China Beri Izin Penggunaan Obat COVID-19 Paxlovid

12 Februari 2022 13:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Obat telan COVID-19 produksi Pfizer, Paxlovid. Foto: Cryptographer/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Obat telan COVID-19 produksi Pfizer, Paxlovid. Foto: Cryptographer/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Badan pengawas obat-obatan China mengumumkan telah memberikan persetujuan bersyarat atas obat telan COVID-19 produksi Pfizer, Paxlovid. Ini menjadi obat telan COVID-19 pertama yang mendapat lampu hijau di China.
ADVERTISEMENT
Pada Sabtu (12/2), Badan Produk Kesehatan Nasional China mengatakan Paxlovid dapat digunakan oleh pasien dewasa yang mengidap gejala COVID-19 ringan ke sedang dan berisiko memburuk.
“Penelitian lebih lanjut mengenai obat ini perlu dilakukan dan hasilnya dilampirkan ke otoritas,” ujar mereka, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Masih belum diketahui dengan jelas apakah China sudah berdiskusi dengan Pfizer, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, soal pengadaan obat ini.
Obat telan COVID-19 produksi Pfizer, Paxlovid. Foto: Giovanni Cancemi/Shutterstock
Pfizer juga belum memberikan keterangan lebih lanjut terkait pemberian persetujuan Paxlovid oleh China.
Sebelumnya, Eksekutif perusahaan Pfizer mengatakan mereka sudah terlibat dalam diskusi dengan lebih dari 100 negara soal obat Paxlovid. Bahkan, Pfizer mengungkap mereka memiliki kapasitas untuk menyediakan 120 juta dosis, jika diperlukan.
Tak seperti vaksin COVID-19 yang sudah banyak tersedia di ratusan negara dunia, obat telan yang spesifik dikembangkan untuk mengobati COVID-19 jumlahnya masih terbatas.
ADVERTISEMENT
Saat ini, obat telan corona yang dikenal luas di dunia dan sudah mendapat persetujuan di sejumlah negara adalah Paxlovid oleh Pfizer dan Molnupiravir oleh Mercks.
Ilustrasi Molnupiravir. Foto: Shutter Stock
Pada Desember 2021, hasil uji klinis akhir Paxlovid menunjukkan, obat ini mampu menurunkan risiko rawat inap atau kematian hingga 89% pada pasien COVID-19. Dengan catatan, obat ini diberikan dalam waktu tiga hari setelah gejala timbul.
Jika diberikan dalam periode lima hari setelah gejala timbul, persentasenya turun menjadi 88%.
Sebagai negara pertama yang mengalami wabah COVID-19, China justru berhasil menekan penyebaran virus corona di negaranya. Kasus harian bergejala di wilayah daratan China berada di bawah 250 infeksi, bahkan terkadang di bawah 10.
Petugas medis dengan pakaian pelindung mengumpulkan swab dari warga di lokasi pengujian asam nukleat selama pengujian massal putaran ketiga menyusul kasus penyakit virus corona (COVID-19) di wilayah Jishan Yuncheng, provinsi Shanxi, China. Foto: China Daily via REUTERS
Angka kasus tersebut tentu sangat rendah jika mengingat populasi China mencapai 1,4 miliar penduduk.
ADVERTISEMENT
Ini berkat strategi nol-COVID China. Pemerintah China akan langsung menahan penyebaran jika mereka mendeteksi lonjakan di suatu lokasi, biasanya dengan lockdown dan tes massal.
Karantina bagi pelaku perjalanan internasional juga ketat dan berlangsung lama.
Per 7 Februari 2022, 87,1% dari populasi China sudah divaksinasi dua dosis dengan menggunakan vaksin produksi dalam negeri. Negeri Bambu belum menyetujui vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh perusahaan dan pengembang asing.