Cerita Sukmawati Perlu 66 Tahun Memutuskan Pindah Agama dari Islam ke Hindu

26 Oktober 2021 19:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sukmawati di Sukarno Center, Tampaksiring, Gianyar, Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sukmawati di Sukarno Center, Tampaksiring, Gianyar, Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Diah Mutiara Sukmawati Soekarnoputri akhirnya buka suara mengenai keputusannya pindah agama dari Islam ke Hindu. Ia perlu melewati 66 tahun untuk memutuskan mengikuti keyakinan neneknya, Nyoman Rai Srimben.
ADVERTISEMENT
"Ini merupakan suatu proses perjalanan panjang kurang lebih 66 tahun proses saya menjadi, memutuskan, sebagai penganut kembali kepada agama leluhur," kata Sukmawati di Sukarno Center, Tampaksiring, Gianyar, Bali, Selasa (26/10/2021) sore.
Sukmawati yang hari ini genap berusia 70 tahun menuturkan, keinginannya pindah agama dipengaruhi oleh sejarah dan politik yang hidup di tengah keluarganya.
Dalam sisi sejarah, ibu kandung Sukmawati, Fatmawati, sangat mencintai seni dan budaya Bali. Kecintaan ini menular dari Nyoman Rai Srimben, ibu dari Sukarno.
Menurut Fatmawati, Sukmawati cocok menjadi seorang penari Bali. Sehingga ketika usia 4 tahun hingga beranjak remaja, Sukmawati aktif berlatih tari dan pentas di panggung nasional nan megah.
"Beliau ingin putrinya dari kecil sudah dididik tahu budaya aslinya sendiri, apalagi kewajiban Ibu Negara memberikan pendidikan kepada putra-putrinya dari kecil, jadi di usia empat tahun saya didandani jadi penari Bali," kata Sukmawati yang mengenakan baju putih.
Sukmawati di Sukarno Center, Tampaksiring, Gianyar, Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Dari sisi politik, begitu lulus SMA, Sukmawati takut melanjutkan pendidikan di tingkat universitas karena pada 1966 Sukarno tersingkir dari kursi presiden. Menurut dia, kala itu kakak-kakaknya seperti Muhammad Guntur Soekarnoputra diusir dari kampusnya dan Megawati Soekarnoputri memutuskan jadi aktivis nasionalis.
ADVERTISEMENT
"Bung Karno yang waktu itu sedang tersisih, jadi (saya) enggak berpikir masuk universitas. Jadi berpikir mengembangkan talenta, saya mendaftar jadi mahasiswi akademi tari," kata Sukmawati.
Setelah lulus dari Akademi Tari Lembaga Pendidikan Jakarta, Sukmawati memutuskan fokus belajar tari Bali. Bahkan, ia sengaja ke Bali untuk mempelajari tarian tersebut langsung dari ahlinya.
Sukmawati di Sukarno Center, Tampaksiring, Gianyar, Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan

Tarian dan Gamelan Bali Jadi Penyemangat

Menurutnya, tarian dan suara gamelan Bali menjadi penyemangat di saat keluarganya luluh lantah akibat situasi politik saat itu.
"Karena Bung Karno wafat saya sangat kehilangan beliau, sedih sekali. Jadi, seolah-olah putus asa. Tapi setelah saya mendapatkan arahan untuk belajar tari topeng, itulah terapi Ibu yang membuat saya semangat. Saya kembali lagi mendapat semangat, enggak tahu bagaimana, ya. Ajaib ya itu, magis gamelan itu," ungkap Sukmawati.
ADVERTISEMENT
"Jadi, saya sampai usia di sini saya merasa sangat bersyukur, berterima kasih kepada seni budaya Bali yang membuat saya mempunyai semangat hidup terus. Itulah beberapa, kurang lebihnya background kenapa Ibu Sukmawati kembali ke agama leluhur," tutup Sukmawati.
==
Jangan lewatkan informasi seputar Festival UMKM 2021 kumparan dengan mengakses laman festivalumkm.com. Di sini kamu bisa mengakses informasi terkait rangkaian kemeriahan Festival UMKM 2021 kumparan, yang tentunya berguna bagi para calon dan pelaku UMKM.