news-card-video
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Cerita Penumpang Kereta di Pakistan saat Disandera: Panik, Sembunyi Bawah Kursi

12 Maret 2025 11:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paramedis merawat seorang penumpang yang terluka akibat serangan militan bersenjata yang menyergap kereta di daerah pegunungan terpencil, di Mach, provinsi Balochistan barat daya pada 11 Maret 2025. Foto: Banaras KHAN / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Paramedis merawat seorang penumpang yang terluka akibat serangan militan bersenjata yang menyergap kereta di daerah pegunungan terpencil, di Mach, provinsi Balochistan barat daya pada 11 Maret 2025. Foto: Banaras KHAN / AFP
ADVERTISEMENT
Sandera yang berhasil selamat dari penyanderaan kereta di Pakistan menceritakan momen horor baru saja dilewatinya. Bahkan setelah bebas mereka harus berjalan beberapa jam di kawasan pegunungan sampai tiba di wilayah aman.
ADVERTISEMENT
Kereta Jaffar Express berpenumpang 450 orang lebih disandera kelompok separatis Balochistan (BLA) pada Selasa (11/3). Sampai sekarang upaya penyelamatan sandera masih berlangsung di tengah ancaman BLA akan menghabisi seluruh nyawa penumpang tersisa.
BLA dikenal sebagai otak kekerasan di Balochistan yang terletak di perbatasan Pakistan, Iran dan Afghanistan. Tuntutan mereka adalah memisahkan diri dari Pakistan dengan memakai metode angkat senjata dan menebar teror.
Seorang tentara berjaga saat proses evakuasi penumpang kereta yang dibebaskan di stasiun kereta Mach, provinsi Balochistan barat daya pada 11 Maret 2025. Foto: Banaras KHAN / AFP
Teror BLA tersebut dirasa benar oleh Muhammad Bilal, penumpang Jaffar Express, yang beruntung bisa selamat dari penyanderaan BLA.
Saat diwawancarai kantor berita AFP, Bilal menceritakan dirinya naik Jaffar Expres bersama sang ibu. Dia kemudian mendengar dentuman keras akibat alat peledak yang ditempatkan BLA di rel.
Ledakan di rel itu adalah awal mulai penyanderaan sadis yang dilakukan BLA.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak bisa berkata-berkata menggambarkan bagaimana saya bisa kabur. Itu benar-benar mengerikan,” kata Bilal seperti dikutip dari AFP.
Kengerian serupa dirasakan penumpang lain yang berhasil selamat dari penyanderaan BLA, Allahdita. Dirinya usai lepas kini berada di stasiun Mach yang diubah fungsi menjadi RS darurat demi membantu mengobati para korban penyanderaan.
Allahdita menjelaskan ketika kejadian milisi BLA ada di mana-mana. Dengan mata kepala sendiri dia mengungkap BLA ada di luar serta dalam kereta Jaffar Express.
“Saya mendengar ledakan diikuti suara tembakan saat milisi sudah naik ke dalam kereta,” ucap Allahdita.
“Dalam keadaan panik warga mulai bersembunyi di bawah kursi. Milisi memisahkan perempuan dan laki-laki. Mereka mengizinkan saya dan keluarga pergi karena saya beri tahu saya adalah pasien jantung,” ucap dia.
Seorang tentara (kanan) membagikan teh kepada penumpang kereta yang dibebaskan dari penyandraan pasukan militan bersenjata di Mach, provinsi Balochistan barat daya pada 11 Maret 2025. Foto: Banaras KHAN / AFP
Penumpang lainnya yang namanya disamarkan mengatakan, milisi mengecek KTP seluruh penumpang. Jika ada dari Punjab maka nyawa terancam.
ADVERTISEMENT
Oleh milisi BLA, orang-orang Punjab dituduh sebagai pihak bertanggung jawab atas eksploitasi alam di Balochistan.
“Mereka memeriksa KTP dan mereka yang berasal dari Punjab dibawa pergi oleh para teroris,” ucap sumber itu.

Presiden Mengutuk

Presiden Asif Ali Zardari mengutuk keras insiden tersebut. Ia juga memberi penghormatan kepada aparat keamanan atas yang dipandangnya tindakan efektif menyelamatkan penumpang.
Belum ada data resmi berapa korban berhasil selamat. Tetapi kepolisian mengakui jumlah penumpang selamat mencapai 100 orang lebih.
"Serangan terhadap warga dan penumpang yang tidak bersalah adalah tindakan yang tidak manusiawi dan keji. Mereka yang menyerang penumpang menentang Balochistan dan tradisinya,” kata Zardari.
"Bangsa Baloch menolak mereka yang menyerang dan menyandera penumpang, orang tua, dan anak-anak yang tidak bersalah. Tidak ada agama atau masyarakat yang mengizinkan tindakan keji seperti itu," katanya lewat pernyataan d Kepresidenan.
ADVERTISEMENT