Bahkan dalam seminggu, bisa tak ada pembeli sama sekali.
Kondisi Pusat Mode Tanah Abang yang sepi pengunjung, di Jakarta, Senin (11/9/2023). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
"Uh, sangat berasa ya (turunnya), kadang-kadang kayak satu harian nggak ada yang beli, sedih banget. Bahkan seminggu, kayak beberapa minggu lalu, biasanya ngebal-ngebal, ini kosong," kata Lina.
ADVERTISEMENT
Menurut Lina, masa keemasan seperti tiga tahun lalu, tokonya bisa mendapat omzet mencapai ratusan juta rupiah. Kini, puluhan juta rupiah saja tak sampai.
"Jauh banget, sih. Ya ratusan deh, jadi nggak sampai puluhan (juta). Iya drastis, sedih banget. Makanya kita juga coba di TikTok," kata dia.
Bisnis Lina mulai merosot pada pandemi, tapi kemudian bangkit lagi. "Pas pandemi berasa juga sih, tapi naik lagi, terus turun lagi, pada beralih ke TikTok," ujar dia.
Lina mengatakan sudah sebulan mencoba berjualan sampingan di TikTok live di rumah selama 1-2 jam per hari. Namun, nyatanya berjualan online juga tak mudah.
Belum ada perkembangan signifikan saat tokonya mencoba berjualan live di TikTok.
"Iya, karena pasarnya di sana (TikTok), kita coba juga. Baru coba bulan ini, sih. Karena baru mulai, saingannya banyak, ya gitu deh (belum banyak yang beli," ujar Lina.
Kondisi Pusat Mode Tanah Abang yang sepi pengunjung, di Jakarta, Senin (11/9/2023). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
Lina menerangkan sewa tokonya di Pusat Mode Tanah Abang berkisar Rp 30-35 juta per tahun. Melihat omzetnya 2 bulan terakhir, bisa-bisa dia tak bisa mengumpulkan tabungan untuk menutup biaya sewa.
ADVERTISEMENT
"Dua bulan ini nggak (nutup sewa), dua bulan kemarin masih," ujar dia.
Lina tak menutup kans tokonya akan fokus beralih ke platform online apabila situasi jualan offline tak membaik.
"Kita lihat pasar di mana ya, kalau online memang lebih bagus sih, kan bisa di rumah juga, lebih sedikit pengeluaran," ujarnya.