Chad Mencekam, Massa Bakar Kantor Perdana Menteri

20 Oktober 2022 19:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Demonstrasi massa  Chad, Kamis (20/10/2022). Foto: Hyacinthe Ndolenodji/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Demonstrasi massa Chad, Kamis (20/10/2022). Foto: Hyacinthe Ndolenodji/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Chad dilanda kekacauan setelah pasukan keamanan mencoba membubarkan pengunjuk rasa yang menuntut percepatan transisi demokrasi di negara tersebut pada Kamis (20/10).
ADVERTISEMENT
Pengunjuk rasa yang tak terima kemudian membakar kantor partai perdana menteri yang baru ditunjuk.
Wakil presiden Persatuan Nasional untuk Demokrasi dan Pembaruan (UNDR), Celestin Topona, membenarkan pembakaran kantor tersebut. Ia juga menjelaskan bahwa unjuk rasa berlangsung ricuh di ibu kota N'Djamena.
Demonstrasi massa di Chad, Kamis (20/10/2022). Foto: Hyacinthe Ndolenodji/via REUTERS
"Markas besar kami digeledah dan kemudian dibakar pagi ini. Penjaga itu hampir digantung oleh pengunjuk rasa yang kejam,” kata Topona.
Negara Afrika Tengah yang dipimpin secara militer ini mengalami krisis politik sejak Presiden Idris Déby meninggal dunia secara mendadak pada April 2021.
Sejak saat itu, ia digantikan oleh putranya Mahamat Idriss Déby sebagai pemimpin pemerintahan transisi. Déby kemudian mengangkat Presiden UNDR Saleh Kebzabo untuk menjadi perdana menteri baru pada pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Terpilihnya Kebzabo tidak menyurutkan perlawanan terhadap dewan militer transisi yang dipimpin oleh Déby yang menunda pemilihan hingga Oktober 2024.
Deby telah berjanji akan memulihkan pemerintahan sipil setelah 18 bulan berkuasa. Namun, janji ini dilanggar olehnya setelah memutuskan akan memperpanjang masa transisi selama 24 bulan sebelum mengadakan pemilu. Untuk itulah, pengunjuk rasa terus mendesak adanya transisi demokrasi di negara yang tergolong miskin tersebut.
Para pengunjuk rasa menggunakan ban yang terbakar untuk memblokir jalan di N'Djamena sejak pagi hari. Mereka menghiraukan larangan pemerintah atas protes tersebut. Beberapa orang terluka saat polisi menggunakan kekerasan dan gas air mata untuk membubarkan aksi protes tersebut.
Beberapa pengunjuk rasa mengklaim bahwa pemerintah menembakkan peluru tajam ke massa. Namun di satu sisi kabar ini belum dikonfirmasi lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Penulis: Thalitha Yuristiana.