Cerita Petani Swadaya Mitra Asian Agri Wujudkan Kebun Sawit Berkelanjutan

16 Oktober 2024 10:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebun kelapa sawit binaan Asian Agri. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kebun kelapa sawit binaan Asian Agri. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sutoyo dan Ngadimin antusias mendengarkan penjelasan manajer kebun Asian Agri soal hama dan tata kelola kebun dengan saksama. Mereka berdua merupakan petani swadaya mitra Asian Agri yang mendapat pendampingan untuk kelapa sawit yang berkelanjutan.
Asian Agri berkolaborasi dengan Apical dan Kao Corporation memiliki program Smallholder Inclusion for Better Livelihood and Empowerment (SMILE) yang bertujuan untuk membangun rantai pasok minyak sawit yang lebih berkelanjutan melalui kerja sama dengan petani swadaya. Program ini mulai berjalan pada 2020.
Sutoyo–Ketua Asosiasi Petani Sawit Swadaya Anugerah di Desa Air Putih, Lubuk Batu Jaya, Indragiri Hulu, Riau–merupakan salah satu petani swadaya yang masuk dalam program SMILE dari tahun 2022. Pendampingan yang dilakukan Asian Agri membantunya untuk mendapatkan sertifikasi dari Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang berskala internasional.
Hal tersebut akan memudahkan petani swadaya seperti mereka agar hasil panen kelapa sawitnya dapat diterima di perusahaan-perusahaan mitra. Sebab melalui sertifikasi, traceability atau ketertelusuran kelapa sawit dapat diketahui dengan jelas.
“Baik pendampingan dari Asian Agri, project SMILE, ataupun Apical itu sebenarnya kami–contoh saja ketika mendapatkan sertifikasi kan penjualan kreditnya itu langsung dibeli oleh tim Kao, bahkan dari Kao sempat berkunjung ke tempat kami. Jadi, kami dengan pendampingan ini memang lebih enak dari pendampingan yang lain ya,” jelas Sutoyo kepada kumparan, 4 Juni 2024 lalu.
Selama ini, menurutnya, petani swadaya mengalami kesulitan untuk mengurus sertifikasi lantaran biayanya tidak murah. Melalui program SMILE, mereka bisa diberikan pendampingan mulai dari persiapan dokumen sampai akses pasar, tanpa dipungut biaya apapun.
“Dari pelatihan-pelatihan sampai pelaksanaan audit eksternalnya itu semuanya dibiayai oleh project SMILE, (kami) tidak mengeluarkan biaya, kami hanya mengeluarkan waktu dan tenaga untuk mengikuti seluruh kegiatan itu,” ujar Sutoyo.
Sutoyo, petani swadaya binaan Asian Agri lewat program SMILE. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Program tersebut juga membuat para petani memiliki kebiasaan untuk mengelola kebun yang lebih baik. Cara pemupukan, pengendalian hama, hingga proses panen kini lebih tertata sehingga hasil kebun bisa lebih produktif dengan prinsip keberlanjutan.
“Ketika sudah ada pendampingan dari Asian Agri, pendampingan dari program SMILE ini, kan, dia sudah ngikutin pengelolaan kebun itu secara GAP, atau Good Agriculture Practice, yang jelas pengelolaan kebun sawit yang baik dan benar, lah,” kata Sutoyo yang merupakan petani transmigran asal Klaten itu.
“Alhamdulillah, iya, produktivitasnya yang tadinya karena asal-asalan itu, ketika sudah terorganisir ini, kan, pendampingan ini, kan, diarahkan cara memupuknya yang baik bagaimana. Ya, Alhamdulillah produktivitasnya naik,” lanjut Sutoyo.
Terkait kesuksesan program SMILE, Head of Sustainability Asian Agri, Ivan Novrizaldie, mengatakan, pihaknya berharap program ini bisa terus dilanjutkan oleh para petani agar terus meningkatkan taraf ekonomi mereka.
Dia berharap ada lebih banyak petani swadaya yang bergabung dalam program SMILE ini, sehingga mereka bisa menerapkan best management di lahannya.
“Pendampingannya sebenarnya lebih khusus kepada bagaimana berkebun yang baik,” ujar Ivan dalam kesempatan terpisah.
Ngadimin, petani swadaya yang dapat pendampingan Asian Agri melalui Corporate Shared Value (CSV). Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Selain SMILE, Asian Agri juga mendampingi petani swadaya melalui Corporate Shared Value (CSV) dengan tujuan memberikan sumber daya untuk mendukung petani swadaya mendapatkan sertifikasi RSPO. Dua program ini membantu petani swadaya meningkatkan produktivitas kebun mereka melalui pelatihan dan dukungan teknis, serta diajarkan teknik-teknik agronomi terbaik.
Selain itu, menurut Ngadimin, petani swadaya asal Sragen, bermitra dengan Asian Agri lewat program CSV membantu rotasi panennya bisa teratur.
“Hasil panen sedikit demi sedikit meningkat, dikarenakan kami sudah rutin mengikuti arahan-arahan yang diberikan bimbingan oleh Asian Agri,” ujarnya.
Cerita petani-petani swadaya mitra ini menunjukkan komitmen Asian Agri mewujudkan industri kelapa sawit berkelanjutan yang ramah lingkungan. Harapannya, bisa terus memberikan nilai tambah bagi masyarakat, negara, perusahaan, dan iklim ke arah yang lebih baik.