Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Banjir melanda Kampung Air Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu pada Minggu siang (31/3). Banjir yang disebabkan oleh jebolnya tanggul Kali Kulo akibat hujan deras ini merendam dua RT di Kampung Air, yakni RT 3 dan RT 4 yang terletak di RW 6.
ADVERTISEMENT
Ibu Maisaroh (64), jadi salah satu warga yang dua rumahnya terdampak paling parah, sebab posisinya yang berada tak jauh dari tanggul. Tampak pagar teras belakang rumahnya jebol oleh luapan banjir.
“Ya semua itu pada hancur, kulkas semua pada hancur enggak bisa dipakai. Tinggal kasur, surat-surat saya belum masuk, karena enggak bisa masuk. Mungkin sudah terendam sebagian karena tinggi airnya,” ujar Ibu Maisaroh di lokasi, Senin (1/4).
Beruntung saat kejadian, ia tak berada di rumah karena dibawa anaknya tinggal di Parung, Bogor, demi mengantisipasi terjadinya banjir saat musim hujan.
Sebab tahun lalu, ia bersama suaminya yang sudah tua nyaris menjadi korban banjir yang terjadi di bulan Maret juga. Ia menceritakan kala itu, ia mesti memanjat lewat ventilasi kamar mandi karena terjebak.
ADVERTISEMENT
“Sampai saya pernah masuk dari ventilasi karena kejebak air, itu tahun lalu itu, bulan Maret. Berturut-turut paling besar, keluar lewat jendela kamar mandi. Saya pecahan itu kacanya untung gede, itu di bawah enggak bisa naik, saya pasangin papan, dipecahin terus dinaikin bangku lagi,” ujarnya mengenai kejadian tahun lalu.
Saat kejadian, hanya ada keponakannya yang bernama Erwin (42) di rumah itu bersama anaknya. Erwin mengatakan banjir datang secara tiba-tiba sekitar pukul 15.00 WIB. Ia juga mengaku motor yang hanyut di dalam video itu merupakan motor adiknya.
“Tiba tiba datang air pukul 15.00 WIB. Awalnya gara-gara jebol kan deres tuh kayak tsunami, jadi ya pada ngungsi bawa anak-anak. Motor hanyut hancur satu, ada yang gotong. Yang gotong juga enggak kuat, yang di video itu motor adik saya,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Bahkan, Erwin juga mengatakan bahwa air deras berlangsung hingga pukul 22. 00 WIB. Air baru surut dari jam 24.00 hingga pukul 01.00 WIB.
“Deresnya lama juga sampai pukul 10.00 WIB, pukul 11.00 WIB airnya surut sampai pukul 00.00 WIB, pukul 01.00 WIB baru kering,” ujarnya.
Hal serupa juga dituturkan oleh Ibu Sri (72) yang rumahnya berada di depan rumah Ibu Maisaroh. Saat kejadian, ia sedang duduk di rumah bersama cucunya. Air yang datang tiba-tiba membuatnya langsung berlari tanpa sempat menyelamatkan satu pun barang-barang.
“Duduk aja sama cucu, tiba-tiba deres aja dari situ. Pas tembok yang ada di situ tuh air udah banyak kayak tsunami,” ujarnya mengingat kejadian.
“Saya sampai jam 2 pulang beresin ini, tapi ah lumpur semua. Pada kerendam ijazah punya anak enggak keburu, orang airnya mendadak jebol di situ,” ujarnya sambil menata ijazah anaknya yang basah.
Dari penuturan ketiganya, daerah mereka memang menjadi kawasan langganan banjir. Menurut Maisaroh, sebelum tanggul diperbaiki, banjir bisa melanda sampai 4 kali sebulan saat musim hujan. Ia bisa bernapas lega sesaat setelah dibangun tanggul.
ADVERTISEMENT
“Sebulan 4 kali ada. Tahun lalu sama (sepaha). Setelah itu baru ditembok, sekitar 6 bulananlah aman. Pas Pak Anies Baswedan kemari, pas dilantik itu kan dibangun tanggul. Sejak itu baru terjadi lagi ini,” ujar Maisaroh.
Ia berharap jika tanggul itu diperbaiki lagi, pemerintah betul-betul memperhatikan bangunannya. Agar kejadian yang sama tidak terjadi lagi.
“Penginnya diperhatiin kali itu ya betul-betul diperkuat. Jangan kita capek-capek kerja hasilnya begini lagi,” ujarnya.