Cerita Sarjana Universitas Negeri Jadi Driver Ojek Online

23 November 2018 16:09 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Massa Ojol tiba di Gerbang Utama DPR RI. (Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Massa Ojol tiba di Gerbang Utama DPR RI. (Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang driver ojek online (ojol) memang bukanlah pilihan utama dan cita-cita seorang sarjana setelah lulus kuliah. Namun tak bisa dipungkiri, berkat kehadiran ojol ini membuka peluang pekerjaan bagi anak-anak muda di Indonesia terutama di Aceh.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dilakukan Rizqi Shafriyaldi (23), seorang sarjana muda lulusan fakultas ekonomi dari salah satu universitas negeri di Aceh. Dia memanfaatkan peluang menjadi ojol untuk menambah pundi-pundi biaya hidupnya di perantauan. Bahkan penghasilan yang ia dapatkan bisa digunakan untuk jalan-jalan (traveling).
“Selama jadi driver ojek online, biaya kehidupan sehari-hari saya sudah terpenuhi. Bisa nabung dan bahkan buat traveling, jalan-jalan bareng teman saat waktu libur,” ujar Rizqi,saat ditemui kumparan di Banda Aceh, Jumat (23/11).
Rizqi mengaku menjadi seorang driver ojek online bukanlah pekerjaan yang hina atau rendah. Baginya, kehadiran ojol mampu membuka lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda dan sarjana yang menganggur sembari mencari pekerjaan sesuai cita-cita.
“Sebenarnya kehadiran ojol ini adalah lapangan kerja bagi orang-orang atau anak muda yang mau bekerja. Begitu juga dengan sarjana, jika dia mau memproduktifkan waktunya untuk bekerja kenapa tidak,” kata Rizqi.
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang driver ojol memang bukan pekerjaan utama Rizqi. Selain ngojek ia juga membuka usaha pribadi menjual alat-alat perlengkapan wisuda dan parfum. Semua pekerjaan yang dilakoni itu memberikan penghasilan cukup baginya.
“Dari sisi finansial sangat membantu. Intinya selama ojol ini memberikan dampak yang baik kenapa tidak. Berkat ojol ini bisa memberikan tambahan biaya, bahkan lebih dari cukup,” pungkasnya.
Di sisi lain, bagi Rizqi menjadi driver ojol juga menambah wawasan dan hal-hal menarik saat membawa penumpang. Dia menceritakan, pertengahan Oktober lalu pernah membawa seorang wisatawan asing mengelilingi Kota Banda Aceh, meski dengan kemampuan bahasa Inggris yang pasif dan terbata-bata.
“Pertama kaget juga ada turis pesan masuk ke saya. Ya karena kita sarjana, bisalah sikit-sikit bahasa inggris. Dari pengalaman itu, sampai sekarang saya masih berteman dengan turis itu, dia berasal dari Australia,” kisah Rizqi.
ADVERTISEMENT
Rizqi mengaku tak sepakat dengan ucapan capres Prabowo Subiato yang prihatin karena anak muda selulus sekolah menjadi driver ojek online seperti meme yang dilihatnya. Menurut Rizqi, sarjana itu memiliki bekal ilmu dari kampus tempat dia belajar. Sehingga dengan ngojek, dia juga bisa mengembangkan ilmu dan keterampilan yang mumpuni.
“Meski ojol memang bukan pekerjaan yang dicita-citakan oleh seorang sarjana, tetapi bisa dikembangkan sambil dia narik ojol. Apa salahnya buat nambah-nambah pendapatan. Sebenarnya kehadiran ojol ini adalah lapangan kerja bagi orang-orang atau anak muda yang mau bekerja. Begitu juga dengan sarjana, jika dia mau memproduktifkan waktunya untuk bekerja kenapa tidak,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Prabowo Subianto menyinggung persoalan ojek online. Ia mengaku sedih dengan realita yang terjadi di lapangan. Banyak anak muda lulus sekolah hanya menjadi driver ojek online.
ADVERTISEMENT
"Saya sedih dengan realitas yang ada, seperti di meme yang ada di internet terkait jalan karier anak muda di Indonesia. Dari SD, SMP, SMA dan setelah lulus dia jadi ojek driver. Sedih tapi itulah realitas," kata Prabowo.
Prabowo menginginkan anak muda di Indonesia berwirausaha atau menjadi teknisi, jadi pilot, mempunyai usaha sendiri, bukan kuli.