China Jatuhkan Hukuman Mati Bagi Pelaku Perdagangan 17 Anak

19 Desember 2024 16:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penculikan anak. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penculikan anak. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
China pada Kamis (19/12) menjatuhkan hukuman mati bagi pelaku perdagangan anak yang kejahatannya menggemparkan negara itu dan membuat puluhan korban trauma.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, pelaku atas nama Yu Huaying (60) memisahkan setidaknya 17 anak dari orang tuanya dan menjual mereka ke keluarga lain selama tahun 1990-an.
Dia pertama kali dijatuhi hukuman mati tahun lalu dan mengajukan banding atas hukumannya, sebuah langkah yang biasanya mendapatkan pengampunan di China.
Namun, media pemerintah mengungkapkan bahwa pengadilan di Provinsi Guizhou barat daya menolak bandingnya dan akan menegakkan hukuman mati.
“Putusan ini final dan Yu Huaying tidak dapat mengajukan banding lagi,” kata media pemerintah, CCTV, dalam laporannya.
“Kasus ini akan diserahkan ke Mahkamah Rakyat Agung untuk ditinjau, dan kemudian akan memasuki tahap pelaksanaan,” kata CCTV.
Perdagangan manusia merupakan isu penting di China, dan sejumlah kasus memicu kemarahan publik setelah terungkap.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, penculikan anak lebih menonjol dalam budaya popular dan media pemerintah meliputnya secara luas.
Kejahatan Yu terungkap pada tahun 2022 ketika wanita yang dia jual dengan harga kurang dari 350 dolar AS pada tahun 1995 melaporkan pengalamannya kepada polisi.
Korban atas nama Yang Niuhua yang kini berusia 30-an itu mendokumentasikan pencarian keluarga kandungnya di media sosial. Sayangnya, ketika ditemukan orang tua kandungnya sudah meninggal dunia.
Yu ditangkap di tahun yang sama dan awalnya dijatuhi hukuman mati pada September 2023 karena memperdagangkan 11 anak.
Selama banding, pengadilan menemukan bukti tambahan yang cukup untuk menghukumnya atas perdagangan 6 anak lainnya.
Yu menculik para korbannya di China barat daya dan menjualnya melalui perantara kepada keluarga yang tinggal ratusan kilometer jauhnya di utara.
ADVERTISEMENT
Media pemerintah memberitakan pada Oktober bahwa anak pertama yang dijualnya adalah putranya sendiri saat mengalami “masalah keuangan” beberapa dekade lalu.
Banyak korban Yu yang mengalami depresi dan beberapa keluarga kemudian berpisah karena tekanan emosional.
China mengklasifikasi hukuman mati sebagai rahasia negara, meski kelompok HAM percaya ada ribuan orang yang dieksekusi di sana setiap tahun.
Beberapa kasus perdagangan manusia yang menjadi sorotan muncul di China dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2023, pengadilan menangkap 6 orang karena memperdagangkan seorang wanita yang ditemukan dirantai di gubuk berlantai tanah di Provinsi Jiangsu timur.
Selama beberapa dekade di bawah kebijakan satu anak, preferensi budaya untuk anak laki-laki menyebabkan banyak keluarga China menjual atau menelantarkan bayi perempuan yang tidak diinginkan.
ADVERTISEMENT
China mulaai memperbolehkan keluarga memiliki 2 anak pada tahun 2016 dan 3 anak pada tahun 2021.