Cerita Saksi Kebakaran Ponpes Karawang: Tangga Terbakar, Santri Tak Bisa Keluar

21 Februari 2022 22:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pondok Pesantren Miftahul Khoirot, Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang terbakar. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pondok Pesantren Miftahul Khoirot, Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang terbakar. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Hilman Faqih (22), warga sekitar yang turut memadamkan api kebakaran di Pondok Pesantren Miftahul Khoirot, Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, Senin (21/2), menceritakan bagaimana si jago merah melalap bangunan ponpes.
ADVERTISEMENT
Kebakaran ini menyebabkan delapan orang santri meninggal dunia dan tiga lainnya harus dirawat di rumah sakit akibat luka bakar.
Pada awalnya, Himan mendapatkan kabar terkait kebakaran dari seorang kawan sehabis salat zuhur. Tak pikir panjang, dia langsung bergegas datang ke lokasi yang juga dekat dengan rumahnya.
Api belum besar saat Hilman tiba di lokasi. Namun kepulan asap sudah terlihat di lantai dua ponpes tersebut.
"Saya langsung cari pertolongan, pinjam alat pemadam api ke pom bensin di sana," kata dia sambil menunjuk arah ke SPBU yang tidak jauh dari lokasi kejadian, Senin (21/2).
Pondok Pesantren Miftahul Khoirot, Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang terbakar. Foto: Dok. Istimewa
Butuh waktu kira-kira 20 menit bagi Hilman untuk menuju SPBU, meminta izin meminjam alat pemadam api sekaligus mempelajari cara pakainya, dan kembali ke lokasi kebakaran.
ADVERTISEMENT
Sekembalinya ia ke lokasi kebakaran, api sudah membesar. Ia melihat para santri berlarian menyelamatkan diri. Sebagian dari mereka membawa keluar barang-barang berharga.
"Kita tidak tahu di atas (lantai dua) ada orang. Yang kita tahu santri sudah menyelamatkan diri. Tahunya pas api sudah padam, naik ke atas, ternyata di atas ada korban," kata Hilman.
"Baru tahu ada korban. Sudah meninggal dunia. Tangga ikut terbakar, jadi tidak bisa keluar," sambung dia.
Hilman ikut membantu proses pemadaman api yang berlangsung kurang lebih dua jam. Ia memang mendengar jerit minta tolong santri dari arah lantai satu. Seingatnya, tidak ada suara minta tolong dari lantai dua.
Kondisi usai kebakaran Pondok Pesantren Miftahul Khoirot di Karawang. Foto: Dok. Istimewa
Keterangan lain didapat dari Penyuluh Agama Islam Cilamaya Kulon Sri. Sri mendapat keterangan langsung dari pengasuh pondok pesantren. Kata Sri, penyebab utama kebakaran memang korsleting listrik.
ADVERTISEMENT
"Korsleting listrik, kabel listrik itu sama salah satu anak dikeprak (dipukul), terus muncul percikan api. Percikan api menyambar botol minyak kayu putih, terus menyambar kasur. Api kemudian membesar. Kobaran api paling besar itu di pintu keluar dekat ke arah tangga," kata Sri.
Saat itu para santri di lantai dua sedang tidur siang. Ia mengatakan, di pesantren itu memang berlaku jam tidur siang bagi para santri.
Sebagian santri berhasil menyelamatkan diri sebelum api membesar. Namun delapan santri yang tinggal sekamar tidak bisa keluar. Api keburu membesar melahap bangunan lantai dua yang didominasi kayu.
"Jendela pakai teralis, tidak bisa keluar (lewat jendela)," kata Sri.
Kapolres Karawang AKBP Aldi Subartono. Foto: Dok. Istimewa
Sementara itu, Kapolres Karawang AKBP Aldi Subartono, menuturkan saat ini petugas masih mendalami penyebab kebakaran.
ADVERTISEMENT
"Kami sudah olah TKP (tempat kejadian perkara). Korban meninggal dunia ada delapan orang," kata Aldi di TKP.
Info awal yang berhasil dikumpulkan petugas, peristiwa kebakaran tersebut terjadi sekitar jam satu siang.
"Korban yang selamat melihat percikan api di kamar mereka, dari kipas angin. Percikan api dari kipas angin ini mengenai kasur, kemudian menyebabkan kebakaran," kata Aldi.
Api dengan cepat membesar di lantai dua pondok pesantren lantaran material bangunan di lantai dua didominasi kayu. "Delapan korban meninggal dunia ini sedang istirahat siang," sambung Aldi.