Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
China Desak AS dan NATO Ikut dalam Negosiasi Damai Konflik Rusia-Ukraina
21 Juli 2022 7:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Duta Besar China untuk Amerika Serikat Qin Gang menyerukan untuk segera dilakukan gencatan senjata serta dimulai kembali pembicaraan antara semua pihak yang terlibat dalam konflik Rusia-Ukraina.
ADVERTISEMENT
Ditegaskan oleh Qin, semua pihak yang harus terlibat dalam pembicaraan damai ini tak hanya Rusia dan Ukraina saja, tapi termasuk juga Amerika Serikat bersama aliansi yang ia pimpin, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Berbicara di Forum Keamanan Aspen di Kolorado, Amerika Serikat, pada Rabu (20/7/2022), Qin mengatakan konflik yang sedang berlangsung di Ukraina sudah meluap dan menyebabkan terjadinya berbagai krisis global, termasuk penurunan ekonomi, membludaknya jumlah migran, serta kekurangan energi dan pangan.
“Jadi yang diminta China adalah gencatan senjata secepat mungkin, dimulainya kembali pembicaraan damai. Semua pihak yang terlibat harus dilibatkan, termasuk antara Rusia, Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya,” kata Qin, dikutip dari Russian Today.
Diplomat itu meminta semua pihak untuk duduk dalam kondisi tenang guna bersama-sama menemukan jalan keluar dari dilema yang akan didasarkan pada prinsip saling mengakomodasi kepentingan sah satu sama lain.
ADVERTISEMENT
“Hanya dengan demikian kita dapat mencapai perdamaian dan kita dapat memulihkan keamanan di Eropa yang harus stabil, harus komprehensif, harus seimbang, efektif dan berkelanjutan,” tutur Qin. Ia menambahkan, posisi stabil dan aman ini juga harus dimiliki oleh negara-negara berkembang lainnya.
Menurut Qin, Beijing percaya bahwa kedaulatan nasional dan integritas teritorial semua negara harus dihormati. Pihaknya juga percaya isu soal keamanan dari semua negara harus ditanggapi dengan serius.
Sementara itu, dua hari sebelumnya, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba menyatakan upaya negosiasi damai dengan Moskow akan menjadi masuk akal hanya setelah Rusia kalah di medan perang.
Dengan mengatakan demikian, Kuleba menggemakan pernyataan Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell yang sempat mengeklaim bahwa perang di Ukraina hanya akan dimenangkan di medan perang.
ADVERTISEMENT
Terkait pernyataan Kuleba, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menanggapinya dengan mengatakan pemerintah Ukraina tidak mencari perdamaian untuk negara itu. Dan alih-alih berbicara dengan Rusia, Zakharova mengatakan Ukraina lebih memilih untuk bergabung dengan Washington.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada awal Juli sebelumnya sempat menuding Amerika Serikat dan Sekutunya tidak membiarkan Kiev berpikir atau berbicara untuk mendiskusikan perdamaian.
“Sekarang adalah saat ketika negara-negara Barat bertaruh pada kelanjutan perang. Ini berarti momen berlanjut ketika negara-negara Barat, di bawah kepemimpinan Washington, tidak mengizinkan Ukraina untuk berpikir atau berbicara tentang perdamaian,” kata Peskov dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Rossiya-1, pada Minggu (3/7/2022), dikutip dari TASS.
Pihak Moskow dan Kiev telah beberapa kali berupaya untuk memulai pembicaraan damai bahkan empat hari sejak dimulainya operasi militer khusus Rusia di Ukraina pada akhir Februari silam.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada akhir Maret, delegasi dari Rusia dan Ukraina bertemu di Istanbul, Turki, untuk kembali berunding. Pertemuan tatap muka terbaru antar kedua belah pihak juga berlangsung di Istanbul pada Rabu (13/7/2022) pekan lalu.
Namun pertemuan itu cenderung hanya membahas isu terkait krisis pangan global, bukan membicarakan upaya damai dari kedua negara pecahan Uni Soviet itu.