Cerita Warga Kiev di Tengah Pemadaman Listrik, Bagaimana Mereka Bisa Bertahan?

5 November 2022 13:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di ibu kota Ukraina, Kiev saat tanpa listrik akibat serangan Rusia, Senin (31/10/2022). Foto: Sergei Supinsky/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di ibu kota Ukraina, Kiev saat tanpa listrik akibat serangan Rusia, Senin (31/10/2022). Foto: Sergei Supinsky/AFP
ADVERTISEMENT
Serangan udara Rusia ke fasilitas pembangkit listrik Ukraina yang diluncurkan beberapa pekan lalu mengakibatkan pemadaman listrik yang meluas di penjuru negeri. Salah satu kota yang terdampak yakni ibu kota Kiev itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Di Kiev, masyarakat lokal memutar otak untuk tetap bisa bertahan menjelang musim dingin tanpa aliran listrik dan energi yang memadai, seraya mencoba beraktivitas seperti biasa.
Dan ketika malam tiba — kota berpopulasi hampir tiga juta jiwa ini menjadi gelap gulita.
“Hari menjadi begitu gelap begitu awal, sehingga terasa seperti hidup di masa lalu,” ungkap salah seorang warga Kiev, Lyubov Fedorchenko.
Suasana di ibu kota Ukraina, Kiev saat tanpa listrik akibat serangan Rusia, Senin (31/10/2022). Foto: Sergei Supinsky/AFP
“Saya tidak pernah mengerti nenek saya yang mengatakan bahwa mereka akan tidur setelah matahari terbenam. Tapi hari ini, kami hidup seperti hamster. Ketika hari mulai gelap, kami pergi tidur,” jelas dia.
Sementara itu, situasi ini juga menjadi tantangan sendiri bagi para pengemudi kendaraan. Mereka nyaris tidak melihat siapa pun yang berjalan tanpa senter atau mengenakan pakaian hitam, apalagi diperburuk dengan lampu lalu lintas yang dimatikan di jalan raya.
ADVERTISEMENT
“Anda melewati persimpangan dengan doa,” kata seorang pengemudi taksi lokal, Oleksander Glushchenko.

Pemadaman Listrik Imbas Serangan di Jembatan Kerch

Fenomena ini terjadi tak lepas dari hasil pemadaman listrik besar-besaran sejak 10 Oktober lalu, ketika serangan rudal Rusia mulai menghujani seluruh kota di penjuru Ukraina.
Serangan udara ini adalah serangan balasan Rusia atas pengeboman di Jembatan Kerch — jembatan penghubung antara Rusia dan Semenanjung Krimea yang dianeksasi pada 2014 silam.
Kremlin menuding intelijen Kiev adalah otak di balik serangan tersebut, tetapi hingga kini klaim itu dibantah mereka — meski di saat bersamaan warga Ukraina merayakan pengeboman tersebut secara terang-terangan.
Asap hitam mengepul dari kebakaran di jembatan Kerch yang menghubungkan Krimea ke Rusia, setelah sebuah truk meledak, dekat Kerch, pada Sabtu (8/10/2022). Foto: AFP
Melansir dari Al Jazeera, penjuru Kota Kiev sama sekali tidak dialiri listrik dan tidak ada lampu jalan yang menyala. Gedung-gedung apartemen dan pusat perbelanjaan yang biasanya terang, kini tampak gelap, seakan-akan tidak ada kehidupan yang berlangsung.
ADVERTISEMENT
Hanya ada secercah cahaya kecil dari senter ponsel yang menandakan ada pejalan kaki sedang berjalan, menghindari jalanan berlubang yang dihantam rudal. Hal ini dialami oleh salah seorang warga yang berprofesi sebagai tutor, Polina Shevchenko.
Shevchenko menuturkan, rutinitasnya yang mendesak bekerja hingga malam menuju stasiun kereta bawah tanah kerap membuatnya bergidik ngeri sepanjang perjalanan pulang. “Gelap gulita dan sirene [serangan udara] meraung-raung,” pungkasnya.

Ketika Sains Jadi Solusi untuk Bertahan

Meski begitu, kesulitan ini menciptakan ide bagi beberapa warga untuk dapat bertahan hidup dengan sumber alternatif yang ada.
Contohnya seperti yang dilakukan oleh salah seorang terapis, Diana Maslennikova. Ia menceritakan bagaimana suaminya memanfaatkan pengetahuan sains agar listrik dapat teraliri ke apartemen mereka.
ADVERTISEMENT
Suami Maslennikov telah menemukan cara untuk menghubungkan baterai mobil ke jaringan listrik di apartemen mereka yang terletak di lantai 15. Memang tegangannya tidak cukup kuat untuk menyalakan kulkas atau mesin cuci, tetapi dapat menyalakan bola lampu.
Antrean warga saat mengambil air bersih di Kiev, Ukraina, Senin (31/10/2022). Foto: Gleb Garanich/Reuters
“Sekarang, dia menyebarkan pengetahuan yang indah ini,” ucap Maslennikova. Meski begitu, dari jendela apartemennya, ia mengaku kerap menyaksikan kematian dan kehancuran saat rudal dan drone mendarat di daerah sekitar. Gedung apartemen yang ia huni terletak di pusat kota Kiev.
Serangan rudal dan drone pasukan Rusia dalam beberapa pekan terakhir telah menargetkan berbagai infrastruktur penting bagi masyarakat lokal.
Di antaranya adalah stasiun pompa air, fasilitas penghangat, dan lainnya. Serangan ini menghancurkan jaringan listrik skala nasional dan memaksa otoritas setempat untuk memberlakukan pembatasan penggunaan energi.
ADVERTISEMENT
Menjelang musim dingin yang sebentar lagi tiba, jutaan warga Ukraina sangat bergantung pada infrastruktur yang dirusak ini untuk bertahan hidup. Terlebih, ketika suhu udara turun drastis di bawah nol dan hancurnya fasilitas penghangat dapat menimbulkan dampak yang signifikan.
Suasana di ibu kota Ukraina, Kiev saat tanpa listrik akibat serangan Rusia, Senin (31/10/2022). Foto: Sergei Supinsky/AFP
“Menjelang musim dingin, para pemimpin Rusia dengan sengaja merampas hal-hal mendasar dari masyarakat: air, listrik, panas,” kata Jaksa Agung Kiev, Andriy Kostin, pada awal pekan ini.
“Ini adalah terorisme dan kejahatan perang,” tegas dia.
Sejak mengerahkan pasukannya ke Ukraina pada Februari lalu, Kremlin secara konsisten membantah tuduhan bahwa serangannya menargetkan warga dan fasilitas sipil. Tetapi, hingga kini pihaknya tampak tidak mengurangi intensitas serangan.
“Bukan hanya itu yang bisa kami lakukan,” kata Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam pidatonya, pada Senin (31/10).
ADVERTISEMENT