Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita Penyelam Sungai Musi yang Didatangi Kolektor China hingga Korea
20 September 2018 11:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Sudah hampir dua tahun Asmadi (23) mencari barang-barang antik di dasar Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Bagi Asmadi perkerjaan ini cukup menguntungkan.
ADVERTISEMENT
kumparan bertemu dengan Asmadi di atas perahu ketek di kawasan Ilir, Senin (17/9). Dia dan rekan-rekannya tengah bersiap-siap mencari ‘harta karun’ di Sungai Musi.
Asmadi memasang perlengkapan selam seadanya yakni alat bantu pernapasan dari kompresor yang terhubung lewat selang, besi pemberat yang diikatkan ke pinggang agar tubuhnya bisa tenggelam. Setelah semua peralatan dipasang, Asmadi menceburkan diri dan menghilang ke dasar.
“Nggak bisa melihat (di dasar sungai), ibaratnya kayak buta lah, cuma bisa merasakan lewat tangan aja,” ucap Asmadi.
Alat selam yang digunakan Asmadi memang sederhana, dan kurang aman. Meski begitu dia tetap nekat menyelam demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Pernah beberapa kali, ketika sedang berada di dasar sungai, dia kehabisan oksigen.
ADVERTISEMENT
“Kalau kompresornya mati, mesinnya mati, sering lah, masih di bawah (sungai), tinggal langsung naik aja,” kata Asmadi dengan nada santai.
Warga Pulau Kemaro itu awal menjadi penyelam karena penasaran dengan cerita-cerita warga di kampungnya yang sering mendapatkan benda-benda berharga di di dasar Sungai Musi. Apalagi ditambah dia punya kemampuan berenang. Dia memang biasa menyelam di Sungai Musi hingga kedalaman 15 sampai 30 meter.
Mencoba peruntungan dan punya kemampuan, akhirnya Asmadi memberanikan diri terjun ke ‘dunia’ perburuan harta karun ini. Meski bukan jadi pekerjaan utama, menyelam bagi Asmadi menjadi hiburan sendiri.
Bila sedang untung, dia bisa mendapatkan emas atau barang antik yang harga jualnya mahal.
“Kadang sehari bisa dapat Rp 5 juta, kadang, emas, barang antik. Yang mahal itu kadang barang antik, (pernah) dapat celadon harganya sekitar Rp 26 juta, itu piring yang warnanya hijau, terus di dalamnya ada ikan dua, ikan mas di dalam piring,” ungkapnya.
Barang-barang yang ditemukan Asmadi biasanya akan disetor ke kolektor, setiap harinya akan ada kolektor yang datang ke rumahnya. Bukan hanya kolektor lokal tetapi juga ada kolektor asing.
ADVERTISEMENT
“Kalau aku sih sebenarnya sayang juga, barang-barang itu dikasih ke orang-orang luar, tapi yang dapet orang luar. Kadang dateng dari orang China, Korea,” katanya.
Menyinggung soal peraturan pemerintah untuk mendaftarkan barang sejarah yang ditemukan. Asmadi mengaku soal aturan itu, namun dia takut nanti barangnya jadi sulit terjual bila dilaporkan ke pemerintah.
“Kalau kita daftarkan pemerintah ibaratnya susah dijual, takutnya nanti ibaratnya tidak sesuai (perjanjian),” ucapnya.
Asmadi hingga saat ini tetap berencana menyelam sambil menunggu pembukaan pendaftaran CPNS. Pria yang baru saja lulus dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (STISIPOL ) Candradimuka Palembang ini memang bercita-cita menjadi PNS. Selain menyelam dia juga sesekali menjadi pengemudi ojek online.
ADVERTISEMENT
----------------------------------------
Simak selengkapnya konten spesial dalam topik Harta Karun Sungai Musi.