Cerita Warga Tetap Ikut Maraton Saat Polusi Udara di Jakarta

20 Agustus 2023 12:53 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peserta Jakarta Half Marathon 10K, Aditius. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Peserta Jakarta Half Marathon 10K, Aditius. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Polusi udara Jabodetabek yang kian buruk belakangan jadi perhatian warga dan pemerintah. Namun, nyatanya Jakarta yang nampak berkabut karena polusi-bukan karena mendung, tak menjadi halangan bagi warga yang rutin berolahraga outdoor.
ADVERTISEMENT
Hari ini, misalnya, Jakarta Half Marathon digelar di kawasan Monas, Jakarta Pusat. Di tengah langit Monas yang kelabu karena polusi, hampir 10 ribu peserta mengikuti maraton yang diinisiasi MRT bersama pemprov tersebut sejak pukul 05.30 hingga 10.30 WIB.
Salah satu peserta kategori 5K Jakarta Half Marathon, Jani, mengatakan alasannya tetap bersemangat ikut maraton. Menurut Jani, udara buruk sudah menjadi hal lumrah di ibu kota, sehingga tak menghalangi hobinya berolahraga.
"Alasannya ya karena memang hobi berlari dan sudah tanggung daftar race, sayang aja kalau enggak jadi ikut, apalagi tempatnya dekat," kata Jani kepada kumparan, Minggu (20/8)
"Kalau masalah kualitas udara sepertinya sudah biasa kerja di luar ruangan tiap hari, jadi bukan hal aneh lagi, biasa aja. Memang belakangan makin parah, jadi agak khawatir juga, tapi ya bagaimana lagi, risiko kerja di ibu kota," tambah dia.
Masyarakat berolahraga di kawasan Car Free Day Jalan Sudirman Jakarta, Minggu (20/8/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Di sisi lain, Jani mengaku polusi udara Jakarta memang membuat larinya kurang nyaman. Ia bahkan terpaksa mengurangi intensitas olahraganya di luar ruangan.
ADVERTISEMENT
"Jadi kurang nyaman aja sih, kalau saya mungkin intensitasnya aja dikurangin, atau kalau enggak nyari tempat yang masih banyak pohonnya biar agak adem, tadi cuma ikut yang 5K," jelas dia.
Peserta kategori 10K sekaligus warga Cikarang, Aditius, mengatakan sudah lama mendaftar Jakarta Half Marathon. Ia juga meyakini, setidaknya paparan udara di pagi hari dan akhir pekan tak seburuk di waktu lain, sehingga tetap mantap melanjutkan maraton.
Masyarakat berolahraga di kawasan Car Free Day Jalan Sudirman Jakarta, Minggu (20/8/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
"Sebetulnya sama saja, berhubung saya domisili di Cikarang, jadi setiap ke Jakarta waktu CFD saya lihat polusinya hampir sama. (Memang) untuk capek karena cuaca Jakarta panas, jadi memengaruhi performa saat lari," ujar dia.
"Karena pendaftaran JHM muncul sebelum adanya isu polusi naik lagi, jadi kalau dilepas gitu aja sayang. Pertimbangan juga start time-nya yang masih pagi yaitu 05.30, sehingga menurut saya dapat menekan angka polusi dari jam biasanya," tambah dia
ADVERTISEMENT

Lebih Segar Lari di Bali

Masyarakat berolahraga di kawasan Car Free Day Jalan Sudirman Jakarta, Minggu (20/8/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Baskara, meski bukan peserta Jakarta Half Marathon, mengaku rutin ikut maraton. Menurutnya, sejak dulu udara Jakarta tak pernah bersih, sehingga polusi bukan halangan untuk tetap berolahraga.
"Buat gue, maraton atau lari di tengah udara kotor masih lebih baik dibanding enggak olahraga dan sama-sama hirup udara kotor," kata dia usai menjalani rutinitas berlari di Jakarta.
Di satu sisi, Baskara mengatakan sempat terkejut saat lari di Bali karena udara yang jauh lebih segar dari Jakarta.
"Pernah suatu ketika gue lari di Bali. Gue enggak pernah menyangka akan ada perbedaan yang signifikan di pernapasan, kalau misalnya gue enggak lari di Bali," ujar Baskara.
"Abis lari dari Bali dan kembali lari di Jakarta, rasanya napas beda banget. Pas gue cek ternyata memang kualitas udara di Bali masih bagus dibanding Jakarta. Di situ gue kaget," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Menurut Nafas, udara tergolong tidak sehat dengan indeks kualitas udara (AQI) 115 dan PM 2.5 mencapai 42 di kawasan Monas, Gambir, Jakarta Pusat, pagi ini. Pantauan di lokasi, langit di kawasan tersebut memang nampang sedikit berkabut seperti mendung.
AQI yang tergolong baik maksimal 50, sementara menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), PM 2.5 sebaiknya tak lebih dari 12. Nafas menganjurkan dengan kualitas udara buruk tersebut, warga masyarakat tetap di rumah dan menggunakan alat pembersih udara.
Namun bagi sebagian orang, nyatanya berolahraga punya manfaat tersendiri dan tetap sepadan dilakukan meski udara buruk.