Cerita Peneliti Unpad Ciptakan Pakaian Tahan Api dari Serat Tumbuhan Rami

17 November 2022 11:03 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dosen dari Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Padjadjaran, Dr. Asri Peni Wulandari. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Dosen dari Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Padjadjaran, Dr. Asri Peni Wulandari. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Tumbuhan rami termasuk ke dalam jenis tumbuhan perdu-perduan yang memiliki ukuran tidak terlalu besar dan tinggi maksimal hanya sekitar 3 meter. Tumbuhan itu memiliki batang yang lurus dan tidak bercabang sehingga batangnya dapat dimanfaatkan untuk serat.
ADVERTISEMENT
Meski tumbuh subur di Indonesia, penggunaan serat tumbuhan rami sebagai bahan di industri tekstil jarang dilakukan, karena harganya yang terbilang mahal. Berdasarkan persoalan tersebut, dosen dari Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Padjadjaran (Unpad) Doktor Asri Peni Wulandari melakukan inovasi.
Dari penelitian yang dilakukan, ternyata terungkap bahwa mahalnya biaya penggunaan serat rami sebagai bahan produk tekstil disebabkan prosesnya yang memerlukan energi panas hingga berbagai bahan kimia. Proses tersebut memakan waktu yang panjang sehingga mengakibatkan ongkosnya menjadi mahal.
Dengan begitu, kata Asri, diperlukan adanya alternatif teknologi yang jauh lebih murah agar serat rami dapat dijadikan sebagai bahan memproduksi produk tekstil. Dia yang mempunyai keahlian di bidang mikrobiologi lalu mulai melakukan penelitian lanjutan yang telah dimulai sejak 10 tahun lalu. Penelitian itu dimulai dengan mengisolasi limbah rami.
ADVERTISEMENT
"Penelitian diawali dengan mengisolasi limbah rami lalu melakukan tahap screening sehingga mendapat mikroba yang paling rakus memakan getah rami. Dari penelitian, ternyata serat rami sangat bagus untuk pakaian dan biodegumming menjadi alternatif pengolahan rami yang efektif," kata dia pada Kamis (17/11).
Usai menemukan cara pengolahan rami yang efektif, Asri lalu mengembangkan penelitiannya dengan melibatkan sejumlah mahasiswa dan dosen di Departemen Biologi. Proses penelitian rami pun memakan waktu lama karena benar-benar diuji coba melalui sistem fabrikasi dari hulu ke hilir.
Asri dan timnya memulai penelitian dengan menyiapkan tanaman rami untuk diolah menjadi serat. Dari olahan itu, terungkap bahwa serat rami memiliki kontur yang sangat kasar dan memiliki ukuran yang kecil. Selanjutnya, serat rami diuji coba dengan beberapa bakteri yang hasilnya beragam.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, penelitian masuk pada skala laboratorium yang bertujuan untuk membuat serat rami menjadi putih dan lebih halus. Saat di skala laboratorium pula, Asri dan tim juga melakukan uji coba dengan proses bioleaching dan chemical leaching.
"Alur penelitian yang digunakan yakni chemical the gumming dan chemical leaching. Hasilnya, pengolahan rami lebih aman jika menggunakan bahan alami," kata dia.
Lalu, singkat cerita, Asri dan timnya berhasil membuat benang rami untuk menciptakan pakaian tahan api.
"Hal tersebut telah dibuktikan dengan bahan rami yang telah dilapisi suatu bahan kimia lalu didekatkan pada sumber api selama 7 detik dan hasilnya tidak terbakar," kata dia.
Petugas damkar menggunakan baju tahan api. Foto: AP Photo/Mario Tizon
Atas hasil penelitiannya itu, Asri mengaku sudah menjalin komunikasi dengan sejumlah mitra agar pakaian tahan api dapat diproduksi dan dipasarkan. Terlebih pakaian tahan api bakal diprioritaskan untuk lembaga yang sekiranya membutuhkan seperti pemadam kebakaran hingga tentara.
ADVERTISEMENT
"Untuk saat ini pakaian tahan api diprioritaskan untuk klien yang secara fungsional membutuhkan pakaian tahan api tetapi masih impor dengan harga mahal seperti TNI, pemadam kebakaran, pegawai perminyakan atau kelompok pekerjaan lainnya yang mengarah ke sumber api," kata dia.
Setelah itu, tak menutup kemungkinan pakaian tahan api bakal diproduksi untuk masyarakat luas sebagai produk harian. Kini, hasil penelitian Asri dan timnya sudah masuk konsorsium rami Indonesia sehingga terintegrasi dengan berbagai kelompok besar di Indonesia terutama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Asri mengaku masih bermimpi untuk membangun sistem manufaktur rami dari hulu sampai hilir yang benar-benar terintegrasi. Dia berharap pemerintah dan pihak investor dapat terlibat secara langsung agar pengembangan rami bisa langsung menjadi skala industrial.
ADVERTISEMENT
"Dengan adanya konsorsium rami Indonesia, saya berharap bisa segera mengarahkan penelitian rami menuju tujuannya yakni ke arah produktivitas," ujar dia.