Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Warga Tamansari RW 11, Kota Bandung, bernama Enjo (39) mengaku menjadi korban tindakan kekerasan oleh petugas Satpol PP dan polisi ketika penggusuran sejumlah rumah. Ditemui di Masjid Al-Islam yang kini menjadi tempat pengungsian, Enjo menceritakan peristiwa yang dialaminya pada Kamis (12/12) pagi itu.
ADVERTISEMENT
Enjo menuturkan, peristiwa bermula ketika warga mendapatkan semacam surat peringatan dari Satpol PP untuk mengosongkan rumah, namun tidak dicantumkan kapan tenggat waktu mengosongkan rumah bagi warga. Lalu tiba-tiba datang ribuan petugas yang terdiri dari Satpol PP dan polisi. Mereka datang pukul 08.00 WIB.
"Kamis pagi-pagi sekitar jam 8 lah ya Satpol PP datang ke lokasi tepatnya di area masjid Al-Islam. Mereka langsung berbondong-bondong sekitar ada 1.000 lebih lah campur ada Satpol PP dan pihak kepolisian," kata dia kepada kumparan di Masjid Al-Islam, Tamansari, Kota Bandung, Jumat (13/12).
Kemudian, menurut Enjo, warga sempat menanyakan maksud kedatangan aparat dan bersikukuh mengosongkan lahan milik warga.
Ketika itu, kata Enjo, petugas seketika mengeluarkan barang-barang yang berada di dalam rumah warga tanpa kesepakatan atau mendapat izin dari warga. Enjo juga yang sempat meminta aparat menghentikan aksinya namun tak mendapat respons.
ADVERTISEMENT
"Langsung diangkutin sama pihak Satpol PP. Ketika itu saya coba menghalangi tapi mereka tetap ngotot mengeluarkan barang-barang kami tanpa izin dan mendobrak rumah-rumah kami," ucap dia.
Selanjutnya, tutur Enjo, alat berat mulai datang dan menghancurkan rumahnya yang terletak berdekatan dengan Taman Film lalu merembet ke rumah-rumah yang lain. Setelah itu, warga yang mencoba menghalangi justru mendapat balasan gas air mata dari polisi.
Warga mencoba menghalangi karena belum ada kesepakatan sebelumnya, bahkan warga tidak mendapat sosialisasi terlebih dahulu.
"Nah, pada saat mereka mengeluarkan gas air mata kita mencoba untuk mereka mundur karena belum ada kesepakatan dari warga. Kesepakatan dalam artian enggak ada sosialisasi dulu dan enggak ada obrolan dulu ke warga ini bakal dikosongkan," ungkap Enjo.
Ketika gas air mata ditembakkan, jelas Enjo, ia berada di depan Balubur Town Square (Baltos) dan hendak mengecek kondisi anaknya yang berada di masjid malah mendapat hadangan dari polisi dan diminta untuk mundur kembali sambil dipukuli.
ADVERTISEMENT
Dia pun berlari ke ATM di Baltos dan dipukuli lima hingga enam orang anggota kepolisian menggunakan kepalan tangan dan pentungan.
"Nah, akhirnya saya lari ke ATM Baltos dan di sana mulai dihajar habis-habisan. Ada sekitar lima sampai enam orang lah. Itu polisi semua tapi enggak tau dari Brimob atau Dalmas. Pokoknya, pihak polisi aja yang mukul saya," terang dia.
Karena wajahnya memar, Enjo segera dibawa ke tim medis Polrestabes Bandung yang letaknya di dekat Taman Film untuk mendapat perawatan.
Setelah diobati dan sedang beristirahat, ia kembali mendapat kekerasan dari petugas Satpol PP yang berjumlah lima hingga enam orang, sementara dirinya hanya seorang diri.
"Pengobatan udah. Udah diobatin, lagi istirahat saya direpresif lagi gitu sama pihak mereka. Dari Satpol PP banyak lah yang mukul saya ada sekitar lima sampai enam orang," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Setelah dipukuli, Enjo dibawa menuju Polrestabes Bandung dan mendapat perawatan serta dimintai keterangan data diri, foto, dan diminta untuk membuat semacam surat pernyataan.
Setelah itu, ia dibawa ke RS Bhayangkara dan kembali diobati sebelum pulang dan tiba di Masjid Al-Islam Jumat (13/12) dini hari bersama tim dari LBH Bandung.
"Saya dibawa ke Polrestabes lalu diinterogasi di Polrestabes diobatin juga dan akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara sampai pulang ke sini akhirnya pulang kami dijemput sama tim dari LBH," kata dia yang mengaku telah tinggal di Tamansari sejak lahir.
Enjo mengaku menerima pukulan pada beberapa bagian tubuhnya seperti kepala, kaki, bahkan organ vitalnya. Hingga kini, dia mengaku masih merasakan rasa ngilu pada bagian belakang kepala dan betis kirinya. Terlihat ada perban putih ditempelkan dekat mata kanannya.
ADVERTISEMENT
"Bagian kepala, kaki, terus kemaluan saya dipukul sama botol tabung itu yang ada di mobil medis. Kalau sekarang ada lah sedikit (sakit) cenut-cenut kepala belakang dan kaki di betis kiri," ungkap dia.
Atas peristiwa yang dialaminya, Enjo mempertanyakan kembali berlakunya hukum di Indonesia. Menurutnya, hukum yang semestinya mengayomi masyarakat bukan malah menjadi alat untuk merepresi. Apalagi, dia merupakan warga Tamansari asli.
"Kalau memang di Indonesia ini hukumnya untuk mensejahterakan atau membantu mengayomi rakyat di sini maka buktikan. Tapi faktanya kami malah direpresi. Saya kan warga di sini, bukan orang lain. Warga yang terkena dampak langsung. Saya lahir di sini," pungkas dia.